Senin, 01 Februari 2010
BPPT Dukung Kemandirian Bangsa Dalam Alutsista
2 Februari 2010, Jakarta -- Perkembangan alutsista (alat utama sistem persenjataan) Indonesia saat ini sudah menunjukan prestasi yang menggembirakan, terlebih lagi untuk alutsista buatan dalam negeri, seperti Panser Anoa 6x6 produksi PT Pindad. Keberhasilan tersebut, tidak terlepas dari kerjasama yang terbentuk antara PT Pindad dan BPPT.
“Prototipe pertama dari panser anoa 6x6 ini adalah panser yang kita beri nama APS P1 (Alat angkut Personil Sedang), yang kita bangun bersama dengan PT Pindad”, ungkap Kepala BPPT Marzan A Iskandar diruang kerjanya saat wawancara, Senin kemarin (01/2). “Mulai dari perencanaan, detil desain, perancangan, sampai pada pengujian prototipe, kita lakukan bersama-sama (BPPT-PT Pindad, red)”, lanjut Marzan.
Marzan menambahkan, paser anoa 6x6 ini dibuat berdasarkan masukan dan keinginan dari pihak TNI. “Jadi kita tidak sembarangan memasukan spesifikasi-spesifikasi”, jelasnya. Panser ini, menurut Marzan, memiliki banyak kelebihan-kelebihan, seperti faktor kenyamanan dan reliability yang sangat diperhatikan, daya angkut yang lebih banyak, menggunakan sistem penggerak roda 6x6 yang menjadikan panser ini dapat mengatasi berbagai kendala alam, serta jangkauan tempuh hingga 600 kilometer. “Yang terpenting lagi, panser ini dibuat didalam negeri, hasil karya anak bangsa. Tentunya ini menjadikan capaian luar biasa bagi Indonesia”, kata Marzan.
Berbicara mengenai kemungkinan adanya negara lain yang berkeinginan memesan panser anoa 6x6, Marzan berpendapat bahwa ini menunjukan adanya penghargaan dari negara lain terhadap produk buatan Indonesia. “Kita ditantang untuk meningkatkan kualitas pekerjaan”, katanya.
“BPPT secara bertahap, mendukung terciptanya kemandirian bangsa dalam bidang alutsista. Untuk itu, diperlukan adanya master plan alutsista nasional untuk mempersiapkan secara terinci kebutuhan-kebutuhan akan teknologi, alat dan peralatan yang dibutuhkan dimasa mendatang”, tutur Marzan.
Marzan juga menilai, diperlukan adanya policy dari pemerintah, agar semua komponen-komponen dalam proses menuju terwujudnya kemandirian bangsa dapat berjalan dengan baik. “Misalnya seperti pemberlakuan tarif khusus bagi produk impor, adanya insentif bagi pengusaha dalam negeri, serta adanya keberpihakan terhadap produk lokal”, katanya.
“Kita di BPPT, sangat terbuka untuk menjalin networking dengan instansi-instansi lain, baik itu lembaga penelitian pemerintah atau swasta. Kerjasama lintas instansi ini akan mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan teknologi di Indonesia, yang akhirnya akan meningkatkan produksi dan daya saing nasional. BPPT siap membantu mewujudkannya”, tutup Mazan.
BPPT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar