Jumat, 19 Maret 2010
Menhan: Potensi Ancaman Nonmiliter Lebih Besar
19 Maret 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa potensi ancaman nonmiliter bagi Indonesia di masa mendatang justru lebih besar dibanding ancaman militer.
Pada ceramah bertema Pendidikan Ketahanan Nasional untuk Pemuda yang dibuka oleh Menpora Andi Alifian Mallarangeng tersebut di Jakarta Jumat, Purnomo mengatakan, ancaman nonmiliter tersebut dapat berasal dari luar negeri maupun dalam negeri.
Ancaman nonmiliter tersebut antara lain berupa ancaman ideologi, politik, sosial dan budaya. Ia mengatakan, saat ini umumnya ancaman militer terjadi di daerah perbatasan saja.
Ia mengatakan, ancaman nonmiliter tidak hanya berasal dari negara namun bisa juga berasal dari bukan negara seperti dari organisasi atau institusi.
Untuk menangkal ancaman tersebut, katanya, ada dua macam yakni dengan menggunakan hard power (cara keras) dan soft power (cara halus). Hard power antara lain melakukan aksi unjuk rasa atau menggunakan kekuatan militer.
Sementara cara itu soft power antara lain dengan melakukan dialog untuk mengekspresikan keinginan. Namun aksi demo yang tertib juga bisa dikatakan soft power, kata Purnomo.
Untuk mengantisipasi ancaman tersebut, katanya, juga perlu dilakukan dengan cara yang smart atau cerdas. "Sehingga tingkat intelektual menjadi penting. Tidak hanya perlu kuantitas tapi juga kualitas untuk menangkal ancaman," katanya.
Purnomo juga mengatakan, rakyat Indonesia perlu memperkuat jatidiri bangsa untuk menangkal segala bentuk ancaman tersebut.
Sementara itu Menpora Andi Mallarangeng mengatakan, dalam keadaan damai sekarang ini, maka generasi muda juga perlu siap membela bangsa di segala bidang. Kalangan sipil, katanya, tidak boleh ketinggalan dalam membela bangsa.
Pendidikan Ketahanan Nasional Untuk Pemuda tersebut diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari 33 pemuda utusan dari seluruh provinsi di Indonesia serta 27 aktivis organisasi kepemudaan tingkat pusat.
Kegiatan yang berlangsung 18 hingga 31 Maret itu diisi dengan mendengarkan ceramah, diskusi, studi lapangan ke salah satu negara anggota ASEAN, dan membuat tulisan karya ilmiah.
ANTARA News
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar