Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kanan) didampingi Wapres Boediono (kanan) memimpin sidang kabinet terbatas bidang politik, hukum dan keamanan di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (2/2). Sidang tersebut membahas soal rencana kelanjutan pengembangan pembangunan Indonesian Peace and Security Centre (IPSC) di kawasan Canti Dharma, Sentul, Bogor, Jawa Barat. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/ss/mes/12)
24 Maret 2012, Jakarta: Di suatu bukit yang bisa untuk melihat Jakarta, sejumlah alat berat beroperasi meratakan sebidang tanah.Tidak jauh dari sana sebuah danau buatan terisi air kecokelatan.
Lokasi itu akan dibangun lapangan tembak sepanjang 600 meter.Ini untuk sarana latihan para prajurit tentara Indonesia maupun asing yang mengikuti pendidikan kilat (diklat). Kawasan ini disebut bukit Merah Putih karena di puncak bukit terdapat menara berbendera merah putih yang berkibar sepanjang hari. Sedangkan nama resminya, Canti Dharma,dengan fungsi utama sebagai Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian atau Indonesia Peace and Security Center (IPSC).
Menurut Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin,kompleks ini mulai dibangun sejak 2010 atas prakarsa presiden ketika 2009.“Ini dalam rangka menyiapkan prajurit dan untuk negara sahabat menyiapkan pasukan penjaga perdamaian,”katanya di kompleks itu,Selasa (20/3). Kala itu hanya tiga fungsi yaitu peacekeeping center, operasi kemanusiaan dan penanggulangan bencana, serta counter terrorism.Kemudian bertambah standby force batalion mekanis Mabes TNI untuk kebutuhan operasi reaksi cepat.“Ada pemukiman di sana sehingga bisa digerakkan secara cepat,” sebut dia.
Fungsi-fungsi itu terus bertambah seperti pusat bahasa internasional.Ini digarap Kemendikbud dengan target dihasilkan orang-orang yang mampu menguasai berbagai jenis bahasa asing. Lulusannya diharapkan bisa menjadi solusi atas kesulitan pemerintah dalam mendapat penerjemah untuk bahasa tertentu.Bahasa yang diajarkan adalah bahasa yang sering digunakan dalam kepentingan internasional seperti Inggris,Rusia,China, Korea,dan Arab. Tidak gampang untuk membangun kompleks ini. Faktor alam menjadi yang kendala utama.
Sjafrie menceritakan, kondisi lahan di area yang masuk wilayah Sentul,Bogor itu sangat sulit.Faktor kemiringan yang cukup curam membuat kawasan ini rawan longsor.Apalagi ada banyak mata air di sana.“Ada sekitar 20 mata air yang ditemukan. Supaya tidak longsor,kami bikin beberapa danau buatan,”tuturnya. Ketinggian menjadi tantangan berikutnya.Berada di ketinggian 450 meter dpl, cuaca di area seluas 261 hektare ini kerap berubah. Belum lagi dengan tiupan angin yang bisa mencapai ratarata 15 knot per jam.“Kita butuh pekerja yang memiliki spesifikasi khusus,”kata dia.
Proyek yang masih terus berlangsung dengan target selesai 2014 ini dikucuri dana Rp40 miliar pada pos Kementerian Pertahanan 2012,lebih rendah dari alokasi kebutuhan Rp132 miliar. Pengerjaan dilakukan kontraktor dan swakelola TNI. Pelibatan prajurit TNI dalam pembangunan ini memberi beberapa manfaat. Selain menekan anggaran, juga merupakan bagian dari praktik kurikulum teknis korps zeni TNI Angkatan Darat.Dari swakelola ini, prajurit juga mendapat penghasilan tambahan.
Walau titik berat dari kawasan ini untuk aktivitas militer,ada area-area tertentu yang bisa diakses publik. Apalagi di sana juga akan berdiri kompleks untuk Universitas Pertahanan. Museum tentang kiprah pasukan penjaga perdamaian PBB serta outbond direncanakan ada. “Diharapkan IPSC bisa menjadi kebanggaan nasional,”tambah Sjafrie. Dengan penekanan fungsi sebagai diklat pasukan penjaga perdamaian,kompleks ini juga didesain khusus sesuai standar PBB.
Desain disesuaikan dengan kondisi alam riil di negara tempat bertugas misalnya Lebanon. Di buat area yang menggambarkan wilayah perbatasan Lebanon-Israel. “Lengkap dengan pos penjagaan,”ucap Komandan Fasilitas Diklat PMPP Brigjen TNI Imam Edi Mulyono.
Sumber: SINDO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar