Selasa, 21 Februari 2012

Mahfudz Berharap TNI AL Gunakan Rudal Buatan Dalam Negeri

(Foto: Kemhan)

21 Februari 2012, Senayan: Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq berharap TNI Angkatan Laut (AL) menggunakan rudal dalam negeri untuk persenjataan Kapal Cepat Rudal (KCR). Karena itu, Mahfudz juga berharap agar PT Pindad dapat segera memproduksi rudal, meriam, dan torpedo untuk kebutuhan KCR TNI AL.

"Saya berharap ke depan TNI AL menggunakan rudal buatan dalam negeri sendiri (PT Pindad) dan tidak lagi impor," ujar Mahfudz Siddiq di Gedung DPR, Selasa (21/2).

Mahfudz mengomentari telah dioperasikannya KCR 40 yang diberi nama KRI Kujang 642, pekan lalu. Mahfudz menjelaskan, KRI Kujang 642 itu merupakan kapal kedua yang berhasil diproduksi oleh perusahaan dalam negeri sendiri.

Lebih lanjut Mahfudz menjelaskan, hingga 2014 TNI AL menargetkan memiliki 9 KCR dari produksi dalam negeri sendiri. "Ini perlu kita sambut positif atas penyelesaian pembuatan Kapal Cepat Rudal 40, KRI Kujang 642 itu. Meski semua komponennya belum lokal semua, seperti sistem navigasi, radar dan senjatanya rudal. Karena itu untuk KCR yang berikutnya kita harapkan sudah dapat menggunakan seluruh komponen lokal hingga 100 persen," ujarnya.

Kamis pekan lalu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan Kapal Cepat Rudal 40, KRI Kujang 642, di Dermaga Batu Ampar, Kota Batam. Kapal tersebut merupakan hasil karya putra-putri Indonesia.

KRI Kujang yang menelan biaya sekitar Rp 75 miliar merupakan kapal cepat kedua yang diproduksi di PT Palindo Marine, Kawasan Industri Tanjungujang, Batam. Saat ini satu kapal lain sejenis juga tengah dikerjakan. Secara keseluruhan PT Palindo mendapatkan pesanan KCR-40 sebanyak empat buah.

KRI Kujang tersebut dilengkapi sistem persenjataan modern (sewaco/sensor, weapon and control), di antaranya meriam kaliber 30 mm enam laras sebagai close in weapon system (CIWS) atau sistem pertempuran jarak dekat dan rudal antikapal buatan China C-705, dengan jangkauan 120 Km.

Diberitakan sejumlah media, KCR TNI AL akan dipersenjatai dengan peluru kendali C-705 yang bakal diproduksi bersama Pemerintah Indonesia dan China. Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Sumartono mengatakan, saat ini kedua pemerintah tengah menjajaki produksi bersama peluru kendali tersebut.

Indonesia- China Kerja Sama Alih Teknologi Pertahanan

Indonesia dan Republik Rakyat China (RRC) menyepakati kerja sama industri pertahanan kedua negara perlu diarahkan untuk pengembangan alih teknologi.

Siaran pers Kementerian Luar Negeri yang diterima ANTARA di Jakarta, Selasa, menyebutkan selain itu program saling kunjung antarpemimpin militer, pendidikan, pertukaran siswa, pelatihan personil dan latihan bersama khususnya dalam kerangka anti perompakan dan anti terorisme akan terus ditingkatkan.

Dalam kerangka itu, keduanya akan membentuk kelompok kerja untuk mempelajari dan memberikan masukan kepada pimpinan mengenai berbagai potensi kerja sama di antara kedua negara dalam kerangka waktu yang disepakati.

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, dan mitranya Jenderal Liang Guanglie menandatangani kesepakatan tersebut dan beberapa lainnya saat mereka mengadakan pertemuan.

Dalam lawatannya, Yusgiantoro mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Kepala Komite Sentral Militer RRC, Jenderal Guo Boxiong, orang pertama di Angkatan Perang RRC, pada 20 Februari di Beijing.

Kedua pihak juga membahas kerja sama maritim dan melihat potensi teknologi yang dimiliki RRC.

Indonesia mengusulkan kepada RRC memberi bantuan dan bekerja sama dalam penyediaan alat-alat pemantauan navigasi yang sangat dibutuhkan untuk alur laut Indonesia.

Dalam pembicaraan dan pertemuan terpisah dengan pejabat di State Administration for Science, Technology and Industry for National Defense (SASTIND), suatu badan negara yang membawahi 12 perusahaan industri pertahanan strategis RRC, prospek industri strategis RRC untuk turut mendukung upaya pengembangan kemandirian industri strategis Indonesia dibahas.

Terdeteksi keinginan kuat dari pemerintah RRC untuk melakukan kerja sama dengan Indonesia di bidang tersebut.

Menhan melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Perdana Menteri RRC Li Keqiang, sebelum meninggalkan Beijing menuju Jakarta pada Selasa siang. Sebelumnya, pada 19 Februari, delegasi Menhan melakukan peninjauan ke dua komplek industri strategis RRC.

Sumber: Jurnal Parlemen/ANTARA News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar