Jumat, 05 November 2010

Wujudkan Prajurit Raider Yang Handal dan Berkualitas


5 November 2010, Semarang -- Prajurit Raider harus benar-benar menguasai kemampuan teknis dan taktis satuan Raider agar mampu bertindak profesional dalam setiap pelaksanaan tugas operasi yang bersifat khusus.

Demikian disampaikan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono dalam amanat tertulis yang dibacakan Danrindam IV/Diponegoro Kolonel Inf Jagar Naibaho, pada upacara Prajurit Raider harus benar-benar menguasai kemampuan teknis dan taktis satuan Raider agar mampu bertindak profesional dalam setiap pelaksanaan tugas operasi yang bersifat khusus.

Demikian disampaikan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono dalam amanat tertulis yang dibacakan Danrindam IV/Diponegoro Kolonel Inf Jagar Naibaho, pada upacara penutupan latihan pemantapan Raider personel Yonif 400/R yang bertempat di lapangan Simpang Lima, Semarang (05/11). Bertindak selaku Komandan Upacara, Danyonif 400/R Letkol Inf Harzeni Paine.

Sejumlah personel TNI AD dari kesatuan Yonif 400/Raider menyanyikan lagu penyemangat prajurit, pada Penutupan Latihan Pemantapan Raider, di Semarang, Jateng, Jumat (5/11). Latihan pemantapan yang telah berlangsung selama 14 hari itu menekankan pada kemampuan pasukan sebagai raid penghancur, pembebasan tawanan, pertempuran jarak dekat dan mobil udara untuk mendukung pelaksanaan tugas operasi militer. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/ama/10)

Kepada seluruh peserta latihan, Pangdam berharap dengan berakhirnya latihan pemantapan tersebut kemampuan para prajurit semakin meningkat, khususnya kemampuan sebagai prajurut Raider, yaitu kemampuan Raid penghancur, Raid pembebasan tawanan, pertempuran jarak dekat dan mobil udara dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasi, baik Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

”Latihan taktik tempur ini sangat menunjang tugas di lapangan. Ingat, kembangkan dan sesuaikan dengan medan operasi yang sebenarnya. Jangan hanya terpaku pada latihan yang kalian lakukan”, imbuh Pangdam.

Pangdam juga mengingatkan keberadaan satuan yang berkualifikasi Raider ini diarahkan sebagai satuan yang dapat diandalkan untuk menangkal, sekaligus sebagai kekuatan penindak yang menentukan di daerah operasi.

Sejumlah prajurit TNI AD dari kesatuan Yonif 400/Raider bersiap melakukan penyerangan saat simulasi pembebasan sandera yang ditawan para terois, pada Penutupan Latihan Pemantapan Raider, di Semarang, Jateng, Jumat (5/11). (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/ama/10)

Melihat perkembangan situasi bangsa dari waktu ke waktu, satuan Raider sebagai bagian dari komponen bangsa yang mempunyai fungsi dan tugas di bidang pertahanan, merupakan garda terdepan dalam mempertahankan keutuhan dan kedaulatan bangsa yang merupakan harga mati. Oleh karena itu prajurit Raider harus selalu siap untuk ditugaskan dan diterjunkan dimana saja di wilayah negara Indonesia, demi tegaknya Sang Merah Putih.

Ditekankan pula oleh Pangdam agar seluruh materi latihan benar-benar dipahami dan dikuasai dengan baik. Selanjutnya guna lebih meningkatkan kulaitas latihan, maka perlu dilakukan evaluasi secara cermat terhadap semua aspek kegiatan pelatihan, dalam rangka mewujudkan postur prajurit Raider yang handal dan berkualitas.

Pemantapan Raider ini diikuti oleh 654 prajurit yang menjalani latihan selama 12 hari, mulai tanggal 23 Oktober sampai dengan 5 November 2010 dengan melalui rute Grabag Magelang, Ambarawa, Ungaran, Meteseh dan berakhir di Simpang Lima Semarang. personel Yonif 400/R yang bertempat di lapangan Simpang Lima, Semarang (05/11). Bertindak selaku Komandan Upacara, Danyonif 400/R Letkol Inf Harzeni Paine.

Sejumlah prajurit TNI AD dari kesatuan Yonif 400/Raider bersiap melakukan penyerangan saat simulasi pembebasan sandera yang ditawan para terois. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/ama/10)

Kepada seluruh peserta latihan, Pangdam berharap dengan berakhirnya latihan pemantapan tersebut kemampuan para prajurit semakin meningkat, khususnya kemampuan sebagai prajurut Raider, yaitu kemampuan Raid penghancur, Raid pembebasan tawanan, pertempuran jarak dekat dan mobil udara dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasi, baik Operasi Militer untuk Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

”Latihan taktik tempur ini sangat menunjang tugas di lapangan. Ingat, kembangkan dan sesuaikan dengan medan operasi yang sebenarnya. Jangan hanya terpaku pada latihan yang kalian lakukan”, imbuh Pangdam.

Pangdam juga mengingatkan keberadaan satuan yang berkualifikasi Raider ini diarahkan sebagai satuan yang dapat diandalkan untuk menangkal, sekaligus sebagai kekuatan penindak yang menentukan di daerah operasi.

Sejumlah prajurit TNI AD dari kesatuan Yonif 400/Raider melakukan simulasi aksi pembebasan sandera yang ditawan para terois di dalam bus. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/ama/10)

Melihat perkembangan situasi bangsa dari waktu ke waktu, satuan Raider sebagai bagian dari komponen bangsa yang mempunyai fungsi dan tugas di bidang pertahanan, merupakan garda terdepan dalam mempertahankan keutuhan dan kedaulatan bangsa yang merupakan harga mati. Oleh karena itu prajurit Raider harus selalu siap untuk ditugaskan dan diterjunkan dimana saja di wilayah negara Indonesia, demi tegaknya Sang Merah Putih.

Ditekankan pula oleh Pangdam agar seluruh materi latihan benar-benar dipahami dan dikuasai dengan baik. Selanjutnya guna lebih meningkatkan kulaitas latihan, maka perlu dilakukan evaluasi secara cermat terhadap semua aspek kegiatan pelatihan, dalam rangka mewujudkan postur prajurit Raider yang handal dan berkualitas.

Pemantapan Raider ini diikuti oleh 654 prajurit yang menjalani latihan selama 12 hari, mulai tanggal 23 Oktober sampai dengan 5 November 2010 dengan melalui rute Grabag Magelang, Ambarawa, Ungaran, Meteseh dan berakhir di Simpang Lima Semarang.

Pendam4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar