Berbagai fenomena dan fakta tentang perilaku hewan sebelum terjadinya gempa, tertulis dalam artikel David Jay Brown yang berjudul Etho-Geologi Forecasting. Disebutkan bahwa seorang ahli geologi dari California mengklaim dapat memprediksi gempa dengan tingkat akurasi 75% melalui penghitungan jumlah hewan peliharaan yang hilang, penghitungan ini telah dilakukan selama bertahun-tahun.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa angka hilangnya hewan peliharaan (anjing dan Kucing) akan naik secara signifikan selama dua minggu sebelum gempa. Kesimpulan ini terbukti ketika memprediksi gempa di Loma Prieta, Norther Calofornia. Jepang merupakan negara yang sangat akrab dengan gempa. Sekitar 80% gempa di Jepang terjadi di tengah lautan. Hal ini menyebabkan perilaku abnormal pada ikan. Spesies ikan yang biasa hidup dilautan dingin yang dalam, dapat ditangkap nelayan di perairan dangkal dan hangat beberapa saat sebelum terjadinya gempa.
Ikan memilki sensitivitas tinggi terhadap variasi medan elektrik yang terjadi sebelum gempa. Sensitivitas seperti ini memungkinkan beberapa hewan untuk dapat mendeteksi gas radon yang dikeluarkan dari tanah sebelum gempa. George Carayanis dalam artikelnya menulis bahwa penelitian penggunaan perilaku hewan sebagai metode untuk memprediksi gempa.
Para peneliti telah sukses memprediksi gempa di kota Haicheng pada bulan Februari 1975 melalui pengamatan perilaku hewan yang abnormal. Ular keluar dari lubangnya di musim dingin dan terlihat pula kemunculan sejumlah besar tikus yang berlari tanpa arah.
Kejadian ini diakhiri beberapa gempa pada akhir Desember 1974. pada bulan Januari 1975, laporan mengenai perilaku hewan yang abnormal telah diterima di berbagai tempat di kota Haicheng. Aktivitas ini semakin intensif pada tiga hari pertama bulan Januari dan telah dilaporkan lupa bahwa hewan ternak seperti sapi, babi, kuda dan ajning telah memperlihatkan tingkah laku yang abnormal.
Setelah itu, pada tanggal 4 Februari 1975 sebuah gempa pun menghancurkan kota Haicheng di Provinsi Liaoning Cina. Namun, melalui pengamatan perilaku hewan ini, sekitar 90.000 nyawa dapat diselamatkan. Setahun kemudian, seorang peternak kuda di sekitar Kota Tangshan, Cina, melaporkan bahwa kuda dan keledai mereka tidak mau makan, tetapi ternak tersebut malah melompat dan menendang hingga keluar kandang.
Setelah diketahui bahwa hewan dapat memprediksi terjadinya bencana alam, beberapa peneliti Cina telah melakukan survai mengenai variasi perilaku hewan sebelum terjadinya gempa. Kelompok peneliti yang terdiri atas ahli biologi, geofisika, kimia, meteorologi,dan biofisika ini melakukan survai. Survai itu dilakukan di Kota Tangshan dan sejumlah daerah di sekitarnya yang telah dilanda gempa pada tahun 1976. setelah mengunjungi dan melakukan wawancara dengan penduduk lokal, peneliti ini memperoleh dua ribu kasus tentang perilaku abnormal hewan yang terjadi sebelum gempa.
Tsunami besar melanda Aceh, Sri Langka, India, dan Thailand pada akir 2004 lalu juga didahului perilaku tak lazin dari hewan-hewan. Kantor Berita Reuters melaporkan Taman Nasional Yala di Sri Langka telah dipenuhi mayat manusia, tetapi tidak satu pun ditemukan bangkai-bangkai hewan. Taman Nasional Yala merupakan rumah bagi dua ratus ekor gajah asia, macam, rusa, dan hewan liar lainnya.
Gelombang tsunami yang menerjang Sri Langka sama sekali tidak membunuh hewan-hewan yang terdapat di daerah tersebut. Seorang staf di Taman Nasional Yala mengatakan, tidak ada gajah yang mati, bahkan tidak ditemukan bangkai hewan kecil seperti kelinci sekalipun. Hewan memiliki indera keenam dan dapat merasakan gejala suatu bencana.
Di Pantai Khao Lak, Thailand, gajah-gajah tunggang yang sedang dinaiki turis terlihat gelisah dan berlarian ke arah bukit. Beberapa saat sebelum datangnya gelombang, gajah ini terus-menerus bersuara dan gelisah (agitated). Mereka ini kembali tenang dan tidak bersuara setelah berada di bukit. Setelah itu, muncul gelombang tsunami yang menghantam pantai sejauh satu km. gajah-gajah yang ditunggangi turis itu pun selamat dan tidak tersentuh gelombang. Gajah ini telah menyelematkan sejumlah turis asing dari gelombang tsunami.
Sebelum gempa bumi yang melanda Cianjur, Tasikmalaya, Garut, dan Sukabumi pada tahun lalu, situs berita dalam negeri memberitahukan, hewan-hewan di Taman Safari Indonesia (TSI), Bogor menunjukkan perilaku aneh. Perilaku aneh itu terlihat sepuluh menit sebelum gempa bumi terjadi. Dilaporkan, empat puluh ekor ajah tampak histeris, ditunjukan dengan lengkingan suara keras dari belalainya. Kawanan rusa di TSI juga berlarian sebelum gempa terjadi. Hal yang sama ditunjukan oleh hewan lain, seperti monyet. Burung-burung juga berterbangan sbelum gempa terjadi.
Beberap hari sebelum Gunung Merapi meletus pada selasa (29/10), sejumlah media massa melansir laporan adanya hewan yang menunjukkan perilaku tak lazm. Kantor Berita Antara melaporkan sekumpulan burung elang jawa (bido) terbang meninggalkan kawasan hutan setempat ketika terjadi peningkatan aktivitas Merapi. (M. Ikhsan Shiddieqy, alumnus Fapet Unpad, /”PR”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar