Ribuan amunisi yang diamankan polisi dipamerkan di Mapolres Bireuen. (Foto: rahmat hidayat/rakyat aceh/jpnn)
02 Maret 2010, Lhokseumawe -- Terkait penggrebekan dan pengepungan yang dilakukan aparat keamanan di Aceh Besar dan Bireuen, membuktikan jika jaringan teroris Jamaah Islamiah (JI) sudah bercokol di Aceh. Tak ada kata terlambat untuk mengatasi, asalkan mau membuka mata terhadap kegiatan teror berskala internasional tersebut.
“Teroris sudah ada di Aceh. Memang kenyataannya demikian. Sulit menampik kenyataan ini,” ujar Al Chaidar, kepada koran ini ketika dihubungi melalui telepon selular, kemarin. Pria yang juga salah satu pengajar di Universitas Malikussaleh Aceh Utara ini mengatakan, temuan bukti tersebut lebih kuat duagaan milik anggota Jamaah Islamiah (JI) dari pada milik Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Bahkan dia mengatakan pentolan dan tokoh-tokoh yang ada di Aceh kini telah berangkat ke Afghanistan.
“ Sebelumnya para anggota yang diduga Jamaah Islamiah (JI) ini melakukan tempat latihan di Aceh Besar dan di Aceh Tamiang. Kini telah hilang dan tidak kembali lagi,” katanya.
Bahkan dia mencontohkan dengan ditangkapnya seorang pelaku yang merampok toko emas di Kutablang, Kabupaten Bireun, beberapa waktu lalu, yang mana mengaku dana hasil rampokan itu digunakan untuk bom di Jakarta.
“Ini juga membuktikan kalau teroris itu telah ada di Aceh. Emang ini merupakan jaringan Nurdin M Top yang mana pernah pergi ke Aceh setelah Aceh dilanda gempa dan tsunami,” ujar Al Chaidar.
JI Aceh Ada Koneksi Internasional
Pasca tertangkapnya empat anggota Jamaah Islamiah di kawasan Jalin Jantho, Aceh Besar kemarin malam (24/2), pihak kepolisian mengendus ada koneksi jaringan teroris internasional. Tak ingin gegabah mengambil putusan, Mabes Polri pun dilibatkan untuk penyelidikan intensif. Bahkan Malaysia pun bisa dituding terlibat, karena ada temuan seragam militer negara tetangga tersebut.
"Informasi baru ada, tetapi, kita belum ungkap ke publik, karena masih harus berkoordinasi dengan Mabes Polri," ujar Kapolda Aceh Irjen Pol Aditya Warman usai sertijab Wakapolda Aceh yang baru dari Brigjen Bambang Suparno kepada Kombes Pol Surya Darma di Banda Aceh, Rabu (24/2).
Menurut Kapolda, berdasarkan pengembangan dari empat tersangka yang telah ditangkap dua hari lalu, pihaknya mendapat informasi baru bahwa kelompok jaringan ini diduga punya hubungan tidak hanya lokal melainkan nasional dan internasional dan sejauh mana perkembangannya masih terus dikembangkan.
Sejauh mana ujung pangkalnya dan keberadaan mereka di Aceh akan kami pelajari dan nantinya akan dicoba cross chek oleh Mabes Polri dengan jaringan JI yang ada selama ini. Bahkan salah satu yang berhasil ditangkap kemarin justru diduga telah dikenal selama ini di Aceh namun, masih terus didalami.
"Ini semua tidak saya ungkap disinilah, sebab masih akan dicocokkan dengan sumber lain yang berhasil di ungkap dan ada sejumlah tanda-tanda sudah dikenali sebelumnya pihak Mabes Polri,"
Terkait keberadaan kelompok ini di Aceh, tambah Kapolda, justru memprediksikan sudah lama, hanya lagi selama ini daerah Aceh sangat aman, dan dianggap legal, sehingga dengan mudah melakukan aktifitasnya bahkan sampai membesar dan itulah yang dikagetkan oleh aparat.
"Kita bukannya kecolongan, tetapi, dengan kondisi yang sudah kondusif justru dimanfaatkan untuk perbuatan lain dan untuk kepentingan apa," jelasnya.
Indikasi mereka punya senjata, Kapolda menyebutkan berdasarkan hasil penyelidikan aparatnya mengakui ada, tetapi itu yang belum ditemukan termasuk dari mana sumbernya serta alat-alat atribut seperti baju loreng milik angkatan darat Malaysia.
Rakyat Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar