Minggu, 04 Juli 2010

Masihkah ada Kukang (Nycticebus Coucang) di Sumedang?

kukang
Kukang merupakan satwa primata nocturnal yang dilindungi pemerintah sejak tahun 1931 hingga yang terbaru yaitu Peraturan Pemerintah no.7 tahun 1999. status konservasinya sejak tahun 1996 dikategorikan oleh IUCN (Internasional Union for Conservsition of Nature and Natural Resources) sebagai Vulnerable (rentan) yang berarti satwa ini memiliki kemungkinan punah sedikitnya 10% dalam setahun dan kategori Appendix II oleh CITES (Convention on Internastional Trade in Endangered Species) yang berarti dapat diperdagangkan dengan dibatasi oleh jatah tangkap (kuota).

Keluarga kukang atau sering disebut-sebut malu-malu, terdiri dari 8 marga (genus) dan terbagi lagi dalam 14 jenis. Penyebarannya cukup luas, mulai dari Afrika sebelah selatan Gurun Sahara, India, Srilanka, Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dari 8 Marga yang ada, di Indonesia hanya ditemui 1 marga, yaitu Nycticebus.

Dari 4 jenis hanya ada 2 jenis yang ada dan hidup di Indonesia, yaitu: Nycticebus coucang yang tersebar di Semenanjung Malaya, Sumatera dan Kalimantan serta kepulauan sekitarnya, Nycticebus javanicus hanya tersebar di Jawa. Meliputi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ciri bulu tubuhnya berwarna coklat muda sampai coklat tua, bermata besar menonjol keluar, panjang kepala dan badannya 33 cm dengan bobot badan berkisar antara 300-1500 g. Pada bagian kepala hingga punggungnya terdapat garis coklat tua yang menjadi salah satu cirinya. Tangannya berfungsi sebagai pemegang yang telah berkembang baik.

Kukang terkenal dengan kehidupan malamnya (nocturnal) dan memakan beberapa buah-buahan dan sayuran, juga beberapa insecta, mamalia kecil dan bahkan burung. Umumnya mereka meraih makanan dengan salah satu tangan lalu memasukkannya ke dalam mulut. Berbeda halnya dengan minum, cara yang dilakukan pun cukup unik. Mereka tidak minum langsung dari sumbernya tetapi mereka membasahi tangannya dan menjilatinya.

Populasi kukang di alam saat ini diperkirakan cenderung menurun yang disebabkan oleh perusakan habitat dan penangkapan yang terus berlangsung tanpa memperdulikan usia dan jenis kelamin kukang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar