(Oleh: A. HAJAR SANUSI, M. Ag., Pikiran Rakyat)
Kisah Nabi Yusuf a.s. dipaparkan Alquran dalam satu surah yang sarat dengan pelajaran berharga. Misalnya, Yusuf bukan tipe manusia pendendam. Pada usia dini Yusuf dibuang oleh saudara-saudaranya yang sebapak, karena rasa dengki. Dengan demikian, mereka berharap agar perhatian dan kasih sayang Yaqub a.s. tidak tercurah kepada Yusuf sendiri.
Akan tetapi, ketika puluhan tahun kemudian Yusuf jadi pejabat tinggi, dia tidak menolak saudara-saudaranya itu datang meminta bantuan. Bakhan, ketika akhirnya mereka mengetahui pejabat tinggi negeri Mesir ini adalah Yusuf sehingga kemudian minta maaf kepadanya. Yusuf pun segera memaafkannya.
Ucapan Yusuf saat itu diabadikan dalam Alquran Surah Yusuf/12:92, “La tatsriba ‘alaikum al-yaum yaghfirullah lakum huwa arham al-rahimin.” “Tidak ada cercaan terhadap kamu pada hari ini. Mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.
Keutamaan berikutnya adalah Yusuf mempunyai kesadaran dan keyakinan tentang Kemahahadiran Allah dalam kehidupan. Dengan demikian, ia akan dijauhkan dari sifat khianat.
Simak saja, ketika dirayu oleh wanita cantik, kaya, dan berkedudukan tinggi untuk melakaukan pengkhianatan terhdapa istrinya, Yususf secara tegas menolaknya ia berkata, “Ma’adzallah, innahu rabbi ahsana matswaya, innahu la yuflih al-zhalimun.” “Perlindungan Allah. Sesungguhnya dia --suamaimu-- adalah majikanku. Dia telah memperlakukan aku dengan dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang dianiaya tiada beruntung’ (QS Yusuf/12:23). Oleh karena itu, Yusuf dipenjarakan.
Selang beberapa tahun, sang raja berkenan mengeluarkannya dari penjara, karena sang raja memerlukan kontribusi Ysusf untuk memaslahatan negeri Mesir. Namun, Yususf tidak mau keluar, sebelum namanya direhabilitasi.< Raja lalu mengumpulkan kaum wanita yang dulu mengiris-iris tangan, karena taktub menyaksikan penampilan Yusuf. Kepada mereka sang raja bertanya perihal dirinya. Para wanita itu dengan jujur mengatakan, “Hasya lillah, ma ‘alimma ‘alaihi min su.” “Maha suci Allah. Kami tidak mengetahui sedikitpun keburukan padanya’ (QS. Yususf/12:51). Setelah mereka memberikan kesaksian, giliran istri al-aziz (wanita penggoda itu) berkata, “Al-an, hashasha al-haqq. Ana rawadtuhu ‘an nafsih wa innahu la min al-shadiqin.” “Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggodanya untuk menundukan dirinya, dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar.” (QS Yusuf/12;51).
Setelah jelas siapa yang salah, akhirnya Yusuf mau keluar dari penajra dan kemudian oleh raja diangkat menjadi pejabat Negara. Kini Yusuf sudah berkedudukan tinggi setingkat menteri, al-aziz.
Meskipun demikian menurut Dr. Abdullah Syahatah dalam karyanya Ramadhan al-Mu ‘adhadham, Yususf kerap menahan lapar dan dahaga pada siang hari, alisan suka melaksanakan puasa. Terang saja yang demikian itu menimbulkan tanda Tanya bagi para pembantu dekatnya. Yusuf lantas menjawab, “Inni akhafu idza syabi’tu an ansa ju’a al-faqir” (Sesungguhnya aku merasa khawatir, seandainya perutku ini selalau kenyang, jangan-jangan kelak aku melupakan perasaan lapar yang mendera perut fakir miskin).
Jadi, Yususf berpuasa karena ingin memelihara kepedulian terhadap orang-orang kecil. Yang menjadi pertanyaan adalah, adakah di negeri ini pejabat seperti dia, yang kerapa menahan lapar dan dahaga lantaran peduli terhadap derita rakyat? Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar