Sejumlah pasukan TNI AL memperhatikan senjata milik KRI Birang -831 saat penerimaan KRI Birang-831 di Lantamal VI Makassar, Minggu (21/3). KRI Birang-831 yang memiliki 20 awak tersebut diharapkan mampu menjaga NKRI khususnya di wilayah perairan Makassar dan sekitarnya. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/ss/nz/10)
21 Maret 2010, Makassar -- Pangkalan Utama Angkatan Laut VI Makassar terus meningkatkan upaya pengamanan di perairan Indonesia tengah. Caranya, Lantamal VI melakukan penambahan peralatan kapal perang untuk berpatroli di wilayah hukumnya.
Lantamal VI resmi mendatangkan kapal perang KRI Birang 831. Kedatangan kapal itu disambut langsung oleh Komandan Lantamal VI Makassar, Laksamana Pertama TNI Bambang Wahyudin, di dermaga Lantamal VI Makassar, Ahad sore.
KRI Birang adalah kapal perang jenis kapal patroli cepat dengan tipe C 40. Dengan material serat kaca (fiberglass), membuat kapal itu ringan dan lincah meliuk di atas permukaan laut.
KRI Birang dibuat 2008 di Fasharkan Mentigi, Lantamal IV Tanjung Pinang. Namun, baru 26 Januari tahun ini, kapal yang mengambil nama dari seekor ular itu resmi menjadi kapal perang.
Bambang Wahyudin mengatakan, kapal yang memiliki panjang 40 meter itu akan melakukan tugas pertamanya dalam operasi pengejaran nelayan-nelayan yang diduga menggunakan bahan peledak.
Fokus pelayaran KRI Birang ini adalah perairan Pangkajene Kepulauan hingga wilayah perairan Mamuju. "KRI Birang akan membantu operasi yang dilakukan oleh KRI Suluh Pari yang sudah ada sebelumnya," ujar Bambang.
Komandan Lantamal VI Makassar, Laksma Bambang Wakyudi menjelaskan kepada wartawan tentang KRI Birang -831. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/ss/nz/10)
Komandan KRI Birang, Kapten Laut Mohamad Taufik, mengatakan akan beroperasi jika kondisi cuaca tidak terlalu buruk, lantaran kemampuannya memang terbatas. Kecepatan maksimun kapal tersebut hanya mencapai 29 knot.
Sementara itu, untuk kecepatan jelajah, KRI Birang hanya 26 knot dengan kapasitas tangki BBM sebanyak 35 ribu liter. Untuk aksi radius jarak jelajah cepat 30 knot membutuhkan waktu 2 hari, sedangkan jelajah 20 knots memakan waktu 4 hari.
Untuk peperangan, KRI yang diawaki 20 orang personel itu mampu melaksanakan peperangan permukaan yang meliputi anti serangan kapal permukaan dan anti serangan udara terbatas.
"Kapal dilengkapi dengan meriam besar 25 milimeter satu pucuk dan dua pucuk senjata 12,7 milimeter," ujar Taufik.
TEMPO Interaktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar