05 Juli 2010, Banda Aceh -- Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menyatakan prihatin terhadap perlengkapan militer yang dimiliki personel TNI yang menjaga pulau perbatasan Indonesia.
"Saya merasa prihatin dengan peralatan militer yang dimiliki anggota TNI di Pulau Rondo, karena peralatan yang ada masih minim untuk melakukan pemantauan daerah itu dari berbagai aksi pencurian," katanya usai melakukan kunjungan kerja ke Pulau Rondo, Provinsi Aceh, akhir pekan lalu.
Pulau Rondo yang bersebelahan dengan Pulau Sabang, merupakan salah satu dari 12 pulau terdepan di Indonesia. Dia menyebutkan, sebanyak satu pleton pasukan yang ditempatkan di sana masih belum memiliki peralatan yang memadai akibat anggaran yang dimiliki masih terbatas. "Kita akui minimnya anggaran yang kita miliki berdampak terhadap peralatan militer yang kita punya saat ini," katanya.
Dia menuturkan, idealnya untuk penjagaan Pulau Rondo terutama yang berdekatan dengan Selat Malaka itu dibutuhkan peralatan seperti kapal cepat dan peralatan lainnya. "Selain melengkapi perlengkapan, kesejahteraan prajurit juga penting diperhatikan, karena berbagai kebutuhan yang diperlukan harus didatangkan ke sana," katanya.
Kendati demikian, ucap Menhan, pihaknya akan berupaya melakukan berbagai perbaikan dan bekerja maksimal, mungkin dalam mempertahankan keutuhan NKRI di masa mendatang.
"Semua itu perlu perbaikan secara bertahap, karena saat ini pemerintah sedang fokus untuk kesejahteraan rakyat Indonesia di seluruh tanah air," katanya.
Selain melakukan peninjauan, Menhan juga memasang batu prasasti sebagai tanda perbatasan tanda wilayah negara Indonesia di pulau tersebut.
Sementara itu, Pangdam Iskandar Muda Majen TNI Hambali Hanafiah mengatakan, pihaknya terus memberikan berbagai dukungan seperti kesehatan bagi para prajurit yang ditugaskan menjaga perbatasan RI itu. "Untuk kesehatan mereka kita rujuk ke Kota Sabang," demikian Hambali.
Sementara itu, Menhan Purnomo mengemukakan, perguruan tinggi berperan untuk membangun kekuatan nonmiliter seperti pengembangan intelektual sosial, budaya, ekonomi dan ideologi sebagai upaya untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa.
"Kemampuan intelektual yang dikembangkan dan dipelajari di perguruan tinggi akan menjadi sebuah kekuatan untuk menyelesaikan persoalan dunia seperti perselisihan antarnegara," katanya pada kuliah umum di hadapan civitas akademika Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di Banda Aceh.
Suara Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar