Jumat, 20 Februari 2009

Pendapat Anggota DPR RI Kasus Sukhoi di Kunci Missil Misterius


20 Februari 2009, Jakatarta -- Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Yusron Ihza Mahendra, di Jakarta, Jumat petang, menyorot kritis insiden dua pesawat Sukhoi baru tipe SU30 MK2, yang dilaporkan sempat di-'lock' (dikunci) lawan tak dikenal.

Ia mengatakan itu, merespons pernyataan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (TNI-AU), Marsekal Pertama Chaerudin Ray, sebelumnya, yang membantah dua pesawat Sukhoi itu telah dijadikan target tembak.

Kepada pers, Chaerudin Ray hanya mengatakan, dua pesawat itu sedang latihan di wilayah udara Sulawesi Selatan. "Bukan dikunci dan dijadikan target tembak, tapi alarm peringatan berbunyi," katanya lagi.

Namun, menurut Yusron Ihza Mahendra selaku Wakil Ketua Komisi I DPR RI Bidang Pertahanan, apa pun yang terjadi terhadap Sukhoi itu, ini tentu harus menjadi perhatian serius.

"Awal minggu depan ini Komisi I DPR RI ada agenda sidang dengan Panglima TNI dan kami akan menanyakan hal itu secara serius," tegasnya lagi.

Sebagai pemegang hak anggaran sekaligus hak kontrol, demikian Yusron Ihza Mahendara, 'insiden Sukhoi' di udara Sulawesi Selatan itu, tidak boleh dianggap hal biasa-biasa saja.

"Ini serius. DPR RI atas nama rakyat punya hak kontrol dan hak anggaran. Karena itu, kami akan memperhatikan kejadian atas Sukhoi itu dengan serius. Apalagi yang menganggarkan dana pembelian Sukhoi itu adalah juga DPR RI," tandasnya.

Secara pribadi, ujar Yusron Ihza Mahendra, dirinya tentu akan lebih serius lagi, karena dialah yang mengetuk palu menyetujui dana (pembelian Sukhoi) tersebut.

Yusron Ihza Mahendra dengan nada curiga juga mempertanyakan keberadaan dua Sukhoi itu, apakah memang dalam keadaan bagus, atau bagaimana ketika didatangkan dari Rusia.

"Yang pasti, waktu saya dan kawan-kawan meninjau di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, sekitar dua minggu yang lalu, pesawat itu dalam keadaan diparkir diam di landasan dan mesin tentu saja dalam keadaan mati. Kami tentu tidak tahu, apakah pesawat-pesawat itu ada masalah atau tidak," ungkapnya.

Namun, kepada ANTARA ia memastikan, di Komisi I DPR RI banyak purnawirawan TNI berbintang, termasuk eks TNI-AU.

"Kami akan tanyakan hal di atas secara detil. Apa lagi di kami ada yang memang ngerti pesawat dan sistem senjata secara detil," kata Yusron Ihza Mahendra meyakinkan.

Sementara itu, dalam penjelasannya sebagaimana diberitakan media Tempo-interaktif, Marsekal Pertama Chaerudin Ray, menjelaskan dengan pasti, dua Sukhoi baru tersebut sedang menjalani latihan intersep atau disergap dan menyergab. Bunyi alarm peringatan itu bukan karena dijadikan target musuh lalu dikunci, namun diduga akibat ada kerusakan pada pesawat.

Kedua pesawat itu, menurutnya, masih dalam perbaikan dan uji coba. Karena itu saat ini pesawat telah kembali ke pangkalan untuk dicek kembali.

Ia juga mengungkapkan, saat ini masih ada teknisi dari Rusia yang berada di Makasar, sehingga pesawat-pesawat itu nanti mau langsung diperbaiki.

Namun untuk memastikan apakah benar sempat ada penguncian oleh pesawat lain, Chaerudin Ray mengatakan, telah dikirim pesawat Boeing untuk mengeceknya.

Tapi, menurutnya lagi, pada dasarnya pesawat Boeing ini memang untuk patroli rutin.

Dari hasil pengecekan, katanya lagi, hasilnya nihil.

Seperti diberitakan beberapa media lainnya sebelum ini, dua pesawat Sukhoi baru tipe SU30 MK2 ini sempat melaporkan di-'lock'.

Karena itu, kedua pesawat tersebut lalu kembali ke pangkalan.(antara)

---000---

20 Februari 2009, Jakarta -- Alarm dua pesawat Sukhoi yang sedang berlatih di kawasan udara Makassar tiba-tiba berbunyi. Untuk mengetahui penyebab peristiwa itu, TNI diminta segera mengusutnya.

"Kalau perlu dibentuk tim khusus Mabes TNI serta instansi terkait," kata anggota komisi I DPR, Tjahjo Kumolo kepada detikcom, Jumat (20/2/2009).

Tjahjo mengatakan, peristiwa itu harus segera diketahui penyebabnya. Apakah human error atau masalah tekhnis. Bahkan, menurut Tjahjo, jika tidak siap dengan kecanggihan sistem pesawat ini, pembelian Sukhoi sebenarnya dapat ditunda.

"Kalau memang belum siap secara tekhnis harusnya (pembelian) tidak perlu tergesa-gesa," jelasnya.(edit @detiknews)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar