Bronco buatan industri pertahanan Singapura. Inggris memborong 115 unit untuk Angkatan Bersenjata Inggris. (Foto: Mindef)
24 Maret 2012, Jakarta: Krisis ekonomi global selain membuat ketidakpastian juga mendorong militer sejumlah negara meningkatkan industri pertahanan masing-masing karena lebih effisien dan effektif. Hal ini membuka peluang adanya kerja sama regional industri pertahanan.
Hal ini dikatakan Jenderal Darat Hurley, Panglima Angkatan Bersenjata Australia, dalam diskusi di Jakarta International Defense Dialog, Jumat (23/3).
Menurut David, pihaknya memandang penting bagaimana membelanjakan uang rakyat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan persenjataan Angkatan Bersenjata Australia. Ada komitmen pemerintah untuk membuat perencanaan jangka panjang angkatan bersenjata 2030.
“Industri pertahanan berkolaborasi dengan angkatan bersenjata dengan demikian menurunkan resiko,” kata David.
Penghematan juga menjadi perhatian utama di Singapura. Panglima Angkatan Bersenjata Singapura LG Neo Kian Hong mengatakan, pihaknya banyak mengembangkan dan memperbaiki dibandingkan membeli alat baru. Misalnya Singapura membeli Main Battle Tank Leopard bekas 2A4 untuk diperbaiki dan modifikasi sesuai kebutuhan angkatan bersenjata Singapura.
Baik David maupun Neo Kian Hong mengatakan, penguatan industri pertahanan dalam negeri memberikan banyak keuntungan. Memang, ada prasyarat yang harus dipenuhi dari berbagai pihak, seperti militer, universitas, pemerintah, dan industri.
”Walau kami ada keterbatasan dari segi tenaga kerja, industri pertahanan Singapura bisa ekspor ke Inggris, Kanada, Selandia Baru, dan Australia,” kata Neo Kian Hong.
Ekspor Senjata Singapura 2000-2011
- 1 unit kapal pengangkut tank kelas Endurance senilai 132 juta dolar ke Thailand pada 2008, diterima 2012;
- 115 unit ranpur Bronco (Warthog) senilai 233 juta dolar pada 2008 ke Inggris, diterima 2010-2011;
- 48 unit mortar SRAMS 120mm senilai 106 juta dolar pada 2007 ke Uni Emirat Arab, dipasang di ranpur Agrab (RG-31), diterima 2009-2011;
- 72 unit mortar SRAMS 120mm senilai 214 juta dolar pada 2011 ke Uni Emirat Arab, dipasang di ranpur Agrab (RG-31);
- 2 unit kapal patroli cepat FPB-38 Sea Eagle ke Nigeria pada 2007, diterima 2009;
- 2 unit kapal patroli kelas Grajau ke Brasil pada 1996, diterima 1999-2000.
Hibah Senjata Singapura 2000-2011
- 7 unit pesawat tempur F-16A/B ke Thailand pada 2004;
- 7 unit helikopter Bell-205/UH-1 ke Filipina pada 2003, helikopter dimodernisasi senilai 12 juta dolar sebelum diserahkan, diterima 2004-2005;
- 9 unit mortar 120mm ke Sri Lanka pada 2000;
- 1 unit kapal patroli RSS Jupiter ke Indonesia pada 2002;
- 19 unit pesawat latih SF-260 ke Indonesia pada 2002;
- 6 unit helikopter ringan AS-350/AS-550 Fennec ke Chad pada 2008, diterima 2009-2010.
Sumber: KOMPAS/SIPRI
@Berita HanKam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar