Kondisi pesawat Nomad milik TNI AL yang jatuh di tambak, rencananya hari ini dipotong-potong untuk memudahkan proses evakuasi. (Foto: Radar Tarakan/Anthon Joy)
10 September 2009, Tarakan -- Komandan Gugus Tempur Angkatan Laut (Danguspurla) Armatim Laksamana Pertama RM Harahap mengakui jika keberadaan warga sipil di pesawat TNI AL adalah di luar prosedur penerbangan TNI AL.
“Penumpang sipil (di pesawat militer) tentu tidak sesuai prosedur. Hanya saja, apabila ada masyarakat yang minta tolong, kadang rasa kemanusiaan kita muncul,” kata Harahap menjawab pertanyaan harian ini adanya enam penumpang sipil di Pesawat Nomad P 837 TNI AL yang jatuh di tambak daerah Mentadau, Sekatak Bengara, Kabupaten Bulungan, Senin (7/9) lalu.
Pesawat yang terbang dari Bandara Long Apung, Bulungan menuju Bandara Juwata Tarakan mengangkut 9 orang –termasuk kru- itu jatuh sekitar pukul 14.30 Wita, di titik koordinat 03’ 09 618 N (Lintang Utara) dan 117 11 575 E (Bujur Timur). Empat penumpang -yang semuanya warga sipil- dinyatakan tewas di tempat kejadian, sedang lima lainnya luka-luka.
Kemarin, satu korban lagi bernama Uhip meninggal dunia setelah 2 hari dirawat di RS Ilyas Tarakan. “Memang sudah meninggal. Kami tak bisa beri keterangan banyak, tunggu saja pimpinan,” kata salah satu petugas di RS Ilyas Tarakan.
Beberapa petugas rumah sakit milik TNI AL itu bungkam saat ditanya kapan tepatnya korban meninggal. “Coba tanya ke rumah sakit umum, tadi bawa ke sana,” katanya.
Dengan meninggalnya Uhip, maka korban tewas menjadi lima orang. Masing-masing Muslimin, Yakub K, Srihardi, Fikri dan terakhir Uhip. Uhip sendiri adalah kawan dari Srihardi dan Fikri. Jenazah Srihardi dan Fikri kemarin siang dipulangkan ke Nusa Tenggara Barat (NTB) menggunakan pesawat Sriwijaya Air.
Harahap yang kemarin ke tempat kejadian jatuhnya Nomad P 837 yang dipiloti Lettu Erwin itu mengatakan, jika menurut aturan memang pesawat Nomad tidak diperbolehkan mengangkut warga sipil. “Tapi yang tidak bisa kita tolak adalah permintaan masyarakat,” imbuhnya.
Menurutnya, bagaimanapun juga, dalam menjalankan tugas di daerah, TNI banyak dibantu masyarakat, terutama warga pedalaman. Sehingga tidak heran jika pesawat TNI AL mengangkut warga sipil hanya terjadi di pedalaman saja. “Karena memang di sana tidak ada angkutan,” lanjutnya.
Ditegaskan Harahap, misi yang dilakukan pesawat Nomad adalah tetap patroli maritim. “Untuk mengawasi perbatasan dan mencari data-data karena itu adalah tugas mereka. Apalagi pesawat Nomad sebagai patroli maritim, bisa terbang rendah sehingga dia bisa meyakinkan objek yang ada di bawahnya,” terangnya.
Meski warga sipil itu hanya menumpang, namun biaya perawatan ditanggung oleh pihak TNI AL. “Atas dasar kemanusiaan saja. Atas kejadian ini tetap akan kita bantu sedapat mungkin sampai mereka sembuh sesuai kemampuan Angkatan Laut yang ada di sini (Lanal Tarakan, Red). Bagaimanapun juga, peristiwa ini tidak ada yang menginginkan terjadi,” katanya.
Untuk perawatan, lanjut Harahap, tetap dilaksanakan di Rumah Sakit TNI AL Ilyas Tarakan, sampai korban dinyatakan sembuh. “Kalau sudah sembuh baru kita pulangkan,” janjinya.
Dievakuasi
Rencananya hari ini tim TNI AL yang khusus didatangkan dari Surabaya mengevakuasi bangkai Nomad (N22) P 837 yang hingga kemarin masih berada di tambak milih H Aras.
“Tim dari Surabaya yang akan datang untuk mengangkut sisa pesawat supaya tidak ada lagi yang tinggal. Sisa pesawat tersebut kemudian dipelajari, kemungkinan-kemungkinan apa yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut,” kata Harahap, saat meninjau lokasi jatuhnya pesawat bersama Danlanal Tarakan Letkol Laut (P) Bambang Irwanto.
Langkah pertama, kata Harahap, badan pesawat dipotong-potong untuk memudahkan proses evakuasi, karena tidak mungkin diangkut secara utuh menuju Tarakan.
Perwira bintang satu ini memastikan, jika dilihat dari lokasinya, kemungkinan proses evakuasi dapat dilakukan dalam waktu satu hari. “Dari lokasi tambak ke Tarakan, kita akan menggunakan kapal tongkang,” jelasnya.
Di Tarakan, lanjut Harahap, bangkai pesawat akan disimpan di Makolanal Tarakan untuk proses penyidikan selanjutnya. “Untuk proses penyidikan, diserahkan kepada tim yang ditunjuk,” ujarnya. Karena itu Harahap belum dapat memastikan penyebab jatuhnya pesawat buatan Australia itu.
KALTIM POST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar