EMB-314 Super Tucano. (Foto: Embraer)
30 Juni 2011, Jakarta(Jurnas.com): Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsma Bambang Samoedra mengatakan, pesawat serang EMB-314 Super Tucano akan didatangkan awal 2012 nanti. Pesawat pabrikan Brazil ini dipesan pemerintah langsung dari Brazil.
Empat unit pertama dari satu skadron yang dipesan direncanakan tiba, Maret 2012. "Sisanya akan didatangkan bertahap," kata Bambang di Museum Dirgantara Mandala TNI AU Sekolah Penerbang Adi Sutjipto Yogyakarta, Kamis (30/6). Penandatanganan memorandum of understanding (MoU) pembelian, kata Bambang, telah dilakukan sejak November tahun lalu dengan produsen Tucano, Embraer Brazil.
Satu skadron Super Tucano (16 pesawat) untuk menggantikan pesawat OV-10 Bronco di Skadron 21 Malang yang sudah habis masa jam terbangnya. Bambang menilai, Super Tucano dipilih karena pesawat ini memiliki kualitas paling baik di antara pesawat sejenis lainnya.
Sebelum memilih Super Tucano, TNI AU juga sudah mempertimbangkan membeli pesawat serang kecil K9 buatan China dan KO1B buatan Korea. "Tapi, pilihan akhirnya jatuh pada Super Tucano," kata Bambang. Super Tucano adalah jenis pesawat serang ringan dengan fungsi patroli pemantauan dan sebagai pesawat latih. Pesawat ini dilengkapi dengan baling-baling, teknologi avionik modern, dan sistem persenjataan. Pesawat ini juga biasa digunakan dalam operasi counter-insurgency atau operasi penumpasan pemberontakan.
Setelah mendatangkan Super Tucano, TNI AU juga sedang merencanakan penambahan enam unit pesawat tempur Sukhoi dari Rusia dan pesawat tempur F-16 bekas dari Amerika Serikat. Usulan pembelian Sukhoi sudah diajukan ke Kementerian Pertahanan. Sementara pembelian F16 sedang menunggu persetujuan AS. Selain pesawat tempur, TNI AU juga berencana menambah pesawat angkut dan heli dalam waktu dekat.
TNI AU Akan Tambah Pasukan Penerbang
Markas Besar TNI Angkatan Udara akan menambah jumlah pasukan penerbang secara bertahap. Hal itu dikatakan Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Bambang Samoedro di Pangkalan TNI Angkatan Udara Adi Sutjipto Yogyakarta, Kamis (30/6).
Menurut Bambang, penambahan pasukan penerbang akan disesuaikan dengan rencana peningkatan alat pertahanan udara. Peningkatan pasukan juga direncanakan sesuai dengan target minimum essential force yang dirancang sampai 2024.
Meski begitu, Bambang enggan menyebutkan secara detil berapa besar jumlah penambahan pasukan yang direncanakan. "Tergantung penambahan pesawat," kata Bambang.
Gubernur Akademi Angkatan Udara Marsekal Muda, IB Putu Dunia menambahkan penambahan jumlah penerbang militer disesuaikan dengan kebutuhan, ketersediaan pesawat dan anggaran. "Tidak ada prosentase ketat berapa jumlah penerbang, kami cenderung budget oriented," ujar Putu Dunia.
Karena itulah, menurutnya, tiap tahun jumlah rekrutmen penerbang militer bisa berubah. Sementara itu, Komandan Wing Pendidikan Penerbangan Pangkalan Udara Adi Sutjipto, Kolonel Penerbang Khairul Lubis, menyebutkan ada 46 penerbang militer yang lulus tahun ini dari akademi penerbangan. Ke- 46 penerbang militer itu untuk TNI Angkatan Udara, TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Darat. Rata-rata setiap tahun akademi penerbangan menghasilkan 50-60 penerbang militer baru. "Tidak semua bisa lulus menjadi penerbang," ucap Khairul Lubis.
Adapun penerbang-penerbang militer itu diambil dari lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat dan lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU). Lulusan SMU dididik selama 33 bulan dan setelah lulus akan menjadi penerbang militer di TNI Angkatan Darat dan TNI Angkatan Laut. Sedangkan lulusan AAU dididik untuk menjadi penerbang militer untuk TNI AU.
Sumber: Jurnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar