Tedjo Edhi Purdjianto [TEP]: Ini sementara sampai di Indonesia dulu ya, sedangkan kapal yang pertama sudah akan dapat tugas ke Libanon. Pertengahan Maret ini akan berangkat, jadi setelah enam bulan akan diganti kapala kedua, ketiga, yang keempat dia juga akan berangkat juga ke Libanon. Secara bergantian setiap enam bulan.
Radio Nederland Wereldomroep [RNW]: Kenapa ke Libanon pak?
TEP: Memang ada misi perdamaian PBB di sana. Kita diminta untuk partisipasi dan ini adalah pertama kali Angkatan Laut mendapat tugas di PBB, di Unifil pertamakali.
RNW: Misi perdamaian?
TEP: Ya, misi perdamaian.
RNW: Lalu uangnya dari mana itu pak?
TEP: Dari PBB, kita hanya menugaskan kapalnya dan personilnya, semua dari PBB
Korvet anggaran TNI
KRI Frans Kaisiepo Saat di Dok (Foto: nita.nito)
RNW: Sampai saat ini pak, tiga korvet sudah di Indonesia, sudah ditugaskan, semuanya lancar pak?
TEP: Lancar, lancar, mereka sudah beroperasi. Sudah ada Sapal yang ikut juga field review (penjelajahan) di Korea, sudah juga ke sana.
RNW: Dan persenjataannya, semuanya sudah siap?
TEP: Bertahap akan kami lengkapi untuk ini.
Demikian KSAL Laksamana Tedjo Edhi Purdjianto. Kapal buatan Belanda ini harganya 220 juta dolar sebuah. Menurut Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono, pembayarannya menggunakan anggaran TNI yang sudah terbatas dan selalu harus mengalah.
Juwono Sudarsono [JS]: Lebih dari lima tahun ini, TNI selalu mengalah pada program-program pembangunan ekonomi dan santunan sosial.
RNW: Sampai di mana pak, kesabaran mengalahnya?
JS: Mereka adalah tentara kejuangan, jadi sampai kapan pun kita bersedia untuk mendahulukan kepentingan rakyat, kepentingan nasional.
RNW: Tapi kepentingan nasional kan juga menjaga keamanan Indonesia pak?
JS: Betul, betul, tapi saya yakin sanggup semua Angkatan, Darat, Laut, Udara, sanggup dengan anggaran yang minimum melaksanakan tugas-tugas pokok.
RNW: Anggaran minimum itu berapa pak, yang paling dibutuhkan oleh Angkatan Bersenjata Indonesia pak?
JS: Sebetulnya 100 trilyun rupiah satu tahun, tapi yang kita terima hanya 36 trilyun rupiah.
Dua warga Papua
Proses Pengapungan KRI Frans Kaisiepo (Foto: nita.nito)
RNW: Lalu mau menaikkannya lagi bagaimana pak, bisnis TNI juga sudah hilang?
JS: Sambil menunggu sampai pemulihan ekonomi berlanjut, penerimaan negara meningkat. Anggaran Pertahanan, Insya Allah akan meningkat.
Demikian Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono. Nama Frans Kaisiepo berasal dari pahlawan Indonesia asal Papua. Di antara hadirin ada pula dua warga asal Papua, Frans Albert Yoku dan Nicolas Simeon Meset. Keduanya merasa bangga sebagai warga Papua.
Frans Albert Yoku [FAY]: Saya cuma kecewa anaknya pak Frans Kaisiepo, yang notabena mantan menteri Republik Indonesia di zaman Megawati Soekarnoputri, Manuel Kaiseipo, tidak datang. Mengapa tidak datang? Saya pertanyakan. Apakah dia setia untuk NKRI atau tidak? Bapaknya setia.
RNW: Karena kalau menurut saya, keluarga Kaisiepo di sini, itu ada berbeda. Ada yang pro NKRI, ada yang tidak pro NKRI.
Nicolas Simeon Meset: Ya, itu juga setahu saya dulu begitu. Bama saya Nicolas Simeon Meset. Saya dari Jayapura, dari Sarmi.
RNW: Dan menurut bapak, bagaiamana ini. Apakah ini positif untuk rakyat Papua atau bagaimana?
NSM: Ini bukan buat rakyat Papua kapal perang ini. Kapal perang ini untuk Republik Indonesia.
Pahlawan Papua
RNW: Tapi ini kan kapal yang pertama, yang pakai nama Papua pak?
NSM: Harap di kemudian hari akan banyak juga kalau pahlawan-pahlawan yang macam Martin Indei, Korinus Krei yang tadi disebut, Silas Papare itu banyak pahlawan-pahlawan yang merebut Irian waktu itu ya.
FAY: Yang jelas, sebagai orang Papua kami rasa bangga, nama seorang pahlawan Papua sudah diberikan kepada kapal ini. Karena pengalaman-pengalaman di waktu-waktu lalu, kami juga berharap jangan kapal ini dipakai, untuk bertindak terhadap masyarakat Indonesia sendiri, termasuk kami di Papua, Maluku atau di Aceh, daerah-daerah lain juga.
Kami berharap malah dapat melindungi masyarakat Indonesia, termasuk kami di Papua dan daerah-daerah lain, yang tadi saya sebut itu. Nama saya Frans Albert Yoku, saya juga teman dari Pak Nicolas Simeon Meset. Kami dari Papua, dan kami rasa bangga kapal ini sudah diberi nama seorang pahlawan yang berasal dari daerah kami. (ranesi.nl)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar