Minggu, 31 Mei 2009

EMBRAER Menyerahkan Super Tucano Ke-100 ke AU Brazilia

Frederico Fleury Curado (kiri) Presiden dan CEO Embraer, dan Jenderal AU Juniti Saito, Komandan Aeronautika berjabat tangan saat acara penyerahan pesawat Super Tucano keseratus, (26/5/2009). (Foto: Embraer)

31 Mei 2009 -- Pabrik pesawat Embraer (Empresa Brasileria de Auronatica S.A.), Brazilia menyerahkan pesawat turboprop EMB-314 Super Tucano keseratus di kantor pusat Embraer, Sao Jose dos Campos, Sao Paulo, Brazilia, ke Angkatan Udara Brazilia (FAB/Forca Aerea Brasileira), Senin (26/5). FAB memesan pesawat ini sebanyak 99 unit, mulai dioperasikan Desember 2003 menjadikan operator Super Tucano pertama di dunia, dan memberikan kode sebagai A-29. Pesawat ini digunakan sebagai pesawat latih dan penerbangan misi operasional.

Super Tucano keseratus. (Foto: Embraer)

Sudah terjual 169 unit sampai saat ini, Embraer menerima pesanan dari AU Chile, Republik Dominika, dan Ekuador, serta sukses dioperasikan oleh FAB dan AU Kolombia. Super Tucano mempunyai versi kursi tunggal dan tandem, mampu dioperasikan lapangan terbang perintis dengan kondisi landasan kasar, mampu beroperasi malam hari dengan bantuan NVG (Night Vision Goggle), optikal elektro serta sensor sinar infra merah.

Embraer (Empresa Brasileria de Auronatica S.A.)

Embraer (NYSE = ERJ; Bovespa = EMBR3) didirikan tahun 1969 dan diprivatisasi 7 Desember 1994, sebagai perusahan yang mendisain, mengembangkan, membuat dan menjual pesawat untuk segmen penerbangan komersial, eksekutif, pertahanan dan pemerintahan. Perusahaan menyediakan dukungan penjualan dan pelayanan ke para pelanggan di seluruh dunia. Embraer berkantor pusat di Sao Jose dos Campos, Sao Paulo, Brazilia, membuka kantor di Amerika Serikat, Perancis, Portugal, Cina dan Singapura. Embraer memperkerjakan 17.375 karyawan, diluar karyawan yang berkerja di OGMA dan HEAI.

TNI AU Memilih Super Tucano


Setelah serangkaian kecelakaan dialami OV-10 Bronco, akhirnya si kuda liar diistirahatkan selamanya oleh TNI AU. Super Tucano dipilih sebagai pengganti OV-10 Bronco, setelah menyisihkan kandidat lainnya. Lima jenis pesawat sempat dikaji oleh TNI AU, Korean Observation-1 (KO-1), K-8 Karakorum produksi bersama Cina dan Pakistan, EMB-314 Super Tucano buatan Brasil, T-6 B Texan II (Amerika Serikat), dan Pilatus PC-9 buatan Swiss.

KO-1 Wong Bee lebih baik daripada Super Tucano karena mampu melaju dengan kecepatan hingga 648 kilometer per jam dengan roket dan bom yang bisa ditentengnya, akan tetapi harganya lebih mahal menurut pengamat penerbangan Dudi Sudibyo.

K-8 Karakorum tersisih karena mesin dan sistem operasionalnya tidak familiar.

Pilatus PC-9 tidak dipilih TNI AU karena pabrik pesawat Pilatus tidak melayani up-grade persenjataan yang dibawa.

T-6B Texan II masih prototipe sehingga diabaikan untuk dipilih, tetapi Iraq mengajukan pembelian 36 unit pesawat dan Maroko belum dapat konfirmasi jumlahnya.

EMBRAER/KORAN TEMPO/@info-terkumpul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar