Pembukaan selubung papan nama INS Shivalik oleh Menhan India. (Foto: PIB)
30 April 2010 -- Angkatan Laut India mengoperasikan frigate siluman pertama INS Shivalik (F-47) dari tiga kapal yang dibuat di galangan kapal dalam negeri Mazagon Docks Limited, Kamis (29/4).
Diberitakan INS Shivalik kapal perang siluman terpanjang di dunia di kelasnya.Negara lain yang mempunyai kemampuan membangun kapal perang siluman, diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Perancis, Swedia, Cina, Jepang dan Italia.
Frigate berbobot 6200 ton, panjang 142,5 meter dan lebar 16,9 meter, jarak jelajah 5000 nm pada kecepatan 18 knot dengan jumlah awak 257 orang termasuk 35 perwira.
Dua frigate kelas Shivalik (Projet-17) INS Satpura dan INS Sahyadiri direncanakan dioperasikan akhir tahun ini dan pertengahan tahun depan. Kapal perang siluman selanjutnya diharapkan dibangun dibawah Project-17A.
Sistem persenjataan dan sensor kapal perang mengintegrasikan buatan India, Rusia, Israel serta negara barat lainnya.
Sistem managemen tempur disebut CMS-17 dirancang dan dikembangkan AL India dan dibuat oleh Bharat Electronics (Ghaziabad).
Frigate Shivalik dilengkapi juga kemampuan perang NUBIKA (Nuklir Biologi Kimia). Total Atmospheric Control System (TACS) yang canggih memastikan udara yang masuk ke dalam kapal tersaring dari unsur radioaktif, kimiawi dan biologi. Sehingga melindungi awak kapal dan sistem kapal meskipun beroperasi di daerah yang terkontaminasi NUBIKA.
Kapal mampu menghasilkan air bersih, menyediakan makanan India, Kontinental dan Asia termasuk roti dan es krim.
Frigate dipersenjatai sistem rudal pertahanan udara Shtil, sistem rudal anti kapal permukaan Eight Klub VLS, jarak jangkau hampir 300 km, anti kapal selam peluncur roket RBU 6000 24 barrel, serta dua helikopter dilengkapi sonar dan torpedo serta Meriam OtoMelara 76 Super Rapid, jarak jangkau 15-20 km.
INS Shivalik saat diresmikan. (Foto: Ajai Shukla)
INS Shivalik saat dibangun. (Foto: Ajai Shukla)
RIA Novosti/@info-terkumpul
Jumat, 30 April 2010
PT-Pindad Jual 32 Panser ke Malaysia
Sejumlah anak menaiki panser 6x6 saat acara open house PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, Jumat , (30/4). Acara open house dalam rangka HUT Pindad yang ke 27 tersebut untuk memperkenalkan sejumlah produk senjata dan kendaraan khusus militer kepada masyarakat luas. (Foto: ANTARA/Rezza Estily/ss/pd/10)
30 April 2010, Bandung -- PT Pindad dalam waktu dekat akan menjual 32 unit peralatan tempur jenis panser kepada Malaysia. Bersama Departemen Pertahanan, perusahaan itu juga tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa negara lain.
Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono, Jumat (30/4), mengatakan penjualan sebanyak 32 unit panser ke Malaysia tinggal menunggu kesepakatan akhir yang rencananya baru akan dilakukan Mei 2010 mendatang.
Sedangkan mengenai rencana kerja sama (penjualan) panser ke Vietnam dan Filipina, dilakukan karena kedua negara itu mengaku tertarik dengan panser produksi PT Pindad. "Untuk sementara ini masih dalam tahap penjajakan," jelasnya.
Ia menjelaskan, penjualan panser ke sejumlah negara merupakan bukti keseriusan PT Pindad untuk mendominasi pasar regional Asia Tenggara, sekaligus mendongkrak penjualan peralatan tempur jenis panser.
Menurut Adik, hingga saat ini panser pesanan Malaysia masih dalam proses uji coba dengan beberapa komponen, seperti mesin, sistem pendingin, dan transmisi, masih perlu disempurnakan
Panser pesanan Malaysia, katanya, perangkat mesinnya tidak lagi menggunakan buatan Renault, melainkan menggunakan mesin Mercedes-Benz. "Karena Renault kini menjadi pesaing PT Pindad dalam memasok kendaraan ke Malaysia, sehingga harus mengganti komponen mesin," ujarnya.
Namun demikian, PT Pindad belum memastikan apakah panser yang akan dijual ke Malaysia akan menggunakan mesin Benz. Adik mengemukakan ada dua pilihan mesin yang akan dipakai untuk panser tersebut, yaitu Mercedes-Benz atau Deutz yang hampir sama dengan mesin Renault berkapasitas 7.000 cc dan berkekuatan 320 tenaga kuda.
MI.com
30 April 2010, Bandung -- PT Pindad dalam waktu dekat akan menjual 32 unit peralatan tempur jenis panser kepada Malaysia. Bersama Departemen Pertahanan, perusahaan itu juga tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa negara lain.
Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto Soedarsono, Jumat (30/4), mengatakan penjualan sebanyak 32 unit panser ke Malaysia tinggal menunggu kesepakatan akhir yang rencananya baru akan dilakukan Mei 2010 mendatang.
Sedangkan mengenai rencana kerja sama (penjualan) panser ke Vietnam dan Filipina, dilakukan karena kedua negara itu mengaku tertarik dengan panser produksi PT Pindad. "Untuk sementara ini masih dalam tahap penjajakan," jelasnya.
Ia menjelaskan, penjualan panser ke sejumlah negara merupakan bukti keseriusan PT Pindad untuk mendominasi pasar regional Asia Tenggara, sekaligus mendongkrak penjualan peralatan tempur jenis panser.
Menurut Adik, hingga saat ini panser pesanan Malaysia masih dalam proses uji coba dengan beberapa komponen, seperti mesin, sistem pendingin, dan transmisi, masih perlu disempurnakan
Panser pesanan Malaysia, katanya, perangkat mesinnya tidak lagi menggunakan buatan Renault, melainkan menggunakan mesin Mercedes-Benz. "Karena Renault kini menjadi pesaing PT Pindad dalam memasok kendaraan ke Malaysia, sehingga harus mengganti komponen mesin," ujarnya.
Namun demikian, PT Pindad belum memastikan apakah panser yang akan dijual ke Malaysia akan menggunakan mesin Benz. Adik mengemukakan ada dua pilihan mesin yang akan dipakai untuk panser tersebut, yaitu Mercedes-Benz atau Deutz yang hampir sama dengan mesin Renault berkapasitas 7.000 cc dan berkekuatan 320 tenaga kuda.
MI.com
Teknologi Militer Selalu Lebih Maju
KADISOPS Letkol Lek I Wayan Mahendra Data ST. sedang menyerahkan trofi kepada siswa lulusan terbaik Sesarlek Angkatan Ke-35, Serda Nyono, dilapangan apel Staff II Lanud Sulaiman Bandung, Kamis (29/04).
29 April 2010, Bandung -- Jadilah prajurit yang mengerti serta mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara proposional dan professional. Seorang prajurit juga harus memiliki disiplin yang tinggi, bertanggung jawab, loyal serta memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
Hal ini disampaikan Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Pnb Gutomo S.I.P dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Operasi Lanud Sulaiman Letkol Lek I Wayan Mahendra Data S.T pada upacara penutupan pendidikan Sesarjurlek Angkatan Ke-35 dan pembukaan pendidikan Sejurhar Alnavud Angkatan Ke-21 dan Sejursarhar Radio Angkatan Ke-30 bertempat di Lapangan Apel Staff II Lanud Sulaiman Bandung, Kamis ( 29/04 ).
Ditegaskan Danlanud, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang elektronika demikian luas dan kompleks serta terus berkembang menelusuri segala sektor kehidupan, tak terkecuali alat utama sistem senjata udara. "Satu hal yang jelas terjadi, bahwa teknologi militer akan selalu lebih maju dan unggul dibanding dengan yang digunakan kalangan sipil, maka jelaslah eksistensi maupun fungsi dalam kedinasan di bidang elektronika sangatlah diperlukan," ujarnya.
Pada acara tambahan, Kadisops menyerahkan trofi kepada siswa lulusan terbaik, Serda Nyono. Para lulusan dari Skadik 203 yang telah mengikuti pendidikan Sesarlek selama delapan bulan tersebut mengikuti pendidikan kejuruan lagi yaitu, pemeliharaan radio (harrad) dan alat navigasi udara (alnavud) . Pendidikan pemeliharaan radio ditempuh untuk kurun waktu enam bulan sedangkan alnavud diselesaikan dalam waktu tujuh bulan.
Pikiran Rakyat
29 April 2010, Bandung -- Jadilah prajurit yang mengerti serta mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara proposional dan professional. Seorang prajurit juga harus memiliki disiplin yang tinggi, bertanggung jawab, loyal serta memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
Hal ini disampaikan Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Pnb Gutomo S.I.P dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Operasi Lanud Sulaiman Letkol Lek I Wayan Mahendra Data S.T pada upacara penutupan pendidikan Sesarjurlek Angkatan Ke-35 dan pembukaan pendidikan Sejurhar Alnavud Angkatan Ke-21 dan Sejursarhar Radio Angkatan Ke-30 bertempat di Lapangan Apel Staff II Lanud Sulaiman Bandung, Kamis ( 29/04 ).
Ditegaskan Danlanud, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya bidang elektronika demikian luas dan kompleks serta terus berkembang menelusuri segala sektor kehidupan, tak terkecuali alat utama sistem senjata udara. "Satu hal yang jelas terjadi, bahwa teknologi militer akan selalu lebih maju dan unggul dibanding dengan yang digunakan kalangan sipil, maka jelaslah eksistensi maupun fungsi dalam kedinasan di bidang elektronika sangatlah diperlukan," ujarnya.
Pada acara tambahan, Kadisops menyerahkan trofi kepada siswa lulusan terbaik, Serda Nyono. Para lulusan dari Skadik 203 yang telah mengikuti pendidikan Sesarlek selama delapan bulan tersebut mengikuti pendidikan kejuruan lagi yaitu, pemeliharaan radio (harrad) dan alat navigasi udara (alnavud) . Pendidikan pemeliharaan radio ditempuh untuk kurun waktu enam bulan sedangkan alnavud diselesaikan dalam waktu tujuh bulan.
Pikiran Rakyat
Menhan Kunjungi Pulau Terluar Miangas
Pulau Marore salah satu pulau terluar di Sulut.
30 April 2010, Manado -- Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mengunjungi pulau terluar Miangas, di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) 30 April 2010-1 Mei 2010, dalam rangka memantau kondisi keamanan di bagian utara Indonesia itu.
"Kunjungan Menhan itu sekaligus meresmikan prasasti Pertahanan Indonesia di bagian utara Indonesia, sebagai bentuk pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia," kata Kepala Bagian Humas Pemprov Sulut, Christian Sumampouw, di Manado, Jumat.
Menhan yang didampingi Gubernur Sulut serta jajaran Muspida provinsi tersebut menumpangi KRI Iskandar Muda dengan nomor lambung 367, bertolak dari Pelabuhan Bitung.
Kunjungan pejabat negara itu sekaligus mempertegas kepada dunia internasional, termasuk negara tetangga Filipina, bahwa pulau terluar Miangas dan Marore adalah milik Indonesia.
Sementara itu, anggota DPRD Sulut dari daerah pemilihan Talaud dan Sangihe Ben Alotia mengharapkan adanya perhatian serius pemerintah terkait pembangunan dan keamanan di pulau-pupau terluar yang ada.
"Ada 11 pulau terluar di bagian utara Indonesia membutuhkan perhatian pemerintah, seperti konteks pelayanan pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta keamanan," katanya.
Menurutnya, masih banyak warga di Pulau Miangas tertinggal pembangunan dan hidup dibawah garis kemiskinan, sehingga perlu diberikan perhatian serius.
ANTARA News
30 April 2010, Manado -- Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mengunjungi pulau terluar Miangas, di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) 30 April 2010-1 Mei 2010, dalam rangka memantau kondisi keamanan di bagian utara Indonesia itu.
"Kunjungan Menhan itu sekaligus meresmikan prasasti Pertahanan Indonesia di bagian utara Indonesia, sebagai bentuk pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia," kata Kepala Bagian Humas Pemprov Sulut, Christian Sumampouw, di Manado, Jumat.
Menhan yang didampingi Gubernur Sulut serta jajaran Muspida provinsi tersebut menumpangi KRI Iskandar Muda dengan nomor lambung 367, bertolak dari Pelabuhan Bitung.
Kunjungan pejabat negara itu sekaligus mempertegas kepada dunia internasional, termasuk negara tetangga Filipina, bahwa pulau terluar Miangas dan Marore adalah milik Indonesia.
Sementara itu, anggota DPRD Sulut dari daerah pemilihan Talaud dan Sangihe Ben Alotia mengharapkan adanya perhatian serius pemerintah terkait pembangunan dan keamanan di pulau-pupau terluar yang ada.
"Ada 11 pulau terluar di bagian utara Indonesia membutuhkan perhatian pemerintah, seperti konteks pelayanan pembangunan dan kesejahteraan rakyat serta keamanan," katanya.
Menurutnya, masih banyak warga di Pulau Miangas tertinggal pembangunan dan hidup dibawah garis kemiskinan, sehingga perlu diberikan perhatian serius.
ANTARA News
Pindad Dongkrak Penjualan Kendaraan Tempur Panser
Iring-iringan ANOA saat mengikuti Induction Training. Pelaksanaan Induction Training meliputi materi patroli dan escorting pada medan-medan sulit dan mengemudi pada malam hari. (Foto: Puspen TNI)
29 April 2010, Bandung -- PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) menggarap serius pasar regional Asia Tenggara untuk mendongkrak penjualan kendaraan tempur panser. Dirut Pindad Adik Avianto Soedarsono mengemukakan dalam waktu dekat ini penjualan 32 unit panser ke negara jiran Malaysia tinggal menunggu kesepakatan akhir yang akan dilakukan pada pertengahan Mei 2010. Selain Malaysia, Pindad dan Departemen Pertahanan menjajaki kerja sama perdagangan panser dengan Vietnam. Di saat yang bersamaan, pasar Filipina pun akan digarap
"Pada saat pameran di Malaysia baru-baru ini, Filipina menyatakan tertarik pula dengan produk panser kami," kata Adik, Jumat (30/4).
Saat ini, panser yang akan dijual ke Malaysia masih menjalani serangkaian ujicoba di lokasi pabrik Pindad, Kiaracondong Bandung. Beberapa komponen juga masih disempurnakan antara lain mesin, sistem pendingin, dan transmisi.
Dia menuturkan khusus untuk penjualan Panser ke Malaysia, perangkat mesin tidak lagi menggunakan mesin pabrikan Renault. Akan tetapi, menggunakan mesin Mercedes-Benz. "Karena Renault ternyata menjadi pesaing kami untuk memasok kendaraan ke Malaysia sehingga kami harus mengganti komponen mesin," kata Adik.
Namun demikian, Pindad belum memastikan, apakah unit panser yang akan dijual ke Malaysia akan menggunakan mesin Benz. Adik mengemukakan ada dua pilihan mesin yang akan dipakai untuk panser tersebut yaitu Benz atau Deutz yang hampir sama dengan mesin Renault berkapasitas 7.000 cc dan berkekuatan 320 tenaga kuda.
Selain menjajal dan menyempurnakan produk, Pindad dan Malaysia juga masih membenahi berbagai persyaratan administrasi supaya transaksi penjualan yang dilakukan benar-benar menerapkan prinsip good and clean government. Jika semua uji coba dan persyaratan rampung dalam waktu dekat ini, maka kesepakatan penjualan 32 unit panser akan dilakukan Mei 2010.
Selanjutnya, pengiriman pertama panser ke Malaysia bisa dilakukan pada November 2010 dan sisanya pada akhir tahun. Adik mengatakan pihaknya juga akan mengusulkan penyelesaian sisa 61 unit panser dari total 154 unit, jika penjualan panser ke Malaysia benar-benar terwujud.
Dia menuturkan harga jual panser ke Malaysia akan lebih mahal 30% dibandingkan dengan harga panser yang dipesan Dephan seharga Rp7 miliar. "Memang ada beberapa hal yang membuat harga jual ke Malaysia lebih mahal," katanya.
Juga dijelaskannya, harga jual panser pada tahun ini akan dinaikkan 10 persen sampai 15 persen, sebagai penyesuaian dengan perkembangan ekonomi makro. Untuk itu, Adik meminta agar pemerintah mau mengucurkan dana tambahan untuk pembayaran unit sisa panser.
"Memang kontraknya dengan pemerintah berlangsung pada 2007, tetapi harga tahun 2007 mungkin berbeda dengan harga sekarang," katanya.
Lonjakan harga baja belakangan ini, juga berpengaruh pada harga jual produk Pindad secara keseluruhan. Akan tetapi, kata Adik, kenaikan harga produk tersebut tidak terlalu signifikan.
Pikiran Rakyat
29 April 2010, Bandung -- PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) menggarap serius pasar regional Asia Tenggara untuk mendongkrak penjualan kendaraan tempur panser. Dirut Pindad Adik Avianto Soedarsono mengemukakan dalam waktu dekat ini penjualan 32 unit panser ke negara jiran Malaysia tinggal menunggu kesepakatan akhir yang akan dilakukan pada pertengahan Mei 2010. Selain Malaysia, Pindad dan Departemen Pertahanan menjajaki kerja sama perdagangan panser dengan Vietnam. Di saat yang bersamaan, pasar Filipina pun akan digarap
"Pada saat pameran di Malaysia baru-baru ini, Filipina menyatakan tertarik pula dengan produk panser kami," kata Adik, Jumat (30/4).
Saat ini, panser yang akan dijual ke Malaysia masih menjalani serangkaian ujicoba di lokasi pabrik Pindad, Kiaracondong Bandung. Beberapa komponen juga masih disempurnakan antara lain mesin, sistem pendingin, dan transmisi.
Dia menuturkan khusus untuk penjualan Panser ke Malaysia, perangkat mesin tidak lagi menggunakan mesin pabrikan Renault. Akan tetapi, menggunakan mesin Mercedes-Benz. "Karena Renault ternyata menjadi pesaing kami untuk memasok kendaraan ke Malaysia sehingga kami harus mengganti komponen mesin," kata Adik.
Namun demikian, Pindad belum memastikan, apakah unit panser yang akan dijual ke Malaysia akan menggunakan mesin Benz. Adik mengemukakan ada dua pilihan mesin yang akan dipakai untuk panser tersebut yaitu Benz atau Deutz yang hampir sama dengan mesin Renault berkapasitas 7.000 cc dan berkekuatan 320 tenaga kuda.
Selain menjajal dan menyempurnakan produk, Pindad dan Malaysia juga masih membenahi berbagai persyaratan administrasi supaya transaksi penjualan yang dilakukan benar-benar menerapkan prinsip good and clean government. Jika semua uji coba dan persyaratan rampung dalam waktu dekat ini, maka kesepakatan penjualan 32 unit panser akan dilakukan Mei 2010.
Selanjutnya, pengiriman pertama panser ke Malaysia bisa dilakukan pada November 2010 dan sisanya pada akhir tahun. Adik mengatakan pihaknya juga akan mengusulkan penyelesaian sisa 61 unit panser dari total 154 unit, jika penjualan panser ke Malaysia benar-benar terwujud.
Dia menuturkan harga jual panser ke Malaysia akan lebih mahal 30% dibandingkan dengan harga panser yang dipesan Dephan seharga Rp7 miliar. "Memang ada beberapa hal yang membuat harga jual ke Malaysia lebih mahal," katanya.
Juga dijelaskannya, harga jual panser pada tahun ini akan dinaikkan 10 persen sampai 15 persen, sebagai penyesuaian dengan perkembangan ekonomi makro. Untuk itu, Adik meminta agar pemerintah mau mengucurkan dana tambahan untuk pembayaran unit sisa panser.
"Memang kontraknya dengan pemerintah berlangsung pada 2007, tetapi harga tahun 2007 mungkin berbeda dengan harga sekarang," katanya.
Lonjakan harga baja belakangan ini, juga berpengaruh pada harga jual produk Pindad secara keseluruhan. Akan tetapi, kata Adik, kenaikan harga produk tersebut tidak terlalu signifikan.
Pikiran Rakyat
35 Perwira TNI Ikuti Pelatihan Misi Perdamaian PBB
29 April 2010, Jakarta -- Makin seringnya frekwensi penugasan personel TNI dalam misi-misi Perdamaian PBB dewasa ini menuntut Mabes TNI, dalam hal ini Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) untuk mempersiapkan personel yang akan diberangkatkan agar memiliki kemampuan sesuai standar yang ditetapkan oleh PBB.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh Mabes TNI yaitu dengan mengadakan kerjasama dengan salah satu Lembaga Pemerintah Amerika Serikat Non Kementerian yaitu Global Peace Operations Initiative (GPOI) yang difasilitasi oleh Kedubes AS di Jakarta berupa kegiatan kursus pelatih/instruktur yang dilaksanakan selama dua minggu dari tanggal 19 April s.d. 30 April 2010 bertempat di Lantai III Gedung PMPP TNI, Cilangkap Jakarta Timur bagi para Perwira TNI agar memiliki kualifikasi kepelatihan sebagaimana yang telah ditentukan.
Kegiatan yang bertajuk ”Train The Trainers Course” ini melibatkan 35 Perwira TNI dari Mabes TNI, TNI AD, TNI AL dan TNI AU bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Perwira TNI agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun dan merancang materi latihan, baik bagi personel perorangan maupun kontingen pasukan TNI yang akan bertugas dalam misi Perdamaian PBB di berbagai situasi dalam negara yang sedang mengalami konflik.
Materi kursus kepelatihan tersebut terdiri dari dua macam yaitu CPTM (Core Pre-Deployment Training Materials) dan STM (Specialised Training Materials) dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, simulasi dan praktek mengajar. Seluruh instruktur dalam kegiatan ini berasal dari GPOI sejumlah enam orang, yaitu Leutenant Colonel Marble dan Sergeant Major Cornell yang merupakan anggota US Army serta Mr. Mande, Mr. Lidstone, Mr. Mwaniki dan Mr. Rosdahl yang merupakan personel sipil.
Dengan meningkatnya peranserta TNI sebagai salah satu dari 20 kontributor terbesar (top twenty) pasukan pemeliharaan perdamaian PBB, kesempatan mengikuti kursus tersebut tentunya akan sangat bermanfaat. TNI sendiri telah beberapa kali mengirimkan personelnya untuk mengikuti kegiatan kepelatihan sejenis yang diselenggarakan oleh berbagai institusi di berbagai negara seperti di Thailand, Mongolia, Bangladesh dan di Indonesia sendiri. Bahkan kegiatan serupa yang pernah dilaksanakan di Indonesia yaitu Garuda Shield mendapatkan pujian dari USPACOM (US Pacific Command) sehingga menempatkan Indonesia menjadi salah satu proyek percontohan yang sukses bagi negara-negara regional terkait penyiapan pasukan pemeliharaan perdamaian PBB. Ini pula alasan mengapa Office of Defense Cooperation US Embassy mengundang GPOI untuk menyelenggarakan kursus kepelatihan sebagaimana diuraikan di atas.
Mayor (Mar) Felix yang mengikuti kursus ini menyatakan bahwa kegiatan tersebut makin membulatkan pemahamannya akan tugas-tugas dalam misi pemeliharaan perdamaian dunia. Perwira Menengah yang pernah mengemban misi PBB di Lebanon tahun 2007-2008 ini menambahkan bahwa kesempatan untuk sharing pengetahuan dengan para instruktur dirasakan akan sangat besar manfaatnya bagi seluruh perwira TNI yang mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini karena sebagian ilmu dan wawasan yang didapat merupakan hal yang baru sehingga diyakini dapat melengkapi materi-materi latihan yang akan ditularkan kepada personel TNI lainnya, terutama dalam rangka penyiapan untuk bertugas dalam misi perdamaian PBB.
Puspen TNI
Dansektor Timur Tinjau Area Operasi Indobatt
29 April 2010, Adshit Al-Qusayr -- Komandan Sektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez melakukan kunjungan kerja ke Satgas Yon Mekanis Konga XXIII-D/Unifil (Indobatt). Kunjungan ini dalam rangka meninjau seluruh area operasi Indobatt.
Kedatangan Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez dan Wadan Sektor Timur UNIFIL Kolonel Inf Surawahadi disambut oleh jajaran kehormatan dan barisan perwira Indobatt. (Foto: Puspen TNI)
Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez dan Wadan Sektor Timur UNIFIL Kolonel Inf Surawahadi diterima langsung oleh Dansatgas Konga XXIII-D/Unifil Letkol Inf Andi Perdana Kahar di Markas Batalyon Indobatt Adshit Al-Qusayr UN Posn 7-1. (Foto: Puspen TNI)
Aksi para personel TNI Konga XXIII-D/Unifil saat menyambut kedatangan Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez. (Foto: Puspen TNI)
Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez melakukan peninjauan ke area operasi Indobatt. Area operasi yang ditinjau oleh Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez adalah di Kompi C, Kompi B dan Kompi A. Saat melakukan peninjauan, masing-masing Komandan Kompi memberikan paparan singkat. (Foto: Puspen TNI)
detikFoto
Kedatangan Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez dan Wadan Sektor Timur UNIFIL Kolonel Inf Surawahadi disambut oleh jajaran kehormatan dan barisan perwira Indobatt. (Foto: Puspen TNI)
Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez dan Wadan Sektor Timur UNIFIL Kolonel Inf Surawahadi diterima langsung oleh Dansatgas Konga XXIII-D/Unifil Letkol Inf Andi Perdana Kahar di Markas Batalyon Indobatt Adshit Al-Qusayr UN Posn 7-1. (Foto: Puspen TNI)
Aksi para personel TNI Konga XXIII-D/Unifil saat menyambut kedatangan Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez. (Foto: Puspen TNI)
Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez melakukan peninjauan ke area operasi Indobatt. Area operasi yang ditinjau oleh Dansektor Timur UNIFIL Brigjen (SPA) Juan Gomez de Salazar Minguez adalah di Kompi C, Kompi B dan Kompi A. Saat melakukan peninjauan, masing-masing Komandan Kompi memberikan paparan singkat. (Foto: Puspen TNI)
detikFoto
Tono Suratman Jabat Asisten Operasi Panglima TNI
Djoko Santoso menerima pelaporan Serah Terima Jabatan (Sertijab) Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI dari Mayjen TNI Supiadin Yusuf A.S kepada Mayjen TNI Soehartono Suratman. (Foto: Puspen TNI)
30 April 2010, Jakarta -- Mayjen TNI Tono Suratman resmi menjabat sebagai Asisten Operasi Panglima TNI, menggantikan Mayjen TNI Supaidin AS yang memasuki masa pensiun.
Tono Suratman melaporkan jabatan barunya bersama pejabat lama kepada Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso di Mabes TNI Cilangkap Jumat.
Pengangkatan sebagai Asisten Operasi Panglima TNI itu berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/187/III/2010 tentang Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI tanggal 25 Maret 2010.
Mayjen TNI Tono Suratman sebelumnya menjabat sebagai Pangdam VI/ Tanjung Pura, sedangkan Mayjen TNI Supiadin Yusuf A.S selanjutnya menjadi Pati Mabes TNI AD dalam rangka pensiun.
Mayjen TNI Tono merupakan lulusan Akabri Darat tahun 1975 dan memulai karier militernya sebagai Danton 2/113/Grup-1 Kopassus. Pria Kelahiran Makasar, 16 September itu, telah melaksanakan berbagai penugasan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Penugasan operasi dalam negeri yang pernah dilakukan antara lain operasi Seroja (1978,1983, dan 1986), operasi Irian Jaya (1982) dan operasi Tim Tim (1988 dan 1996).
Sedangkan pengalaman penugasan keluar negeri meliputi tugas-tugas kemiliteran dan non militer ke 21 negara antara lain Belanda, Perancis, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman dan Korea Selatan.
Tono juga pernah menjadi atlit anggar yang pernah memperkuat Tim Nasional dalam berbagai kejuaraan anggar seperti Kejuaraan Anggar Antar Angkatan Bersenjata di Belanda tahun 1992 dan Atlit Kejuaraan Dunia Anggar di Bulgaria tahun 1986.
ANTARA News
30 April 2010, Jakarta -- Mayjen TNI Tono Suratman resmi menjabat sebagai Asisten Operasi Panglima TNI, menggantikan Mayjen TNI Supaidin AS yang memasuki masa pensiun.
Tono Suratman melaporkan jabatan barunya bersama pejabat lama kepada Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso di Mabes TNI Cilangkap Jumat.
Pengangkatan sebagai Asisten Operasi Panglima TNI itu berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/187/III/2010 tentang Pemberhentian dari dan pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI tanggal 25 Maret 2010.
Mayjen TNI Tono Suratman sebelumnya menjabat sebagai Pangdam VI/ Tanjung Pura, sedangkan Mayjen TNI Supiadin Yusuf A.S selanjutnya menjadi Pati Mabes TNI AD dalam rangka pensiun.
Mayjen TNI Tono merupakan lulusan Akabri Darat tahun 1975 dan memulai karier militernya sebagai Danton 2/113/Grup-1 Kopassus. Pria Kelahiran Makasar, 16 September itu, telah melaksanakan berbagai penugasan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Penugasan operasi dalam negeri yang pernah dilakukan antara lain operasi Seroja (1978,1983, dan 1986), operasi Irian Jaya (1982) dan operasi Tim Tim (1988 dan 1996).
Sedangkan pengalaman penugasan keluar negeri meliputi tugas-tugas kemiliteran dan non militer ke 21 negara antara lain Belanda, Perancis, Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman dan Korea Selatan.
Tono juga pernah menjadi atlit anggar yang pernah memperkuat Tim Nasional dalam berbagai kejuaraan anggar seperti Kejuaraan Anggar Antar Angkatan Bersenjata di Belanda tahun 1992 dan Atlit Kejuaraan Dunia Anggar di Bulgaria tahun 1986.
ANTARA News
Dua Tentara AS Kunjungi Pontianak
Komandan Pangkalan TNI AL, Kolonel Laut (P) Parno (kiri), berbincang dengan Atase Laut Kedutaan Besar Amerika, Kapten Kevin Wilson, saat kunjungan persahabatan ke Pontianak, Kalbar, Kamis (29/4). Kunjungan persahabatan tersebut, bertujuan untuk menjalin kerjasama dalam pengamanan laut dan udara. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/ed/nz/10)
29 April 2010, Pontianak -- Dua tentara Amerika Serikat, Atase Laut (ATAL) AS Capt Kevin Wilson dan Atase Udara (ATUD) AS Col Christopher Stockton mengunjungi Pangkalan TNI AL Pontianak, Kamis (29/4) pagi.
Komandan Pangkalan TNI AL Pontianak, Kolonel Laut (P) Parno mengungkapkan, kunjungan perwira tentara negeri Paman Sam itu dalam rangka melihat-lihat pelabuhan militer ataupun sipil Pontianak, apakah nantinya bisa untuk berlabuh kapal-kapal perang AS.
"Kunjungan ini hanya kunjungan kehormatan dan sekaligus melihat-lihat pelabuhan yang ada di Pontianak. Karena sekarang kapal mereka hanya bisa ke Jakarta dan Surabaya saja," ujar Parno di kantornya, tadi pagi.
Ia menuturkan, kedua tentara AS tersebut tiba di Pontianak, Rabu (28/4) sekitar pukul 12.00 WIB. "Kemarin mereka tiba di Pontianak dan langsung ke hotel, dan ini kunjungannya pertama di Pontianak serta langsung di Lanal Pontianak," ujar Danlanal.
Usai mengunjungi Lanal, Kevin dan Christopher mengunjungi kantor Administratuur Pelabuhan (Adpel) dan Pelindo. "Tujuannya tidak lain, ingin meningkatkan hubungan kedua negara, dan punya kepentingan untuk di perairan pasifik," katanya.
Tribun Pontianak
29 April 2010, Pontianak -- Dua tentara Amerika Serikat, Atase Laut (ATAL) AS Capt Kevin Wilson dan Atase Udara (ATUD) AS Col Christopher Stockton mengunjungi Pangkalan TNI AL Pontianak, Kamis (29/4) pagi.
Komandan Pangkalan TNI AL Pontianak, Kolonel Laut (P) Parno mengungkapkan, kunjungan perwira tentara negeri Paman Sam itu dalam rangka melihat-lihat pelabuhan militer ataupun sipil Pontianak, apakah nantinya bisa untuk berlabuh kapal-kapal perang AS.
"Kunjungan ini hanya kunjungan kehormatan dan sekaligus melihat-lihat pelabuhan yang ada di Pontianak. Karena sekarang kapal mereka hanya bisa ke Jakarta dan Surabaya saja," ujar Parno di kantornya, tadi pagi.
Ia menuturkan, kedua tentara AS tersebut tiba di Pontianak, Rabu (28/4) sekitar pukul 12.00 WIB. "Kemarin mereka tiba di Pontianak dan langsung ke hotel, dan ini kunjungannya pertama di Pontianak serta langsung di Lanal Pontianak," ujar Danlanal.
Usai mengunjungi Lanal, Kevin dan Christopher mengunjungi kantor Administratuur Pelabuhan (Adpel) dan Pelindo. "Tujuannya tidak lain, ingin meningkatkan hubungan kedua negara, dan punya kepentingan untuk di perairan pasifik," katanya.
Tribun Pontianak
Kamis, 29 April 2010
Dandim 0907/Tarakan: Prioritaskan Putra Daerah untuk Jaga Perbatasan
29 April 2010, Tarakan -- Dalam pertemuan dengan tokoh adat Kalimantan, Komandan Kodim (Dandim) 0907 Tarakan Letkol Inf Adrianus Suryo Agung Nugroho mempersilakan agar warga Kalimantan yang memiliki anak atau saudara laki-laki untuk mendaftarkan diri menjadi prajurit TNI AD.
"Silakan mendaftar menjadi prajurit TNI AD, sebab kami akan lebih memprioritaskan putra daerah yang nantinya diperuntukkan menjaga wilayah perbatasan," ucapnya, usai melakukan tatap muka dengan tokoh adat Kalimantan, Kamis (29/4/2010).
Adrianus mengajak putra daerah untuk menjadi prajurit TNI, karena pihaknya melihat selama ini sangat sedikit sekali jumlah prajurit TNI AD. "Minimnya putra daerah yang menjadi prajurit TNI AD, kemungkinan karena minimnya sosialisasi. Untuk itulah di acara tatap muka ini saya memberitahukan agar nantinya dapat disampikan kepada putra daerah yang ingin menjadi prajurit," ungkapnya.
Tribun Kaltim
Membangun Pulau Terluar
Dirjen Strahan Kementerian Pertahanan, Mayjen TNI Syarifudin (tengah) didampingi Sekretaris Dirjen Strahan Marsma TNI Simamora (kiri) serta Dir.Wilayah Pertahanan, Laksma TNI Susetyo (kanan) memaparkan masalah perbatasan Indonesia, di Jakarta, Senin (26/4). Kemhan mengajak seluruh pemimpin daerah serta masyarakat bersama TNI yang tinggal di daerah perbatasan serta pulau terluar Indonesia agar menjaga stabilitas keamanan di wilayah tersebut. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ed/mes/10)
30 April 2010 -- Pemerintah Indonesia menghadapi kendala dalam membangun sektor pertahanan di pulau-pulau yang berjumlah belasan ribu. Pembangunan tak merata dan keterbatasan modal membuat pembangunan pulau terluar membutuhkan waktu lama.
Direktur Wilayah Pertahanan Strahan, Kementerian Pertahanan, Laksma TH Susetyo mengatakan di Jakarta, Senin (26/4), jika Indonesia kaya, bisa dibangun 5 pulau setiap tahun. Saat ini, pulau-pulau di Tanah Air tercatat 17.504 pulau. Jumlah itu bervariasi di setiap departemen.
Pembangunan pulau kecil seperti Pulau Nipah saja, membutuhkan waktu setidaknya empat tahun. Berarti, membangun seribu pulau membutuhkan waktu yang lama sekali. Pembangunan yang memerlukan pergantian banyak generasi bangsa Indonesia.
Untuk itu, pembangunan pulau-pulau, tidak bisa dibebankan hanya pada kementerian pertahanan. Seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah daerah, harus bahu-membahu membangun pulau. Pembangunan yang akan menjadi penguat keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya bagi pulau-pulau terluar.
Tak dapat disangkal, pembangunan wilayah perbatasan dengan pulau-pulau kecil terluar, masih berjalan secara sektoral. Hasilnya pun belum dapat dilihat, dinikmati, dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Implementasi pembangunan, sampai saat ini, belum menunjukkan hasil sesuai harapan masyarakat. Memang, arah kebijakan pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar telah berubah, dari kebijakan pembangunan yang cenderung berorientasi ke dalam, menjadi pembangunan berorientasi keluar.
Paradigma kebijakan tersebut diarahkan pada pengembangan wilayah perbatasan sebagai beranda negara, yang berfungsi sebagai pintu gerbang semua aktivitas, terutama ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Walaupun begitu, daerah-daerah perbatasan masih tetap rentan terhadap berbagai masalah.
Berdasarkan kenyataan, wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, sebagian besar terisolasi dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya rendah. Berarti, pembangunan daerah perbatasan memerlukan simpul yang mampu secara efektif mengintegrasikan kebijakan dan implementasi di lapangan.
Dengan begitu, pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau terluar dapat berjalan sinergis, fokus, dan sistematis. Untuk itu, pembangunan daerah terluar harus dilakukan secara lintas departemen. Begitu pula, pembangunan harus terkoordinasi dengan rapi dan baik dan menjadi prioritas.
Keberhasilan pembangunan pulau-pulau terluar bakal memberikan dampak besar, bukan hanya di bidang keamanan wilayah, melainkan juga di bidang politik, ekonomi dan sosial. TNI Angkatan Laut yang bermarkas di Nunukan, Kalimantan Timur, misalnya, Jumat (23/4), berhasil menangkap 4 kapal ikan berbendera Filipina yang memasuki perairan Indonesia secara ilegal.
Khusus dalam mengamankan kekayaan laut Indonesia, penempatan aparat keamanan bisa membantu mengurangi pencurian ikan. Walaupun pemberantasan pencurian ikan terus berlanjut, kehadiran kapal asing ilegal masih terus terjadi. Setiap tahun, Indonesia menderita kerugian sekitar 2 miliar dolar AS atau hampir Rp 19 triliun akibat pencurian ikan dan kegiatan penangkapan ikan ilegal.
Tribun Timur
30 April 2010 -- Pemerintah Indonesia menghadapi kendala dalam membangun sektor pertahanan di pulau-pulau yang berjumlah belasan ribu. Pembangunan tak merata dan keterbatasan modal membuat pembangunan pulau terluar membutuhkan waktu lama.
Direktur Wilayah Pertahanan Strahan, Kementerian Pertahanan, Laksma TH Susetyo mengatakan di Jakarta, Senin (26/4), jika Indonesia kaya, bisa dibangun 5 pulau setiap tahun. Saat ini, pulau-pulau di Tanah Air tercatat 17.504 pulau. Jumlah itu bervariasi di setiap departemen.
Pembangunan pulau kecil seperti Pulau Nipah saja, membutuhkan waktu setidaknya empat tahun. Berarti, membangun seribu pulau membutuhkan waktu yang lama sekali. Pembangunan yang memerlukan pergantian banyak generasi bangsa Indonesia.
Untuk itu, pembangunan pulau-pulau, tidak bisa dibebankan hanya pada kementerian pertahanan. Seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah daerah, harus bahu-membahu membangun pulau. Pembangunan yang akan menjadi penguat keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya bagi pulau-pulau terluar.
Tak dapat disangkal, pembangunan wilayah perbatasan dengan pulau-pulau kecil terluar, masih berjalan secara sektoral. Hasilnya pun belum dapat dilihat, dinikmati, dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Implementasi pembangunan, sampai saat ini, belum menunjukkan hasil sesuai harapan masyarakat. Memang, arah kebijakan pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar telah berubah, dari kebijakan pembangunan yang cenderung berorientasi ke dalam, menjadi pembangunan berorientasi keluar.
Paradigma kebijakan tersebut diarahkan pada pengembangan wilayah perbatasan sebagai beranda negara, yang berfungsi sebagai pintu gerbang semua aktivitas, terutama ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Walaupun begitu, daerah-daerah perbatasan masih tetap rentan terhadap berbagai masalah.
Berdasarkan kenyataan, wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar, sebagian besar terisolasi dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya rendah. Berarti, pembangunan daerah perbatasan memerlukan simpul yang mampu secara efektif mengintegrasikan kebijakan dan implementasi di lapangan.
Dengan begitu, pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau terluar dapat berjalan sinergis, fokus, dan sistematis. Untuk itu, pembangunan daerah terluar harus dilakukan secara lintas departemen. Begitu pula, pembangunan harus terkoordinasi dengan rapi dan baik dan menjadi prioritas.
Keberhasilan pembangunan pulau-pulau terluar bakal memberikan dampak besar, bukan hanya di bidang keamanan wilayah, melainkan juga di bidang politik, ekonomi dan sosial. TNI Angkatan Laut yang bermarkas di Nunukan, Kalimantan Timur, misalnya, Jumat (23/4), berhasil menangkap 4 kapal ikan berbendera Filipina yang memasuki perairan Indonesia secara ilegal.
Khusus dalam mengamankan kekayaan laut Indonesia, penempatan aparat keamanan bisa membantu mengurangi pencurian ikan. Walaupun pemberantasan pencurian ikan terus berlanjut, kehadiran kapal asing ilegal masih terus terjadi. Setiap tahun, Indonesia menderita kerugian sekitar 2 miliar dolar AS atau hampir Rp 19 triliun akibat pencurian ikan dan kegiatan penangkapan ikan ilegal.
Tribun Timur
Simulator Wing-4 Mudahkan Evakuasi Awak Helikopter
Danlanud Atang Sendjaja, Marsma TNI Sunaryo bersama Danskatek lama dan baru melakukan ”salam komando” selepas upacara sertijab Danskatek 024 di apron Skatek 024 Lanud Ats Semplak Bogor, Rabu. (Foto: Teguh Handoko/Ir)
29 April 2010, Bogor -- Komandan Pangkalan TNI-AU Atang Sendjaja Marsekal Pertama TNI Sunaryo meminta Komandan Wing-4 yang baru dapat segera menyelesaikan pembangunan simulator guna memudahkan pengawasan dan evaluasi kemampuan awak helikopter.
"Saya mengharapkan kepada Danwing-4 yang baru untuk lebih intensif berkoordinasi dengan instansi terkait guna menuntaskan pembangunan simulator yang sampai saat ini belum selesai.
Jika telah selesai dengan didukung peralatan yang memadai maka frekuensi latihan untuk para awak pesawat di jajaran Wing-4 setidaknya kembali meningkat dan dapat dilaksanakan di dalam negeri, sehingga lebih memudahkan pengawasan dan pengevaluasian kemampuan awak helikopter," katanya di Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan Sunaryo saat memimpin serah terima jabatan Komandan Wing (Danwing) 4 Pangkalan TNI-AU Atang Sendjaja (Lanud ATS) di Semplak, Bogor, dari pejabat lama Kolonel Penerbang (Pnb) Irwan Is Dunggio kepada pejabat baru Kolonel (Pnb) Suparmono.
Ia mengatakan, dalam bidang operasi dan latihan, Wing-4 harus cermat merencanakan kegiatan yang disesuaikan dengan kesiapan pesawat di Skadron Udara mengingat kesiapan pesawat yang relatif rendah, namun keperluan operasi maupun latihan sangat banyak.
Karena itu, kata dia, dibutuhkan inovasi dan perencanaan yang matang dari Danwing-4 beserta jajaran.
Sunaryo juga menekankan dalam kegiatan standarisasi dan evaluasi, jajaran Wing 4 harus dapat melaksanakan secara teliti dan cermat sekaligus mengevaluasi dan mengkaji secara tepat dan akurat operasi penerbangan agar berada dalam kondisi aman, sehingga tidak terjadi insiden, terutama untuk setahun ke depan dan tahun berikutnya seperti harapan pimpinan TNI AU.
Menurut dia, Wing-4 mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan teknis dalam rangka kesiapan operasi awak pesawat Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 8.
Di samping tugas tersebut, Wing-4 juga mempunyai fungsi antara lain sebagai penyelenggara pembinaan teknis dalam penyiapan Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 8 yang berada dalam jajarannya, serta melaksanakan pembinaan agar dapat mempertahankan dan mempertinggi kemampuan operasional, merencanakan dan melaksanakan latihan agar setiap saat mampu mendukung pelaksanaan operasi.
Selain itu, melaksanakan operasi-operasi udara, mengumpulkan dan merekam data guna penyempurnaan taktik dan tekhnik operasi dan latihan, dan sekarang ini Danwing-4 juga ditunjuk sebagai Kepala Unit SAR (Search and Rescue) Nasional.
Ia juga mengatakan bahwa visi Wing-4 adalah membentuk awak pesawat di jajaran itu menjadi insan udara berjiwa ksatria, profesional dan memiliki integritas moral tinggi.
Sedangkan misinya menjadikan awak pesawat di jajaran Wing-4 terlatih, terdidik dan tertata dengan baik, serta memiliki integritas tinggi terhadap pribadi, tugas dan moral.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud ATS Mayor (Sus) Adam menjelaskan bahwa Suparmono, alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) 1998 dan Sekolah Penerbang (Sekbang) angkatan 40 tersebut selama 46 hari yakni mulai 14 Maret 2010 sampai 29 April 2010 menjabat sebagai Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud ATS.
Sedangkan Irwan Is Dunggio, alumnus AAU 1987 dan Sekbang angkatan 38 selanjutnya akan menjabat sebagai Danlanud Suryadarma Kabupaten
Subang, Jawa Barat.
ANTARA Jawa Barat
29 April 2010, Bogor -- Komandan Pangkalan TNI-AU Atang Sendjaja Marsekal Pertama TNI Sunaryo meminta Komandan Wing-4 yang baru dapat segera menyelesaikan pembangunan simulator guna memudahkan pengawasan dan evaluasi kemampuan awak helikopter.
"Saya mengharapkan kepada Danwing-4 yang baru untuk lebih intensif berkoordinasi dengan instansi terkait guna menuntaskan pembangunan simulator yang sampai saat ini belum selesai.
Jika telah selesai dengan didukung peralatan yang memadai maka frekuensi latihan untuk para awak pesawat di jajaran Wing-4 setidaknya kembali meningkat dan dapat dilaksanakan di dalam negeri, sehingga lebih memudahkan pengawasan dan pengevaluasian kemampuan awak helikopter," katanya di Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan Sunaryo saat memimpin serah terima jabatan Komandan Wing (Danwing) 4 Pangkalan TNI-AU Atang Sendjaja (Lanud ATS) di Semplak, Bogor, dari pejabat lama Kolonel Penerbang (Pnb) Irwan Is Dunggio kepada pejabat baru Kolonel (Pnb) Suparmono.
Ia mengatakan, dalam bidang operasi dan latihan, Wing-4 harus cermat merencanakan kegiatan yang disesuaikan dengan kesiapan pesawat di Skadron Udara mengingat kesiapan pesawat yang relatif rendah, namun keperluan operasi maupun latihan sangat banyak.
Karena itu, kata dia, dibutuhkan inovasi dan perencanaan yang matang dari Danwing-4 beserta jajaran.
Sunaryo juga menekankan dalam kegiatan standarisasi dan evaluasi, jajaran Wing 4 harus dapat melaksanakan secara teliti dan cermat sekaligus mengevaluasi dan mengkaji secara tepat dan akurat operasi penerbangan agar berada dalam kondisi aman, sehingga tidak terjadi insiden, terutama untuk setahun ke depan dan tahun berikutnya seperti harapan pimpinan TNI AU.
Menurut dia, Wing-4 mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan teknis dalam rangka kesiapan operasi awak pesawat Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 8.
Di samping tugas tersebut, Wing-4 juga mempunyai fungsi antara lain sebagai penyelenggara pembinaan teknis dalam penyiapan Skadron Udara 6 dan Skadron Udara 8 yang berada dalam jajarannya, serta melaksanakan pembinaan agar dapat mempertahankan dan mempertinggi kemampuan operasional, merencanakan dan melaksanakan latihan agar setiap saat mampu mendukung pelaksanaan operasi.
Selain itu, melaksanakan operasi-operasi udara, mengumpulkan dan merekam data guna penyempurnaan taktik dan tekhnik operasi dan latihan, dan sekarang ini Danwing-4 juga ditunjuk sebagai Kepala Unit SAR (Search and Rescue) Nasional.
Ia juga mengatakan bahwa visi Wing-4 adalah membentuk awak pesawat di jajaran itu menjadi insan udara berjiwa ksatria, profesional dan memiliki integritas moral tinggi.
Sedangkan misinya menjadikan awak pesawat di jajaran Wing-4 terlatih, terdidik dan tertata dengan baik, serta memiliki integritas tinggi terhadap pribadi, tugas dan moral.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud ATS Mayor (Sus) Adam menjelaskan bahwa Suparmono, alumni Akademi Angkatan Udara (AAU) 1998 dan Sekolah Penerbang (Sekbang) angkatan 40 tersebut selama 46 hari yakni mulai 14 Maret 2010 sampai 29 April 2010 menjabat sebagai Kepala Dinas Operasi (Kadisops) Lanud ATS.
Sedangkan Irwan Is Dunggio, alumnus AAU 1987 dan Sekbang angkatan 38 selanjutnya akan menjabat sebagai Danlanud Suryadarma Kabupaten
Subang, Jawa Barat.
ANTARA Jawa Barat
Kerja Sama TNI AU dan AU Singapura Diperluas
Wakil Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Madya TNI Sukirno (kiri) dan Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Singapura, Brigadir Jenderal Hoo C Mou (kanan), berjabat tangan setelah melakukan Pertemuan Tahunan Ke-30 kedua angkatan udara, di Kawasan Kuta, Bali, Kamis (29/4). Kedua angkatan udara negara serumpun sepakat untuk meningkatkan kerja sama militer dalam berbagai aspek. (Foto ANTARA/marboen/ed/nz/10)
29 April 2010, Kuta -- Kerja sama dalam berbagai aspek antara TNI-AU dan Angkatan Udara Singapura akan diperluas sejalan dengan peringatan tahun ke-30 kerja sama antarkedua matra militer kedua negara ASEAN itu.
"Selama ini memang kerja sama itu dinilai baik, menguntungkan, dan mampu menjadi jembatan atas segala potensi masalah yang bisa terjadi di antara kedua angkatan udara," kata Wakil Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Madya TNI Sukirno, kepada ANTARA di Kuta, Bali, Kamis.
Bali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan ke-30 di antara kedua angkatan udara. Markas Besar TNI-AU menugaskan Sukirno untuk memimpin delegasi TNI-AU dalam pembahasan pengembangan kerja sama kedua angkatan udara negara serumpun itu.
Selain Sukirno, delegasi TNI-AU itu adalah Asisten Operasi KSAU Marsekal Muda TNI Pandji Utama, Asisten Pengamanan KSAU Marsekal Pertama TNI Gunpanadi Waluyo, Kepala Dinas Pendidikan TNI-AU Marsekal Pertama TNI Sukarto, dan sejumlah lain perwira menengah.
Delegasi Singapura dipimpin Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Singapura Brigadir Jenderal Hoo C Mou, didampingi delapan perwira menengah, termasuk Atase Pertahanan Kedutaan Besar Singapura di Jakarta, Kolonel JP Andrew.
Sukirno menyatakan, "Ke depan, masalah yang menjadi perhatian bersama adalah peningkatan kapasitas SDM yang dimiliki. Ada banyak pelatihan bersama yang bisa diprogramkan dan dilaksanakan."
Hal serupa juga dinyatakan Hoo, yang menganggap pertemuan rutin tahunan ini semakin penting dari tahun ke tahun.
"Kami melihat pertemuan ini bukan sekadar pertemuan rutin belaka. Ada banyak kemajuan penting yang terlahir dalam kerangka kerja sama bilateral kedua angkatan udara negara kita ini dari pertemuan ini," katanya.
Indonesia di mata Singapura, katanya, berposisi sangat penting, tidak saja secara geografis namun lebih dari itu. "Kita terbukti menjadi saudara yang saling membantu dalam suka dan duka. Baik TNI-AU ataupun RSAF mampu menjadi duta bangsa masing-masing yang baik dalam hal itu," katanya.
Singapura di dalam struktur pertahanan regional ASEAN memiliki posisi yang kuat dari sisi sistem kesenjataan dan efisiensi penggelaran kekuatan militer negara pulau itu.
F-15SG "Eagle" saat tiba di Singapura awal bulan ini. (Foto: Mindef)
Negara yang menyandarkan diri dari perdagangan internasional dan jasa ini merupakan satu-satunya negara ASEAN yang "menitipkan" dua skuadron udara tempurnya di Amerika Serikat dan Australia. Di luar Jepang dan Korea Selatan, cuma Singapura yang diizinkan Amerika Serikat memiliki F-15SG "Eagle" dan helikopter serang AH-64D.
Negara itu juga memiliki F-16C/D Block 60, pesawat tempur penyergap F-5S/T, pesawat intai maritim dan intai jarak jauh E-2C "Hawkeye", G550 AEW&C, F50 ME2, dan pengintai RF-5S.
Untuk memenuhi keperluan pendidikan para penerbang militernya, Singapura memakai pesawat latih S211, PC-21, TA-4SU, EC120. Di sisi transportasi militer, negara itu juga memiliki sederet pesawat transport militer berat dan tanker udara Herkules KC-130, C-130H, F50 UTL, KC-135R, selain helikopter CH-47SD "Super Stallion", dan SA-332 "Super Puma".
Indonesia yang pernah memiliki arsenal dan daftar pesawat militer yang menggetarkan dunia pada dasawarsa '50-an dan '60-an, harus berbesar hati dengan kekuatan TNI-AU saat ini. Banyak perwira militer Indonesia, politisi, masyarakat umum, dan pengamat militer yang menilai kekuatan udara Indonesia masih sangat jauh dari cukup untuk mengawal 5,5 juta kilometer persegi wilayah udara nasional.
Andalan utama kekuatan udara nasional masih berkutat di Skuadron Udara 3, Skuadron Udara 11, Skuadron Udara 14, dan Skuadron Udara 15. Seluruh skuadron udara itu berisikan pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30MKI, F-16 "Fighting Falcon", BAe Hawk 109/209, dan F-5E "Tiger II".
Akan tetapi, Indonesia tercatat menjadi negara pertama di luar Amerika Serikat yang boleh membeli Herkules H-130A pada peralihan dasawarsa '50-an dan '60-an. Hal itu menandai kemesraan hubungan Indonesia dan Amerika Serikat di sela dominasi Uni Soviet pada saat itu.
Untuk pengintaian udara, Boeing RC-737 dengan teknologi awal dasawarsa '80-an masih menjadi andalan di Skuadron Udara 5 berkedudukan di Pangkalan Udara Utama TNI-AU Hasanuddin, Makassar.
Antara Bali
29 April 2010, Kuta -- Kerja sama dalam berbagai aspek antara TNI-AU dan Angkatan Udara Singapura akan diperluas sejalan dengan peringatan tahun ke-30 kerja sama antarkedua matra militer kedua negara ASEAN itu.
"Selama ini memang kerja sama itu dinilai baik, menguntungkan, dan mampu menjadi jembatan atas segala potensi masalah yang bisa terjadi di antara kedua angkatan udara," kata Wakil Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Madya TNI Sukirno, kepada ANTARA di Kuta, Bali, Kamis.
Bali menjadi tuan rumah pertemuan tahunan ke-30 di antara kedua angkatan udara. Markas Besar TNI-AU menugaskan Sukirno untuk memimpin delegasi TNI-AU dalam pembahasan pengembangan kerja sama kedua angkatan udara negara serumpun itu.
Selain Sukirno, delegasi TNI-AU itu adalah Asisten Operasi KSAU Marsekal Muda TNI Pandji Utama, Asisten Pengamanan KSAU Marsekal Pertama TNI Gunpanadi Waluyo, Kepala Dinas Pendidikan TNI-AU Marsekal Pertama TNI Sukarto, dan sejumlah lain perwira menengah.
Delegasi Singapura dipimpin Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Singapura Brigadir Jenderal Hoo C Mou, didampingi delapan perwira menengah, termasuk Atase Pertahanan Kedutaan Besar Singapura di Jakarta, Kolonel JP Andrew.
Sukirno menyatakan, "Ke depan, masalah yang menjadi perhatian bersama adalah peningkatan kapasitas SDM yang dimiliki. Ada banyak pelatihan bersama yang bisa diprogramkan dan dilaksanakan."
Hal serupa juga dinyatakan Hoo, yang menganggap pertemuan rutin tahunan ini semakin penting dari tahun ke tahun.
"Kami melihat pertemuan ini bukan sekadar pertemuan rutin belaka. Ada banyak kemajuan penting yang terlahir dalam kerangka kerja sama bilateral kedua angkatan udara negara kita ini dari pertemuan ini," katanya.
Indonesia di mata Singapura, katanya, berposisi sangat penting, tidak saja secara geografis namun lebih dari itu. "Kita terbukti menjadi saudara yang saling membantu dalam suka dan duka. Baik TNI-AU ataupun RSAF mampu menjadi duta bangsa masing-masing yang baik dalam hal itu," katanya.
Singapura di dalam struktur pertahanan regional ASEAN memiliki posisi yang kuat dari sisi sistem kesenjataan dan efisiensi penggelaran kekuatan militer negara pulau itu.
F-15SG "Eagle" saat tiba di Singapura awal bulan ini. (Foto: Mindef)
Negara yang menyandarkan diri dari perdagangan internasional dan jasa ini merupakan satu-satunya negara ASEAN yang "menitipkan" dua skuadron udara tempurnya di Amerika Serikat dan Australia. Di luar Jepang dan Korea Selatan, cuma Singapura yang diizinkan Amerika Serikat memiliki F-15SG "Eagle" dan helikopter serang AH-64D.
Negara itu juga memiliki F-16C/D Block 60, pesawat tempur penyergap F-5S/T, pesawat intai maritim dan intai jarak jauh E-2C "Hawkeye", G550 AEW&C, F50 ME2, dan pengintai RF-5S.
Untuk memenuhi keperluan pendidikan para penerbang militernya, Singapura memakai pesawat latih S211, PC-21, TA-4SU, EC120. Di sisi transportasi militer, negara itu juga memiliki sederet pesawat transport militer berat dan tanker udara Herkules KC-130, C-130H, F50 UTL, KC-135R, selain helikopter CH-47SD "Super Stallion", dan SA-332 "Super Puma".
Indonesia yang pernah memiliki arsenal dan daftar pesawat militer yang menggetarkan dunia pada dasawarsa '50-an dan '60-an, harus berbesar hati dengan kekuatan TNI-AU saat ini. Banyak perwira militer Indonesia, politisi, masyarakat umum, dan pengamat militer yang menilai kekuatan udara Indonesia masih sangat jauh dari cukup untuk mengawal 5,5 juta kilometer persegi wilayah udara nasional.
Andalan utama kekuatan udara nasional masih berkutat di Skuadron Udara 3, Skuadron Udara 11, Skuadron Udara 14, dan Skuadron Udara 15. Seluruh skuadron udara itu berisikan pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30MKI, F-16 "Fighting Falcon", BAe Hawk 109/209, dan F-5E "Tiger II".
Akan tetapi, Indonesia tercatat menjadi negara pertama di luar Amerika Serikat yang boleh membeli Herkules H-130A pada peralihan dasawarsa '50-an dan '60-an. Hal itu menandai kemesraan hubungan Indonesia dan Amerika Serikat di sela dominasi Uni Soviet pada saat itu.
Untuk pengintaian udara, Boeing RC-737 dengan teknologi awal dasawarsa '80-an masih menjadi andalan di Skuadron Udara 5 berkedudukan di Pangkalan Udara Utama TNI-AU Hasanuddin, Makassar.
Antara Bali
Latihan Serangan Pemukiman Yonif 500/Raider
29 April 2009, Gresik -- Sejumlah anggota pasukan khusus Yonif 500/Raider melakukan latihan taktik tempur serangan pemukiman, di wilayah Driyorejo Gresik, Jatim, Kamis (29/4) dini hari. Latihan yang diikuti 219 personel tersebut, untuk mengasah kemampuan tempur jarak dekat saat posisi musuh di pemukiman atau perkotaan. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/hp/10)
Seorang anggota pasukan khusus Yonif 500/Raider berhasil melaumpuhkan musuh, saat latihan taktik tempur serangan pemukiman, di wilayah Driyorejo Gresik, Jatim, Kamis (29/4) dini hari. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/hp/10)
Rabu, 28 April 2010
Ranpur Anoa Kawal Mabes Unifil
Ranpur ANOA ini akan memperlengkapi Kompi Mekanis E mengawal Markas Besar UNIFIL di Naqoura Libanon Selatan. (Foto: Puspen TNI)
28 April 2010, Lebanon -- Kehadiran ANOA, kendaraan tempur jenis APC (Armoured Personal Carrier) produksi Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi para prajurit TNI yang tengah mengemban misi perdamaian di Lebanon Selatan, yang tergabung dalam Satgas Yonif Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL (Indonesian Battalion). Kendaraan tempur jenis angkut personel ini nantinya akan memperlengkapi Kompi Mekanis E yang saat ini mengemban tugas dan dipercaya sebagai Kompi Force Protection (Kompi Pengawal) Markas Besar (Mabes) UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) di Naqoura Lebanon Selatan.
Menurut Dansatgas Konga XXIII-D, Letkol Inf Andi Perdana Kahar, Kompi Mekanis E dipilih sebagai Kompi pengguna kendaraan tempur buatan PT. Pindad (Persero), mengingat beberapa keunggulan Ranpur ANOA sangat sesuai dengan bidang tugas yang sedang diemban Kompi Mekanis E, baik itu untuk kegiatan patroli maupun untuk kegiatan pengawalan.
Ranpur ANOA mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam dan hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 60 Km/jam. Keunggulan ini sangat sesuai untuk melaksanakan pengawalan para petinggi yang berada di Markas Besar UNIFIL. Dari segi keselamatan, Ranpur ANOA dilapisi dengan baja khusus yang sudah memenuhi standar Nato pada level III. Dengan sistem penggerak 6 roda simetris, ANOA mampu bergerak lincah di berbagai medan hingga kemiringan 31 derajat.
Sementara itu, Pasiops Kompi Mekanis E, Kapten Chb Faisal Hutagalung menyampaikan bahwa sebagai pembekalan tentang kondisi medan dan pelaksanaan tugas, para pengemudi ANOA saat ini sedang melaksanakan Induction Training. Pelaksanaan Induction Training meliputi materi patroli dan escorting pada medan – medan sulit dan mengemudi pada malam hari. Kegiatan ini penting dilaksanakan mengingat kondisi medan di Lebanon Selatan sarat dengan jalan yang sempit dan berkelok-kelok dengan faktor kerawanan tinggi berupa tebing dan jurang yang dalam pada sisi jalan. Pembekalan ini juga sebagai sosialisasi aturan mengemudi, sebab pemerintah Lebanon menerapkan aturan berkendaraan pada sisi sebelah kanan jalan.
Kehadiran APC karya anak Bangsa ini, telah mempertebal rasa percaya diri Prajurit Indonesia dalam melaksanakan tugas di tengah – tengah pergaulan militer Internasional seperti yang tengah berlangsung di Lebanon saat ini.
Dengan sistem penggerak 6 roda simetris, ANOA mampu bergerak lincah di berbagai medan. (Foto: Puspen TNI)
Kendaraan tempur jenis APC (Armoured Personal Carrier) ini dilapisi dengan baja khusus yang sudah memenuhi standar Nato pada level III. (Foto: Puspen TNI)
Sebelum mengemban tugas mengawal Markas Besar UNIFIL, para pengemudi ANOA mendapat pembekalan terlebih dahulu. (Foto: Puspen TNI)
Iring-iringan ANOA saat mengikuti Induction Training. Pelaksanaan Induction Training meliputi materi patroli dan escorting pada medan-medan sulit dan mengemudi pada malam hari. (Foto: Puspen TNI)
Ranpur ANOA karya anak bangsa ini mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam dan hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 60 Km/jam. (Foto: Puspen TNI)
Sebelum mengemban tugas mengawal Mabes UNIFIL, para pengemudi ANOA mendapat pembekalan terlebih dahulu. (Foto: Puspen TNI)
PUSPEN TNI
28 April 2010, Lebanon -- Kehadiran ANOA, kendaraan tempur jenis APC (Armoured Personal Carrier) produksi Indonesia merupakan kebanggaan tersendiri bagi para prajurit TNI yang tengah mengemban misi perdamaian di Lebanon Selatan, yang tergabung dalam Satgas Yonif Mekanis Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL (Indonesian Battalion). Kendaraan tempur jenis angkut personel ini nantinya akan memperlengkapi Kompi Mekanis E yang saat ini mengemban tugas dan dipercaya sebagai Kompi Force Protection (Kompi Pengawal) Markas Besar (Mabes) UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) di Naqoura Lebanon Selatan.
Menurut Dansatgas Konga XXIII-D, Letkol Inf Andi Perdana Kahar, Kompi Mekanis E dipilih sebagai Kompi pengguna kendaraan tempur buatan PT. Pindad (Persero), mengingat beberapa keunggulan Ranpur ANOA sangat sesuai dengan bidang tugas yang sedang diemban Kompi Mekanis E, baik itu untuk kegiatan patroli maupun untuk kegiatan pengawalan.
Ranpur ANOA mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam dan hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 60 Km/jam. Keunggulan ini sangat sesuai untuk melaksanakan pengawalan para petinggi yang berada di Markas Besar UNIFIL. Dari segi keselamatan, Ranpur ANOA dilapisi dengan baja khusus yang sudah memenuhi standar Nato pada level III. Dengan sistem penggerak 6 roda simetris, ANOA mampu bergerak lincah di berbagai medan hingga kemiringan 31 derajat.
Sementara itu, Pasiops Kompi Mekanis E, Kapten Chb Faisal Hutagalung menyampaikan bahwa sebagai pembekalan tentang kondisi medan dan pelaksanaan tugas, para pengemudi ANOA saat ini sedang melaksanakan Induction Training. Pelaksanaan Induction Training meliputi materi patroli dan escorting pada medan – medan sulit dan mengemudi pada malam hari. Kegiatan ini penting dilaksanakan mengingat kondisi medan di Lebanon Selatan sarat dengan jalan yang sempit dan berkelok-kelok dengan faktor kerawanan tinggi berupa tebing dan jurang yang dalam pada sisi jalan. Pembekalan ini juga sebagai sosialisasi aturan mengemudi, sebab pemerintah Lebanon menerapkan aturan berkendaraan pada sisi sebelah kanan jalan.
Kehadiran APC karya anak Bangsa ini, telah mempertebal rasa percaya diri Prajurit Indonesia dalam melaksanakan tugas di tengah – tengah pergaulan militer Internasional seperti yang tengah berlangsung di Lebanon saat ini.
Dengan sistem penggerak 6 roda simetris, ANOA mampu bergerak lincah di berbagai medan. (Foto: Puspen TNI)
Kendaraan tempur jenis APC (Armoured Personal Carrier) ini dilapisi dengan baja khusus yang sudah memenuhi standar Nato pada level III. (Foto: Puspen TNI)
Sebelum mengemban tugas mengawal Markas Besar UNIFIL, para pengemudi ANOA mendapat pembekalan terlebih dahulu. (Foto: Puspen TNI)
Iring-iringan ANOA saat mengikuti Induction Training. Pelaksanaan Induction Training meliputi materi patroli dan escorting pada medan-medan sulit dan mengemudi pada malam hari. (Foto: Puspen TNI)
Ranpur ANOA karya anak bangsa ini mampu melaju hingga kecepatan 90 Km/jam dan hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk berakselerasi dari kecepatan 0 hingga 60 Km/jam. (Foto: Puspen TNI)
Sebelum mengemban tugas mengawal Mabes UNIFIL, para pengemudi ANOA mendapat pembekalan terlebih dahulu. (Foto: Puspen TNI)
PUSPEN TNI
Kosek Hanudnas II Laksanakan Latihan Hanudnas Cakra 2010
29 April 2010, Makassar -- Pangkosek Hanudnas II Marsekal Pertama TNI John Dalas Sembiring perintah “Siaga 1, Waspada Merah, Siap Tempur 1”, pada saat mengetahui adanya pelanggaran wilayah udara nasional oleh kekuatan udara asing melalui Pusat Operasi Sektor Makosek Hanudnas II sebagai Pos Komando Pengendalian kepada unsur SU 27/30 (Sukhoi) yang siaga di Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin.
Diketahui bahwa kekuatan udara negara asing telah melakukan unjuk kekuatan yang sangat mencolok dengan terus memperkuat kedudukannya di pangkalan aju dalam rangka mewujudkan kekuatan politiknya untuk menguasai pulau-pulau di jalur ALKI II dengan mengintai di wilayah Ambalat dan di Bontang dan seringkali melakukan penerbangan pengintaian yang melanggar jalur penerbangan wilayah udara nasional Indonesia.
Kosek Hanudnas II beserta jajaran Satuan Radar di bawahnya menangkap kegiatan pesawat tidak dikenal yang melakukan pengintaian di wilayah NKRI khususnya di wilayah Kosek Hanudnas II. Guna menindaklanjuti kondisi tersebut, Satuan Radar jajaran Kosek Hanudnas II melaporkan langsung dan meningkatkan intensitas operasi untuk memotong garis perhubungan udara lawan dengan cara menghancurkan kekuatan udara asing tersebut yang memasuki wilayah udara Indonesia dengan melibatkan unsur TS sebagai Interceptor.
Setelah mendapatkan perintah dari Pangkosek Hanudnas II Marsekal Pertama TNI John Dalas Sembiring, unsur TS dengan pesawat Sukhoi SU-27/30 dalam kondisi siap tempur diterbangkan untuk mengejar dan melakukan tindakan Force Down terhadap kekuatan udara negara asing yang tertangkap radar telah melanggar wilayah udara nasional Indonesia.
Hal tersebut merupakan rangkaian skenario kegiatan Latihan Hanudnas Cakra B/10 yang melibatkan unsur dari Kohanudnas, Satuan Radar di jajaran Kosek Hanudnas II dan mengerahkan kekuatan pesawat tempur Sukhoi Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin serta pesawat angkut berat C-130 Hercules, pesawat Intai Boeing 737 dan pesawat Helly Puma SA 330 dengan total personel yang terlibat sebanyak 405 orang.
Latihan ini bertujuan untuk menguji dokrin prosedur dan sistem kodal Hanud guna menjamin kesiapsiagaan unsur Hanud TNI AU dalam sistem pertahanan udara nasional.
Berkat kesiapsiagaan jajaran Kohanudnas dan seluruh satuan samping yang terlibat, segala kegiatan yang berdampak kepada terganggunya kedaulatan, keselamatan dan kesatuan negara dapat diatasi.
Dengan digelarnya Latihan Cakra B/10 diharapkan untuk memantapkan prosedur pelaksanaan Operasi Pertahanan Udara Nasional bersama seluruh jajaran dan sistem komunikasi dalam mendukung kelancaran Operasi Pertahanan Udara Nasional untuk menjaga kedaulatan wilayah udara.
Pentak Kosekhanudnas II
Lanud Halim Gelar Latihan Rajawali Perkasa
28 April 2010, Jakarta -- Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Marsekal Pertama TNI Bagus Puruhito, secara resmi membuka Latihan Satuan “Rajawali Perkasa 2010 “di Taxy Way Echo Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (28/4). Upacara pembukaan ditandai dengan dentuman TNT dan penyematan tanda peserta latihan dari Komandan Lanud Halim Perdanakusuma kepada perwakilan masing-masing Komando Latihan dan pelaku latihan.
Latihan “Rajawali Perkasa 2010“ ini dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 28 April 2010 sampai dengan tanggal 30 April 2010. Gladi posko dilaksanakan, setelah acara pembukaan di Mako Wing 1 di Lanud Halim Perdanakusuma dan manoper lapang pada 29 di Lanud Halim Perdanakusuma dan di Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat.
Komandan Lanud Halim dalam sambutannya menjelaskan latihan Rajasa ini merupakan puncak dari kegiatan Lanud Halim Perdanakusuma, yang terdiri dari perencanaan, gladi posko dan gladi lapang melibatkan personel, alut sista, fasilitas dan sarana pendukung untuk menguji kesiapan pelaku dan satuan jajaran sehingga diharapkan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya dalam pelaksanaan tugas operasi, selain itu juga dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pembinaan yang dilakukan oleh satuan-satuan selama ini khususnya dalam upaya menggerakan kemampuan untuk menghadapi berbagai kontijensi yang mungkin timbul sewaktu-waktu.
Lebih lanjut dikatakannya, maksud dan tujuan latihan Rajasa ini untuk memelihara, meningkatkan kesiapan operasional Lanud Halim Perdanakusuma sebagai satuan pelaksana operasi dari Komando Operasi TNI Angkatan Udara I (Koopsau I) yang dititik beratkan pada pelaksanaan tugas-tugas, namun perlu diingat perlibatan kekuatan tidak akan menghasilkan out put yang diinginkan apabila tidak dibarengi dengan kesungguhan dari seluruh peserta latihan untuk mengerjakan tugas masing-masing sebagaimana digariskan didalam rencana latihan. “Dengan Latihan Rajawali Perkasa 2010 Lanud halim Perdanakusuma akan lebih siap melaksanakan dan mendukung operasi udara dalam rangka menghadapi tugas -tugas dimasa mendatang“.
Diharapkan dengan latihan Rajasa akan dicapai kemampuan operasi udara sesuai fungsi masing-masing dari Skadron Udara 2, Skadron Udara17 dan Skadron Udara 31, selain itu tercapainya kemampuan pembinaan pemeliharaan alut sista beserta komponen-komponen dari Skadron Teknik 021 serta tercapainya kesiapan satuan dalam melaksanakan pengamanan pertahanan pangkalan.
Sedangkan pelajaran yang dikembangkan adalah penerapan prosedur tetap yang ada di Lanud Halim Perdanakusuma dan pengembangan taktik dan teknik operasi udara oleh setiap unsur serta macam, metode dan sifat latihan antara lain dinamika lapangan dengan penggunaan pasukan, latihan geladi posko dan manuver lapangan dan sifat dua tingkat, satu pihak dikendalikan. Peserta latihan melibatkan Skadron Udara 2, 17, 31, Skatek 021, Wing 1 Paskhas, unsur Pangkalan dan Perbekud lainnya.
Pentak Lanud Halim Perdanakusumah/POS KOTA
Indonesia Diminta Tambah Polisi di Darfur
29 April 2010, Jakarta -- Pemerintah Indonesia diminta menambah jumlah personel Polri sebagai anggota Force Police Unit Perserikatan Bangsa-Bangsa di Darfur, Sudan, Afrika. Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Zulkarnain Adinegara dalam komunikasi telepon dari Khartum, Sudan, Rabu (28/4), mengatakan, saat ini ada 140 orang FPU di Darfur yang bergejolak.
”Mereka dibagi dalam dua kelompok, yaitu United Nations Mission in Sudan-Unmis dan United Nations Mission in Dharfur atau UNAMID. Anggota Polri di Unmis bertindak sebagai police adviser,” ujar Zulkarnain.
Menurut sejumlah police adviser dari mancanegara, kinerja Force Police Unit (FPU) dan adviser Polri dinilai menonjol dibanding 13 negara lain yang mengirimkan polisi mereka dalam penugasan PBB.
Atas kinerja para perwira Polri yang dinilai baik, lanjut Zulkarnain, PBB sebetulnya meminta tambahan personel FPU sekitar 100 orang lagi. ”Saat ini kekuatan Polri yang digelar sudah satu kompi lebih. PBB meminta tambahan sekurangnya satu kompi lagi,” kata Kabidpenum.
Tambahan personel dibutuhkan untuk memperkuat pengawasan di wilayah Sudan selatan yang sempat lama bergejolak akibat perang saudara dan perebutan sumber daya alam.
Kapolsek Menteng, Jakarta Pusat, Kompol Arsdo Simatupang yang ditemui di Jakarta membenarkan keterangan Kabidpenum Mabes Polri. ”Kita diminta menambah personel, tetapi butuh waktu untuk persiapan,” ujar Simatupang yang baru pulang dari Darfur.
Mabes Polri, ujar Zulkarnain, mengirim tim untuk menilai kinerja anggota Polri di Sudan. Zulkarnain yang bersama rombongan tiba di Sudan, Minggu (25/4) dini hari, saat ini bergabung bersama FPU dalam sejumlah kegiatan, termasuk patroli lapangan di Darfur.
KOMPAS
KRI Dewaruci Menembus Perairan Somalia
26 April 2010, Jeddah -- Usai melaksanakan misi diplomasi di India KRI. Dewaruci, melanjutkan perjalanannya menuju Jeddah, Arab Saudi sebagai negara tujuan selanjutnya. Selesai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Agung ‘Sultan Qaboos bin Said’ Kota Salalah, pukul 16.00. KRI Dewaruci, bertolak meninggalkan pelabuhan Mina Raysut. Kecepatan angin 20 knot dari arah dermaga, turut mengantar KRI Dewaruci keluar alur dengan mulus.
Peran pemanduanpun menjadi singkat dan tidak perlu sampai ke buoy terluar, karena Letnan Satu Hadi sebagai Perwira Navigasi sudah mampu memandu kapal untuk keluar dari alur. Ketika KRI Dewaruci mulai memasuki peraiaran Somalia, seluruh prajurit mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, dibawah komando Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut Widyatmoko, memasang benteng perlindungan dari kantong-kantong pasir, prajuritpun siap dengan senjata laras panjang AK -47 di tangan.
Perairan Somalia merupakan perairan yang sangat berbahaya bagi pelayaran, karena sudah begitu banyaknya peristiwa pembajakan dan perompakan yang terjadi di peraiaran itu. Oleh karena itu KRI Dewaruci siap untuk menghadapi situasi terburuk sekalipun. Untuk itu Kapten Didik siswinardi sebagai perwira senjata terjun langsung untuk memimpin menangani ancaman dan pengamanan senjata dari bajak laut dan perompak Somalia itu.
Dikawal 7 kapal perang Asing Dua kapal Angkatan Laut Rusia ‘Pechenga’ dan ‘MB 19’ yang merapat di belakang KRI Dewaruci di Salalah, turut bertolak untuk mengawal KRI Dewaruci. Awak kapal Rusia yang sempat mendatangi kapal dan protes dengan bendera Spirit of Pirates yang terus berkibar sepanjang hari itu. “Bagaimana kami mau mengamankan anda, jika kapal anda sendiri secara tidak langsung mengakui keberadaan mereka?.
Setelah mendapatkan penjelasan tentang asal mula bendera dan artinya menggunakan bahasa Rusia oleh Kolonel Achmad Riad, Atase Pertahanan Indonesia, maka mereka mulai mengerti. Ditambah lagi penjelasan dari Komandan KRI Dewaruci, bahwa kapal ini pernah singgah di Vladivostok tahun 2004, sehingga penjelasan itu membuat suana lebih cair dan menjadi lebih akrab. Bahkan selalu menjadi latar belakang berfoto sebelum dan setelah pesiar.
Kapal perang Rusia ‘Pechenga’ mirip tanker dengan warna lambung abu-abu kehijauan. Sedangkan ‘MB 19’ mirip kapal tunda. Sekilas kedua kapal dari Armada Pasifik Rusia tersebut tidak terlihat seperti kapal perang. Namun keduanya dilengkapi dengan kesenjataan hingga kaliber 40 mm. Jumlah awak kapalnya banyak, lazimnya kapal perang. Diperkirakan membawa 80 orang pelaut dan 1 peleton marinir dari markasnya di Vladivostok.
Tugas utamanya mensuplai logistik dan personel kepada kapal-kapal AL Rusia yang berada di Teluk Aden. Memasuki Teluk Aden, semua kapal direkomendasikan untuk melewati alur yang sudah dibuat oleh Combined Maritime Forces. Rute yang disebut International Recommended Transit Corridor (IRTC) ini menjadi perlintasan yang diamankan oleh pasukan gabungan.
Keluar dari IRTC, resiko diluar tanggung jawab pasukan gabungan. Dengan kecepatan 7-8 knot, KRI Dewaruci melaju gagah memasuki IRTC di antara kapal-kapal tanker yang bergerak ke arah Timur atau Barat berkecepatan 20-24 knot.
Meski demikian untuk menjaga keamanan sendiri, banyak terlihat kapal yang memancarkan air di buritan. Terkadang terlihat seperti air panas, karena terlihat asap setelah air menyentuh permukaan laut. Menjelang senja, KRI Dewaruci melaksanakan Peran Jaga Perang, Penjagaan setingkat Siaga 2 ini melibatkan setengah kekuatan personel dan akan menempati penjagaan setiap 6 jam sekali.
Sebuah kapal perang yang diketahui bernama USS San Antonio LPD-17 sempat menanyakan identitas Dewaruci, dan selanjutnya kapal AL Amerika Serikat tersebut memberikan respek sesama AL, menyarankan agar terus standby di channel radio komunikasi yang sudah diatur, serta mendengar laporan situasi alur setiap jam. Juga apabila keadaan bersifat darurat (emergency), dapat mnghubungi kapal-kapal AL mancanegara yang ada di perairan Aden ini.
Kapal keempat adalah kapal tempur AL Rusia, pada Minggu dinihari kapal telah bertolak lebih awal, sehingga tidak sempat difoto. Namun melalui komunikasi diketahui bernama ‘Pyotr Veliky-099’ (foto: Jane’s Fighting Ship 2006). Usai melakukan komunikasi kapal tersebut langsung mengadakan peran penggelapan. Limnos F-451 dari AL Yunani menjadi kapal kelima yang dijumpai. Mereka bangga setelah diinformasikan bahwa KRI Dewaruci akan singgah di dua kota Yunani, Volos dan Lavrion dalam rangka Lomba dan Festival kapal layar tiang tinggi.
Kapal frigate tersebut tidak berani mendekat dan hanya memantau dari jarak 5 NM. Sama dengan kapal AL India INS Brahmaputra F-31 senang sekali bertemu dengan sesama negara Asia, apalagi hubungan AL Indonesia dan India sangat baik, salah satunya melalui kerjasama bilateral melalui Operasi Indindo. (Limnos F-451, Yunani (kiri), Brahmaputra, India (kanan) Berbeda dengan USS Carney DDG-64 yang menjadi kapal ke tujuh atau terakhir, destroyer AL Amerika ini bahkan membalas penghormatan lambung dari KRI Dewaruci pada jarak 300 yard, serta mengadakan komunikasi lewat operator.
Komunikasi yang terjalin lewat operator itu diantaranya berbunyi Bon Voyage yang dari suaranya bisa dipastikan seorang korps wanita yang berada di kapal itu, kepada kapal legendaris Indonesia yang sesaat lagi akan keluar dari IRTC menuju Laut Merah. Selama dua hari melewati perairan Somalia, semangat awak kapal berlipat ganda.
Di samping membayangkan seramnya pembajak dan perompak, juga sejuknya suasana batin menjelang tiba di Jeddah. Ka’bah kiblat seluruh umat Muslim sudah dipelupuk mata. Sungguh tak terbayangkan bila benar-benar ini kenyataan, dan bukan sekedar mimpi yang akan terhapus dengan sebuah lengkingan peluit bangun pagi. Dalam suasana batin yang mendua, prajurit menyiapkan diri secara fisik dan mental, untuk mengikuti latihan beladiri untuk menjaga kebugaran tubuh seperti tae kwon do, pencak silat.
Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Suharto yang juga, pemegang sabuk hitam karate turut membagi ilmu dalam teknik melumpuhkan orang. Matahari yang hangat di pagi hari dan angin semilir di tengah laut yang tenang membuat suasana lebih indah dan nyaman. Siang harinya dimanfaatkan untuk latihan manasik umrah yang langsung dipimpin perwira rohani Mayor Achmad Fauzan. Labbaikallahumma labbaik... Pukul 09.00 waktu setempat (13.00 Wib), KRI Dewaruci bersandar di Pelabuhan Jeddah diterima dengan parade kehormatan langsung oleh Konsul Jenderal R.I Jeddah Bpk. Zakaria Anshar didampingi Atase Pertahanan Kolonel Kav Achmad Riad, S.Ip beserta staf KJRI Jeddah. juga terlihat beberapa siswa SMA Indonesia yang hadir mengunjungi kapal. Ahlan Wasahlan. Labbaikallahumma labbaik, Labbaika lasyarikalakalabbaik, dan 70 awak kapal muslim bersiap untuk umrah.
Penarmatim
Pemeriksaan Senjata Kodim 0733 BS/Semarang
28 April 2010, Semarang -- Dandim 0733/BS Semarang, Letkol Inf Nugroho Sulistyo Budi (2kiri), saat melakukan pemeriksaan kondisi berbagai senjata, di Markas Kodim 0733 BS/Semarang, di Semarang, Jateng, Rabu (28/4). Pemeriksaan ratusan senjata itu bertujuan untuk memastikan kondisinya dalam keadan baik dan terawat serta tidak disalahgunakan oleh prajurit. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/mes/10)
Seorang prajurit mengawasi berbagai senjata, saat dilakukan pemeriksaan senjata, di Markas Kodim 0733 BS/Semarang, di Semarang, Jateng, Rabu (28/4). (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/mes/10)
Seorang prajurit mengawasi berbagai senjata, saat dilakukan pemeriksaan senjata, di Markas Kodim 0733 BS/Semarang, di Semarang, Jateng, Rabu (28/4). (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/Koz/mes/10)
Hino Pasok Sasis untuk Kendaraan Militer Nasional
28 April 2010, Jakarta -- Untuk memperluas pasar, PT Hino Motor Manufacturing Indonesia menjajaki segmen baru, yakni kendaraan militer. Merek yang berada di bawah bendera Toyota ini, berencana memasok sasis untuk kendaraan militer Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Gunadi Shinduwinata, Ketua Umum Asosiasi Industri Pertahanan Otomotif (AIPO) semalam mengatakan, saat ini seluruh anggota asosiasi tengah melakukan pengembangan kendaraan khusus militer. Untuk prototipe digunakan sasis Hino produksi lokal.
"Ini bukan masalah Hino saja, lebih tepatnya seluruh anggota AIPO. Hino dipilih karena memiliki kandungan lokal 70 persen," ujar Gunadi. Dijelaskan pula, asosiasi juga menggandeng PT Pindad dan perusahaan karoseri nasional untuk memenuhi kebutuhan TNI tersebut. Menurut Gunadi, terdapat sekitar 9-12 varian yang akan diciptakan.
"Untuk menciptakan satu prototipe, sudah menghabiskan dana Rp800 juta per unit. Ini kendaraan berat. Biayanya akan berkurang seiring tumbuhnya permintaan," papar Gunadi.
Dengan adanya kerjasama ini, diharapkan kebutuhan kendaraan militer yang masih mengandalkan produk impor secara perlahan dialikan ke industri lokal. “Potensi pasar kendaran militer nasional mencapai 3.000 unit per tahun,” ungkap Gunadi.
KOMPAS.com
Selasa, 27 April 2010
Kapal LST Produksi AS Segera Dipensiunkan
KRI Teluk Tomini. (Foto: TNI AL)
28 April 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Laut sesegera mungkin memensiunkan tujuh kapal jenis landing ship tank (LST) buatan Amerika Serikat dan Korea karena sudah masuk kategori usia tua, di atas 25 tahun. Sebagai penggantinya, TNI AL akan memesan jenis kapal yang sama, namun produksi dalam negeri dari PT PAL.
"Tujuh kapal LST eks Amerika dan Korea itu tidak mungkin lagi dipertahankan dan harus segera dipensiunkan karena usianya sudah sangat tua," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Kolonel Herry Setianegara kepada Suara Karya di Jakarta, Selasa (27/4). Penggantian tujuh kapal LST merupakan bagian dari rencana strategis pembangunan kekuatan TNI AL.
Pengoperasian ketujuh kapal LST tersebut dapat ditolerir hingga tahun 2012, meskipun konsekwensinya akan mengeluarkan biaya perawatan yang relatif besar. Ketujuh kapal tersebut, yakni KRI Teluk Langsa 501, KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Kau 504, KRI Teluk Tomini 508, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Saleh 510 dan KRI Teluk Bone 511 rata-rata tahun pembuatan 1943 - 1945.
"Bila dihitung, usia pemakaian ketujuh kapal sudah lebih dari 50 tahun. Bila tetap dipertahankan akan riskan. Layaknya, usia pemakaian kapal itu hingga 25 tahun," ujar dia. KRI Ratai, sebelumnya pernah dikomandani Herry Setianegara.
Konsentrasi ketujuh kapal, dijelaskan Herry, empat berada di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dan tiga lagi dibina Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim).
"Kapal-kapal itu, meskipun membutuhkan ekstra perawatan tetap dioperasionalkan sampai habis masa pakainya. Selanjutnya, kapal-kapal itu akan dipensiun secara bertahap dan diganti dengan yang baru. Kita menggalakan kerjasama dengan PT PAL untuk membuatkan tujuh kapal LST sebagai pengganti LST eks Amerika dan Korea itu," kata Herry.
Secara terpisah, Direktur Utama PT PAL Harsusanto mengatakan, hingga 2014 PT PAL telah mendapat kontrak dari Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Laut yakni dua kapal selam, dua kapal perusak kawal rudal (PKR), 11 unit KCR-40, tujuh unit kapal angkut tank (AT/ LST), 17 unit tank amfibi, dan 25 unit peningkatan kemampuan kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut.
Terkait penegakan hukum di laut, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, TNI AL berkomitmen menegakan hukum di laut sekaligus menjaga kedaulatan NKRI.
SUARA KARYA Online
28 April 2010, Jakarta -- TNI Angkatan Laut sesegera mungkin memensiunkan tujuh kapal jenis landing ship tank (LST) buatan Amerika Serikat dan Korea karena sudah masuk kategori usia tua, di atas 25 tahun. Sebagai penggantinya, TNI AL akan memesan jenis kapal yang sama, namun produksi dalam negeri dari PT PAL.
"Tujuh kapal LST eks Amerika dan Korea itu tidak mungkin lagi dipertahankan dan harus segera dipensiunkan karena usianya sudah sangat tua," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Kolonel Herry Setianegara kepada Suara Karya di Jakarta, Selasa (27/4). Penggantian tujuh kapal LST merupakan bagian dari rencana strategis pembangunan kekuatan TNI AL.
Pengoperasian ketujuh kapal LST tersebut dapat ditolerir hingga tahun 2012, meskipun konsekwensinya akan mengeluarkan biaya perawatan yang relatif besar. Ketujuh kapal tersebut, yakni KRI Teluk Langsa 501, KRI Teluk Bayur 502, KRI Teluk Kau 504, KRI Teluk Tomini 508, KRI Teluk Ratai 509, KRI Teluk Saleh 510 dan KRI Teluk Bone 511 rata-rata tahun pembuatan 1943 - 1945.
"Bila dihitung, usia pemakaian ketujuh kapal sudah lebih dari 50 tahun. Bila tetap dipertahankan akan riskan. Layaknya, usia pemakaian kapal itu hingga 25 tahun," ujar dia. KRI Ratai, sebelumnya pernah dikomandani Herry Setianegara.
Konsentrasi ketujuh kapal, dijelaskan Herry, empat berada di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) dan tiga lagi dibina Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim).
"Kapal-kapal itu, meskipun membutuhkan ekstra perawatan tetap dioperasionalkan sampai habis masa pakainya. Selanjutnya, kapal-kapal itu akan dipensiun secara bertahap dan diganti dengan yang baru. Kita menggalakan kerjasama dengan PT PAL untuk membuatkan tujuh kapal LST sebagai pengganti LST eks Amerika dan Korea itu," kata Herry.
Secara terpisah, Direktur Utama PT PAL Harsusanto mengatakan, hingga 2014 PT PAL telah mendapat kontrak dari Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Laut yakni dua kapal selam, dua kapal perusak kawal rudal (PKR), 11 unit KCR-40, tujuh unit kapal angkut tank (AT/ LST), 17 unit tank amfibi, dan 25 unit peningkatan kemampuan kapal-kapal perang TNI Angkatan Laut.
Terkait penegakan hukum di laut, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, TNI AL berkomitmen menegakan hukum di laut sekaligus menjaga kedaulatan NKRI.
SUARA KARYA Online
38 Pesawat dan Helikopter AU India Alami Kecelakaan Selama 3 Tahun Terakhir
27 April 2010 -- 38 jet tempur dan helikopter Angkatan Udara India mengalami kecelakaan dalam insiden terpisah selama tiga tahun terakhir, menewaskan 38 personil AU India diumumkan Parlemen India Lok Sabha, Senin (26/4).
“Total 38 insiden melibatkan pesawat dan helikopter AU India yang terjadi selama 2007-2008 dan 2009-2010 dan tahun ini. 28 personil angkatan bersenjata tewas dalam insiden tersebut,” menurut Menteri Pertahanan India dalam jawaban tertulisnya pada parlemen.
Enam insiden, merusak harta benda milik sipil, ia menambahkan seluruh kerusakan sudah diperbaiki.
Dari 38 insiden kecelakaan pesawat dan helikopter, 21 insiden menimpa jet tempur MiG buatan Rusia yang menewaskan empat orang.
India membeli jet tempur baru Sukhoi SU-30MKI, jet tempur buatan dalam negeri LCA Tejas, 126 jet tempur serba guna dalam proses tender serta mengupgrade armada jet tempur MiG-29, pesawat angkut Antonov-32 dan Ilyushin-76 guna mempertahankan kekuatan udara.
Brahmand/@info-terkumpul
Pemantapan Latihan Taktik Tempur
27 April 2010, Pontianak -- Pelaksanaan minggu militer pada minggu ke IV April 2010 di korem 121/ABW diisi dengan kegiatan sosialisasi Taktik bertempur baru oleh Pasilat Korem 121/ABW Mayor Inf Daniel Lumbanraja . Adapun materi yang diberikan meliputi tehnik dan taktik bertempur baru yang terdiri dari Tehnik Bertempur, Tehnik Sweeping , Tehnik melintasi daerah bahaya ,Teknik Naik dan kedudukan dalam pesawat ,Tehnik serbuan dalam ruangan dan tehnik evakuasi korban. Sedangkan Taktik yang dilatihkan adalah Taktik penghadangan pemukiman, serangan pemukiman dan perkotaan,Taktik pertahanan ,Taktik penyergapan pemukiman dan perkotaan ,Taktik perlawanan penghadangan kendaraan serta taktik Pengamanan Rute.
Kegiatan sosialisasi Taktik bertempur baru ini dilaksanakan selama satu minggu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tentang taktik tempur bagi prajurit Kodam VI/Tpr khususnya Korem 121/ABW guna mengoptimalkan tugas pokok satuan sehingga dapat menjadikan prajurit yang lebih profesional dalam menghadapi tugas-tugasnya yang dihadapkan dengan tuntutan tugas, perkembangan tehnologi serta pengaruh global pada saat ini.
Kegiatan soaialisasi Taktik Bertempur baru ini akan dilaksanakan di Korem 121/Abw secara berlanjut dan berkesinambungan pada saat minggu militer dan kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penataran latihan taktik bertempur baru yang belum lama ini dilaksanakan di Secata B Singkawang, demikian tegas Kasiops Korem 121/Abw Mayor Inf Denny Fardany saat ditemui oleh petugas penrem 121/Abw diruang kerjanya.
Penrem 121/ABW
Senin, 26 April 2010
Indonesia Hadapi Kendala Bangun Pulau
Dirjen Strahan Kementerian Pertahanan, Mayjen TNI Syarifudin (tengah) didampingi Sekretaris Dirjen Strahan Marsma TNI Simamora (kiri) serta Dir.Wilayah Pertahanan, Laksma TNI Susetyo (kanan) memaparkan masalah perbatasan Indonesia, di Jakarta, Senin (26/4). Kemhan mengajak seluruh pemimpin daerah serta masyarakat bersama TNI yang tinggal di daerah perbatasan serta pulau terluar Indonesia agar menjaga stabilitas keamanan di wilayah tersebut. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ed/mes/10)
26 April 2010, Jakarta -- Indonesia menghadapi kendala dalam membangun sektor pertahanan di pulau-pulau yang berjumlah belasan ribu. Pembangunan tak merata ditambah keterbatasan modal membuat pembangunan pulau membutuhkan waktu lama.
"Kalau Indonesia kaya, kita bisa bangun lima pulau setiap tahun tanpa lihat besar kecilnya pulau," ujar Direktur Wilayah Pertahanan Strahan Kementerian Pertahanan Laksma TH Susetyo kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/4).
Indonesia, sahut dia, memiliki 17.504 pulau yang dihitung dengan metode kartografi. Jumlah ini bervariasi di setiap departemen tergantung kebutuhan data tersebut. Jika pulau kecil seperti Pulau Nipah saja membutuhkan waktu pembangunan setidaknya empat tahun, pembangunan seribu pulau membutuhkan waktu selama 200 tahun. Hal itu membutuhkan sekian banyak generasi untuk pembangunan yang berkesinambungan.
"Berapa banyak generasi untuk bangun itu? Kita butuh sekian generasi untuk membangunnya," tukasnya.
Pembangunan tersebut, tukas dia, tak bisa dibebankan pada Kementerian Pertahanan saja. Seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah daerah setempat, harus bahu membahu membangun pulau agar menjadi penguat keberadaan NKRI, khusunya bagi pulau-pulau terluar Indonesia.
Untuk hal ini, Dirjen Strahan Mayjen Syarifuddin Tippe mengeluhkan kurangnya kesadaran pemda akan posisi strategis sehingga potensial mengancam pertahanan negara. Ke depan, pihaknya akan membuat pusat-pusat kajian soal perbatasan yang hasilnya bisa diimplementasikan oleh pemerintah yang bersangkutan.
MI.com
26 April 2010, Jakarta -- Indonesia menghadapi kendala dalam membangun sektor pertahanan di pulau-pulau yang berjumlah belasan ribu. Pembangunan tak merata ditambah keterbatasan modal membuat pembangunan pulau membutuhkan waktu lama.
"Kalau Indonesia kaya, kita bisa bangun lima pulau setiap tahun tanpa lihat besar kecilnya pulau," ujar Direktur Wilayah Pertahanan Strahan Kementerian Pertahanan Laksma TH Susetyo kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/4).
Indonesia, sahut dia, memiliki 17.504 pulau yang dihitung dengan metode kartografi. Jumlah ini bervariasi di setiap departemen tergantung kebutuhan data tersebut. Jika pulau kecil seperti Pulau Nipah saja membutuhkan waktu pembangunan setidaknya empat tahun, pembangunan seribu pulau membutuhkan waktu selama 200 tahun. Hal itu membutuhkan sekian banyak generasi untuk pembangunan yang berkesinambungan.
"Berapa banyak generasi untuk bangun itu? Kita butuh sekian generasi untuk membangunnya," tukasnya.
Pembangunan tersebut, tukas dia, tak bisa dibebankan pada Kementerian Pertahanan saja. Seluruh elemen masyarakat, terutama pemerintah daerah setempat, harus bahu membahu membangun pulau agar menjadi penguat keberadaan NKRI, khusunya bagi pulau-pulau terluar Indonesia.
Untuk hal ini, Dirjen Strahan Mayjen Syarifuddin Tippe mengeluhkan kurangnya kesadaran pemda akan posisi strategis sehingga potensial mengancam pertahanan negara. Ke depan, pihaknya akan membuat pusat-pusat kajian soal perbatasan yang hasilnya bisa diimplementasikan oleh pemerintah yang bersangkutan.
MI.com
Langganan:
Postingan (Atom)