(Foto: U.S. Air Force/Capt. Raymond Geoffroy)
22 Juni 2011, Jakarta (Suara Karya): TNI Angkatan Udara (AU) dan Angkatan Udara Amerika Serikat (United States Air Force/USAF) mengaku meraih manfaat maksimal dari kerja sama militer Indonesia dengan Amerika Serikat. Kerja sama militer menjadi wadah berbagi pengalaman dan pengetahuan guna meningkatkan profesionalisme.
Pengakuan ini disampaikan Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi dan Commander 13th Air Force USAF, Lt Gen Stanley T Kresge usai membuka Latihan Bersama (Latma) TNI AU-USAF di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (21/6).
Latma TNI AU-USAF mengambil sandi Cope West 2011. Latma akan berlangsung lima hari mulai 20-24 Juni 2011. Menurut Dede, TNI AU dan USAF punya karakter pendekatan dan prosedur pengoperasian udara yang berbeda dalam pengaturan jenis latihan.
Untuk itu, kedua angkatan udara harus saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam membangun kerja sama latihan sehingga melahirkan profesionalisme. "Latma seperti ini merupakan kesempatan baik untuk meningkatkan profesionalisme serta keahlian sehingga tepat sasaran," ujar Wakil KSAU.
Selain itu, Wakil KSAU mengatakan, Latma telah menjadi wadah untuk menguatkan persahabatan militer Indonesia dan AS. "Ini akan sangat berarti untuk mempererat persahabatan dan memperkuat hubungan baik yang selama ini telah terbina. Dan lebih khusus lagi dapat meningkatkan kapabilitas dan profesionalisme personel yang terlibat bersama dalam latihan ini seperti dalam taktik dan teknis pengoperasian udara," kata Dede.
Sementara itu, Kresge menyatakan, USAF mengapresiasi kerja sama militer Indonesia dan Amerika Serikat. Kerjasa TNI AU dan USAF semakin semakin erat menyusul kerja sama militer yang telah terbangun sebelumnya. "Kegiatan ini akan membangun kebersamaan yang kuat bagi wilayah regional yang sejahtera dan damai," ujarnya.
Menyinggung latihan, Kresge mengakui, USAF mendapatkan pengalaman baru selama latihan operasi udara di Indonesia. Dalam Latma itu, USAF-TNI AU berbagi taktis, teknik dan prosedur. "Operasi angkutan udara dan yang akhirnya akan meningkatkan kapabilitas yang lebih lagi," ujarnya. Menurut dia, Latma USAF-TNI tidak mudah karena perbedaan bahasa, budaya, geografi dan sejarah.
Sumber: Suara Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar