Kujang identik dengan identitas dan eksistensi kebudayaan masyarakat Sunda. Orang Sunda tak bisa dipisahkan dengan kujang.
Menurut Anis Djati Sunda, berdasarkan Pantun Bogor, kujang mempunyai beberapa fungsi dan bentuk.
Kujang berdasarkan Fungsinya antara lain:
- Kujang Pusaka = kjang yang melambangkan keagungan
- Kujang Pakarang = kujang dipakai sebagai alat perang
- Kujang Pangarak = kujang yang dipergunakan dalam kegiatan upacara adat
- Kujang Pamangkas = kujang yang dipergunakan untuk keperluan bertani
Kujang berdasarkan bentuknya:
- Kujang Jago = kujang yang menyerupai ayam jantan (jago)
- Kujang Ciung = kujang seperti burung/manuk ciung
- Kujang kuntul = kujang yang hampir menyerupai burung bangau (kuntul)
- Kujang Badak = kujang yang bentuknya seprti badak
- Kujang Naga = kujang yang bentuknya menyerupai mitologi naga
- Kujang Bangkong = kujang bentuknya seperti katak
Ada juga bentuk kujang seperti wayang kulit yang menggambarkan sosok wanita. Bentuk dari kujang ini adalah simbol kesuburan.
Menurut beberapa sumber, kujang berasal dari kata kudihyang (kudi dan Hyang). Ada lagi yang menyebut kujang berasal dari kata Kudi yang ditukil dari bahasa sunda heubeul, yang mengandung arti pakakas (senjata) yang mempunyai kekuatan gaib, sakti, pusaka atau jimat, yang fungsinya untuk berjaga-jaga supaya terhindar dari segala macam mara bahaya.
Sumber lain menyebutkan kujang berasal dari kata Ku-Jang-Ji. Janji akan meneruskan yang dikerjakan oleh leluhur (karuhun) kita. Yang diteruskan bukan pekerjaan secara fisik, tetapi lebih mengarah kepada lima cara-ciri manusia Sunda: welas asih, anggah-ungguh, budi daya, budi basa, dan nyaliksik diri.
Kujang bukan sekedar alat yang dipakai untuk membersihkan semak belukar, dan dipakai melihat bintang jadi patokan bertani. Tetapi juga penuh dengan ajaran-ajaran tentang kemanusiaan. *** (NMD, Galura)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar