Kapal penjaga pantai Jepang Tsuruugi.
27 Juli 2009, Jakarta -- Sebutan Jepang saudara tua Indonesia tampaknya masih melekat hingga kini. Ibarat kakak melindungi adik, Jepang pun akan selalu membantu menjaga perairan Indonesia.
Menurut Profesor Jun Honna dari Universitas Ritsumeikan, Jepang, bukan tanpa alasan Jepang akan ikut mengamankan perairan nusantara. Pasalnya, jika suatu hari nanti Amerika Serikat tidak lagi menjadi negara adi daya, Indonesia diyakini menjadi salah satu negara yang harus dan akan berperan besar menjaga keamanan wilayah Asia Tenggara yang juga penting bagi banyak negara maju dari seluruh dunia.
"Oleh karena itulah, sangat penting untuk dilanjutkan dan semakin dikembangkan kerja sama antara TNI dan Japan Self Defense Force (JSDF). Namun bukan sekedar kerja sama biasa, melainkan kerja sama strategis yang memiliki tujuan dan prioritas," ujar Honna dalam satu seminar yang diselenggarakan Kedutaan Bear Jepang di Indonesia, Kamis malam (25/6).
Pentingnya kawasan Asia Tenggara, lanjutnya, dikarenakan di wilayah tersebut terdapat Selat Malaka dan Laut China Selatan yang merupakan jalur kapal-kapal yang sangat ramai dan digunakan oleh berbagai negara.
Pakar strategi militer ini mengatakan tujuan dari kerja sama strategis tersebut tak lain adalah menciptakan sebuah situasi kondusif di lingkup komunitas negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) maupun Asia Timur. Sedangkan prioritasnya mencakup mengkonsolidasikan berbagai nilai politik seperti kebebasan dan demokrasi, serta berbagai kepentingan keamanan terutama keamanan wilayah laut Asia.
Honna menambahkan bahwa sebuah kerja sama strategis adalah satu-satunya kunci utama untuk menyukseskan tujuan-tujuan tersebut.
Namun yang menjadi unik menurut Honna adalah JSDF akan tetap melakukan berbagai kerja sama strategis dengan Indonesia lebih pada bentuk kerja sama yang tidak menggunakan senjata.
Hal tersebut dikarenakan berdasar polling-polling yang dilakukan di Jepang, rakyat Jepang sangat tidak menghendaki JSDF memberikan bantuan atau melakukan kerja sama internasional dengan menggunakan kekuatan senjata.
"Buktinya Jepang tidak pernah mengirimkan pasukan bersenjata sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian internasional, namun lebih kepada mengirimkan JSDF sebagai bantuan di peristiwa-peristiwa bencana maupun pendidikan." ujar Honna.
Untuk Indonesia bantuan Jepang dan JSDF khususnya adalah seperti bantuan pengembangan kepolisian di lingkungan Polres Bekasi dalam program kemitraanya dengan masyarakat maupun bantuan JSDF yang turun langsung ke wilayah bencana Tsunami di Aceh beberapa tahun silam.
"Namun tidak menggunakan senjata bukan berarti kerja sama strategis tidak berarti dalam sektor pertahanan. Indonesia dan Jepang malah bisa lebih intens membahas mengenai penghalang-penghalangnya masing-masing, apalagi keduanya sama-sama merupakan negara kepulauan dan memilik wilayah perairan," tegas Honna.
Untuk ke depannya, Honna menyatakan bahwa JSDF akan mencoba bekerja sama dengan TNI membahas pembentukan penjaga pantai (coast guard) di Indonesia, mengingat selama ini posisi tersebut dikendalikan oleh Badan Koordinasi Keamanan Laut (BAKORKAMLA).
Namun BAKORKAMLA sendiri sebetulnya bukan lah sebuah angkatan bersenjata, melainkan hanya sebuah badan yang bertugas mengkoordinasikan berbagai angkatan bersenjata untuk mengatas berbagai permasalah yang muncul di wilayah laut Indonesia.
MEDIA INDONESIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar