Tentara dari Amerika Serikat berbaris rapi saat pembukaan latihan bersama Garuda Shield-09 berlangsung. (Foto: detikFoto/Muhammad Taufiqqurahman)
25 Juni 2009, Cipatat -- Sekitar 30 orang masyarakat Cipatat terlibat dalam latihan Garuda Shiled-09, mereka yang memerankan disalah satu kampung yang sudah dikuasai separatis yang sangat militan dan sekaligus mereka sebagai tameng hidup bagi separatis yang anti pemerintah disalah satu negara yang sedang konflik, diantara Benua Asia dan Amerika, demikian salah satu latihan yang dilaksanakan oleh TNI dan 8 negara lainnya yang dilaksanakan Rabu (24/6) di Cipatat, Bandung Jawa Barat.
Iis (18 th) salah satu warga yang ikut terlibat dalam latihan Garuda Shield-09 merasa senang dapat berpartisipasi, selain sebagai pengalaman untuk dirinya juga mendapat upah dari panitia lumayan buat jajan. ”Warga kampung disini (Cipatat. red) sudah biasa suka membantu bapak-bapak TNI kalau ada siswa dengan polosnya warga disini suka kebagian rejeki, seperti mencuci pakaian siswa”, ujarnya.
Peran warga sebagai tameng hidup dalam latihan Garuda Shield para separatis memerankan sembilan kali, karena setiap peserta latihan diikuti oleh 9 negara, setiap negara sama skenarionya seperti yang diperankan oleh TNI, menurut Iis kesulitan dalam latihan hanya faktor bahasa, karena biarpun TNI sendiri cara bertanya maupun memeriksa menggunakan bahasa Inggris, kalau dengan TNI tidak ada kesulitan karena sesekali memakai bahasa Indonesia, yang paling lucu imbuh Iis dengan Amerika dan negara lainnya yang tidak bisa bahasa Indonesia, tapi kan ada penterjemahnya, pokoknya senang lihat latihan dengan negara sahabat.
Latihan ini akan dilaksanakan pada 16 Juni-29 Juni 2009. Tampak senjata laras panjang dipamerkan pada pembukaan latihan bersama Garuda Shield-09. (Foto: detikFoto/Muhammad Taufiqqurahman)
Dalam skenario latihan, satu peleton prajurit TNI mampu mengepung kampung dan menggeledah rumah yang dihuni oleh separatis, kendatipun setiap rumah diberikan jebakan dan bom yang siap meledak, dengan kesigapan TNI semua bisa ditangani dengan baik. Prajurit TNI berhasil melumpuhkan separatis, 3 tewas dan 2 luka-luka.
Menurut pengawas latihan Mayor Inf Puji Hartono, semua materi yang disiapkan oleh panitia adalah sama, termasuk pengunaan bahasa yang dipakai dalam latihan yaitu bahasa Inggris, masalah prosedur penanganan dalam standar PBB, mengutamakan keselamatan jiwa baik dari pihak separatis maupun dari pengamanan PBB, tidak boleh mengeluarkan tembakan kalau itu terpaksa boleh menembak apabila akan mengancam jiwa dari pihak keamanan PBB, kalau itu bisa dihimbau melalui tokoh atau ketua kelompok dari separatis maka himbaulah agar tidak terjadi pertumpahan darah, karena misi PBB adalah sebagai misi perdamaian.
Selanjutnya menurut Mayor Inf Puji Hartono adalah, biarpun penyampaian materi secara teori dan briefing para pelaku sama, namun secara aplikasi berbeda, karena kebiasaan dan faktor budaya yang sangat sulit untuk disamakan, ini adalah tantangan karena latihan tersebut baru dilakukan tiga kali, ini yang ketiga setelah Mongolia pada tahun 2007 dan Nepal pada tahun 2008, jadi cara pengepungan kampung dan pengeledahan rumah masing-masing peserta berbeda, ada yang sabar, ada juga terpancing oleh bulsit, tergantung masing-masing para komandan di lapangan.
TNI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar