Kamis, 19 Februari 2009

TNI Tak Sepenuhnya Bergantung pada AS

19 Februari 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengatakan, pemenuhan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI tidak lagi sepenuhnya bergantung pada Amerika Serikat (AS), meski hubungan militer RI-AS sekarang makin baik.

Dalam wawancara khusus dengan wartawan ANTARA Akhmad Kusaeni dan Rini Utami di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Rabu, terkait kunjungan Menlu AS Hillary Clinton, Djoko Santoso mengatakan, setelah embargo militer AS terhadap Indonesia dicabut pada 2005, hubungan militer kedua negara berangsur membaik meski belum sepenuhnya.

Sejak 22 November 2005, Washington memutuskan untuk memulihkan hubungan militer dengan Indonesia. Melalui kebijakan itu, seluruh embargo yang diterapkan kepada Indonesia seperti International Military Education and Training (IMET), Foreign Military Sales (FMS), Foreign Military Financing (FMF), maupun Defence Export dicabut.

Departemen Luar Negeri AS dalam rilisnya menyebutkan, atas dasar kepentingan negara, Pemerintah AS memutuskan untuk mengabaikan (waive) persyaratan (yang ditetapkan Kongres AS) terkait dengan FMF dan ekspor produk-produk pertahanan kepada Indonesia, sesuai dengan seksi 599F(b) tahun fiskal 2006 Foreign Operations, Export Financing and Related Programs Appropriation Act (PL 109-102).

Proses pemulihan dan peningkatan kembali hubungan militer Indonesia-AS sebelumnya didahului pembukaan kembali IMET pada Februari 2005 dan FMS pada bulan Mei 2005.

"Saat ini hubungan militer dua negara sangat baik, tetapi kini juga sudah banyak negara produsen senjata yang menjadi sumber pemenuhan alutsista TNI seperti Inggris, Cina, Rusia dan Korea. Dari masing-masing negara tersebut, dipilih berdasarkan spesifikasi teknik dan persyaratan operasional TNI," ujar Djoko.

Demikian juga dengan pendidikan dan pelatihan bagi para perwira TNI. Pola pendidikan dan latihan harus disesuaikan dengan kebutuhan operasional TNI. Khusus dengan AS materi pendidikan dan latihan yang dikerjasamakan antara lain pasukan khusus (special force), dan ranger.

"Karenanya, dalam program pendidikan dan latihan, TNI juga melakukan kerjasama dengan beberapa negara," ujarnya.(ANTARA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar