Kapolda Jatim, Irjen Polisi Pratknyo (kanan), melihat pasukan tempur Sat Brimob Polda Jatim, pada gelar pasukan pengamanan kedatangan Presiden AS Barack Obama, dilapangan Mapolda Jatim, Rabu (17/3). Polda Jawa Timur menyiapkan kekuatan penuh untuk mengamankan kedatangan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama ke Indoneia. Persiapan pengamanan bersandi Aman Nusa 2010 ini melibatkan semua unsur kekuatan Polda Jatim. (Foto: ANTARA/Bhakti Pundhowo/Koz/nz/10)
17 Maret 2010, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menyatakan bahwa intelijen mendeteksi adanya kerawanan jelang kedatangan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia. Namun kerawanan tersebut masih dalam taraf yang bisa diatasi oleh aparat keamanan di Indonesia.
"Ancaman terhadap fisik masih dapat dikelola, dapat dinyatakan bila kita mampu berikan satu atensi terhadap kunjungan Presiden AS," kata Wakil Menhan Letjen Sjafrie Sjamsuddin kepada wartawan di Jakarta, Rabu (17/3).
Ia menegaskan bahwa ketika negara menerima tamu, tuan rumah harus siap untuk mengamankan tamu semaksimal mungkin. Tanggung jawab pengamanan, sambung dia, tidak hanya berada di tangan TNI dan aparat keamanan, tetapi juga masyarakat. Meski, ia tidak menafikkan jika ada elemen masyarakat yang menolak kedatangan Obama ke Indonesia. Tapi, ia menilai penolakan itu masih dalam batas yang bisa ditoleransi dalam negara yang mengedepankan demokrasi.
"Dalam negara demokrasi setiap orang boleh mengemukakan pendapat, menolak atau menerima. Tapi pada skala mana menolak itu ditingkatkan. Apa pada skala ancaman, itu kan bukan," tukasnya.
Terkait pengamanan Security Service di ring satu, ia menyatakan bahwa hal itu bukan sesuatu yang luar biasa. Ia mengatakan bahwa aturan itu merupakan prosedur universal dalam setiap pengamanan kepala negara.
"Pengamanan presiden universal di seluruh dunia, resiprokal, ga perlu dikhawatirkan. Kalau presiden masuk ke gedung putih, ada pengawalan presiden melekat di dalamnya. Itu biasa. Jangan dianggap luar biasa," tandasnya.
Komando Pengamanan Obama Ditangan Panglima TNI
Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Djoko Santoso mendapat mandat sebagai pemengang komando pengamanan kunjungan Presiden Amerika Serikat Barak Obama pada akhir Maret nanti. Menurut Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal Sjafrie Syamsudin, pengendalian pengamanan Obama sesuai dengan mekanisme dan prosedur kunjungan tamu negara lainnya. “Tidak ada dualisme kendali,” ujar Sjafrie di kantornya, Rabu (17/3).
Mengenai pengamanan melekat yang diberikan Secret Service pada Obama, menurut Sjafrie bukan hal yang luar biasa. Pengamanan khusus dari negara asal tamu negara memang selalu ada. Namun pengamanan itu hanya bersifat penguatan saja dan tetap di bawah kendali operasional, yakni Panglima TNI.
Tentang temuan Intelejen TNI akan kerawanan menjelang kunjungan Obama, Sjafrie mengakui adanya kerawanan itu. Tapi menurutnya kerawanan itu masih berskala rendah dan bisa dicegah. Selain itu, pengamanan yang dikerahkan TNI akan intensif dilakukan saat ada ancaman fisik dalam kunjungan kepala negara. “Kesimpulannya kerawanan itu tidak mempunyai pengaruh pada kunjungan Obama.”
Setelah beberapa kali mengalami kemunduran jadwal kedatangan, rencananya Obama akan berkunjung ke Indonesia pada 23-25 Maret nanti. Namun beberapa elemen masyarakat seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Liga Nasional Mahasiswa untuk Demokrasi, Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI, Petisi 28, Institut Global Justice dan Komisi Lingkungan Hidup tetap menolak kunjungan Obama ke Indonesia. Menurut mereka, Obama telah memerangi umat Islam di beberapa negara, seperti di Irak, Afghanistan dan Somalia.
Sedangkan Sjafrie berpendapat bila penolakan elemen masyakarat itu merupakan hal yang wajar di negara demokrasi, seperti Indonesia. Dan pemerintah tidak menganggap bila penolakan itu merupakan ancaman dalam kunjungan Obama. “Ancaman memiliki tingkatan masing-masing dan penolakan itu bukan sebuah ancaman,” kata Sjafrie.
MEDIA INDONESIA/TEMPO Interaktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar