Foto kota di Haiti dipotret RQ-4 Global Hawak dari Pangkalan AU Beale, California. (Foto: USAF)
30 Maret 2012, Jakarta: Indonesia membantah telah mengirim nota protes kepada Pemerintah Amerika Serikat dan Australia, dan meminta penjelasan seputar beredarnya kabar bahwa AS akan membangun pangkalan militer di Pulau Cocos, Australia.
Demikian ditegaskan Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri RI PLE Priatna dalam layanan pesan singkat kepada Kompas, Kamis (29/3) malam. ”Tidak benar dan tidak pernah ada nota semacam itu,” ujar Priatna.
Kabar soal nota protes itu pertama kali dimuat situs berita BBC Indonesia, Kamis sore. BBC mengutip keterangan Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan RI Brigadir Jenderal Hartind Asrin yang mengatakan, Pemerintah Australia dan AS sebaiknya segera menjelaskan tujuan pembangunan pangkalan militer itu untuk menghindari kesalahpahaman.
”Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka. Namun, kami meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak berawak dekat wilayah Indonesia,” kata Hartind seperti dikutip BBC.
Namun, saat dihubungi Kompas, Hartind membantah telah mengatakan hal itu. Menurut Hartind, pihak Kementerian Pertahanan tidak berwenang meminta penjelasan dari negara lain. ”Itu wewenang Kemlu,” ujar Hartind.
Menurut Hartind, dari kacamata Kemhan, yang bisa dilakukan saat ini adalah meningkatkan kewaspadaan, memperkuat intelijen dan kesiagaan Komando Pertahanan Udara Nasional untuk bersiap apabila kabar tersebut benar. ”Sekarang itu kan masih sebatas wacana,” tutur dia.
Sehari sebelumnya, kantor berita Reuters mengutip Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith yang mengatakan, suatu hari nanti Australia akan mengizinkan pesawat mata-mata AS beroperasi dari Pulau Cocos.
Smith menambahkan, kemungkinan penggunaan pangkalan di Pulau Cocos oleh militer AS sudah sempat dibicarakan dengan AS, tetapi belum sampai tahap perundingan serius dan menjadi bagian rencana kerja sama saat ini.
”Kami memandang (Pulau) Cocos sebagai lokasi berpotensi strategis dalam jangka panjang. Tetapi itu masih jauh,” ujar Smith.
Pernyataan Smith itu disampaikan untuk menanggapi artikel di harian The Washington Post di AS pada hari Selasa (27/3). Dalam artikel itu disebutkan, para pejabat AS dan Australia memandang Pulau Cocos sebagai lokasi ideal untuk mengoperasikan pesawat mata-mata berawak dan tak berawak milik AS.
Lokasi Cocos, yang hanya berjarak sekitar 1.000 kilometer sebelah barat daya wilayah Indonesia, itu, dianggap ideal untuk menerbangkan pesawat mata-mata ke kawasan Laut China Selatan.
Sumber: KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar