KRI Makassar kapal perang TNI AL yang terbaru. (Foto: TNI AL)
8 Februari 2010, Jakarta -- Kesiapan operasi pasukan akan optimal ketika pelatihan dan persenjataan dalam kondisi terbaik. Peremajaan alutsista menjadi tuntutan ketika kondisi senjata menurun. Namun, harapan peremajaan alutsista akhirnya terbentur kenyataan, yakni keterbatasan anggaran.
Hal ini disampaikan oleh Komandan Pusat Kesenjataan Infateri Mayjen Soenarko kepada Media Indonesia di Jakarta, Senin (8/2). "Alutsista ini mempunyai masa pakai, tapi penggantian menghitungkan anggaran," kata dia.
Ia menjelaskan bahwa masa pakai akan mempengaruhi akurasi dari senjata yang digunakan. Tapi, anggaran menjadi penghambat untuk peremajaan. Ia berharap pemerintah memperhatikan hal tersebut kedepannya. Apalagi, PT Pindad, sebagai produsen utama persenjataan TNI, sudah berhasil mengembangkan berbagai varian senjata.
"Pindad tadi men-display-kan produk terbaru yang sebagian belum digunakan. Harapannya, kami bisa menggunakan itu untuk meremajakan senjata kita yang sudah lama. Kita butuh senjata yang lebih moderen, lebih mudah dan akurasi tinggi," jelasnya.
Waktu meremajakan alutsista, sahutnya, tidak reguler. Itu tergantung senjata dan penggunaannya masing-masing. Tidak semua latihan yang menggunakan senjata membutuhkan peluru sehingga masa pakai bisa lebih lama. Tapi, ia meyakinkan jika produk dalam negeri tidak kalah dengan produk buatan luar. Maka itu, ia menjanjikan seluruh produk yang dibuat Pindad bisa digunakan oleh kesatuannya, tergantung kebutuhannya.
"Sekarang paling banyak pakai senjata produk dalam negeri. Kenapa kita tidak pakai dari dulu? Itu karena kita belum bisa buat. Kalau sudah bisa dibuat, ya kita pakai senjata buatan dalam negeri. Dirlitbang saya juga ikut di Pindad untuk merancang itu supaya mudah digunakan," tukasnya.
MEDIA INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar