Penyakit autis semakin banyak terjadi di Dunia, termasuk di Indonesia. Meski penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas.
Penyakit autis pertama kali dipublikasikan oleh Leo Kanner (1943) seorang dokter kesehatan jiwa anak. Ia mengamati perilaku anak-anak yang dijadikan objeknya. Hal penting yang sangat menonjol adalah anak-anak ini sangat asyik dengan dunianya sendiri. Mereka seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri serta menolak berinteraksi dan berkomukasi dengan orang lain di sekitarnya.
Autis berasal dari bahasa Yunani Autos yang berarti aku. Atau sikap yang mengarah kepada diri sendiri.autisme adalah suatu gangguan yang ditandai melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut autistic spectrum dicorder (ASD).
Autis merupakan gangguan atau kelainan otak yang mengakibatkan hilang atau berkurangnya kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan dengan sesama dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan. Ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan khas pada sistem limbik atau pusat emosi. Akibatnya fungsi otak jadi terganggu, terutama fungsi yang mengendalikan pemikiran, pemahaman, komunikasi, dan interaksi.
Banyak literatur menyebutkan bahwa autis berhubungan erat dengan gangguan susunan saraf pusat, gangguan sistem percernaan, peradangan dinding usus, faktor genetik, keracunan logam berat, faktor psikodinamik keluarga dan faktor imunologi..
Menurut dr. Melly Budhiman, psikiater anak dan Ketua Yayasan Autis Indonesia, autis disebabkan gangguan pertumbuhan sel otak pada saat kehamilan trimester pertama. Pada saat itu berbagai hal dapat menghambat pertumbuhan otak. Misalnya janin terancam virus (rubella, tokso, herpes), jamur (Candida), oksigenasi (pendarahan) atau keracunan makanan. Di samping itu, faktor genetik juga dapat menyebabkan autis.
(Kabelan Kunia, M.Si., Pusat Penelitian Bioteknologi ITB, dari berbagai sumber, /”PR”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar