Konsep jet tempur K-FX akan dikembangkan Korsel dan Indonesia. Turki diundang bergabung dalam proyek K-FX.
16 November 2010, Serpong -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mengembangkan riset desain dan teknologi supersonik pesawat tempur untuk menunjang pertahanan dalam negeri. Realisasi produksinya bekerja sama dengan Korea Selatan.
”Riset ini untuk pengembangan keahlian Lapan, sekaligus memanfaatkan potensi industri penerbangan yang sudah dimiliki PT Dirgantara Indonesia,” kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewa Salatun dalam konferensi pers Seminar Penerbangan dan Antariksa 2010 di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Serpong, Tangerang, Senin (15/11).
Lapan saat ini berhasil mengembangkan produksi roket dan satelit, di antaranya roket pengorbit satelit RX 550 yang akan diuji statis pada Desember 2010 di instalasi pengujian Pantai Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
”Untuk mencapai kemampuan mengorbitkan satelit di luar angkasa, roket harus teruji mampu memiliki kecepatan delapan kilometer per detik dalam keadaan meluncur secara horizontal. Kita lihat hasil pengujiannya nanti,” kata Adi.
Lapan juga merancang satelit kembar Lapan-A2 dan Lapan- Orari. Masing-masing berfungsi untuk menunjang pengamatan permukaan Bumi dan komunikasi pada saat bencana alam terjadi. Satelit ini akan diluncurkan pada November 2011 dari stasiun pengorbit di India.
Audit penerbangan
Dalam pembukaan seminar, juga dilaksanakan serah terima nozzle (moncong) roket RX-550 dari Direktur Utama PT Krakatau Steel Fazwar Bujang kepada Kepala Lapan. RX-550 akan digunakan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS) buatan Lapan. Kepala Lapan menjelaskan, Lapan mengembangkan roket untuk kebutuhan sipil. "Nantinya RPS akan meluncurkan satelit buatan kita sendiri," ia mengatakan. Adi menambahkan, serah terima ini juga menandai kerja sama antara Lapan dengan PT Krakatau Steel. (Foto: LAPAN)
Pada kesempatan itu, Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menekankan pentingnya audit potensi teknologi penerbangan dan antariksa. Selanjutnya, agar didorong kerja sama antarindustri maupun lembaga riset untuk mengembangkan teknologi penerbangan dan antariksa tersebut. ”Pemerintah akan menyediakan panggung kolaborasi,” ujar Suharna.
Suharna mengatakan, panggung kolaborasi tetap berbasis pada kebijakan masing-masing institusi.
KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar