ROKS Chang Bogo (SSK 61). (Foto: U. S. Navy/Photographer's Mate 1st Class David A. Levy)
17 Januari 2012, Jakarta: Rencana pembelian tiga unit kapal selam Korea Selatan kini memasuki tahap penandatanganan kontrak. Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, meski tidak bergaung seperti rencana pembelian tank Leopard, pembelian kapal selam buatan Daewoo Shipbuilding Marine Engineering (DSME) tetap berjalan.
Menurut Soeparno, pembelian kapal selam memang tidak perlu dibeberkan terlalu rinci kepada publik. "Kapal selam itu silent killer. Jadi jangan tanya-tanya terus, karena kapal selam itu senjata rahasia," ujar Soeparno, Senin, 16 Januari 2012.
Pengadaan kapal selam asal Korea akan memakan biaya US$ 1,08 miliar atau sekitar Rp 10 triliun. Dana pembayarannya dialokasikan dari anggaran 2010-2014.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto mengatakan pengadaan kapal selam ini akan menerapkan cara transfer teknologi. "Dari tiga kapal yang akan didapatkan, kami akan menyerap teknologinya secara bertahap," ujar Eris.
Eris menjelaskan, pada pengadaan kapal pertama, Indonesia akan mengirimkan tim untuk mempelajari seluk-beluk kapal. Selanjutnya, pada kapal kedua, Indonesia akan terlibat dengan ahli untuk mengerjakan kapal. Adapun kapal terakhir pengerjaannya akan berlangsung di Indonesia dengan supervisi dari Korea. "Saat ini kami sedang menyediakan sumber daya manusianya," ujar dia.
Tim yang akan dikirim ke Korea tidak hanya berasal dari PT PAL. Pemerintah juga akan melibatkan ahli perkapalan dari perguruan tinggi, Kementerian Riset dan Teknologi, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Eris menambahkan, belanja alat utama sistem senjata (alutsista) untuk TNI AL tidak berhenti pada pembelian kapal selam. Angkatan Laut juga akan mengadakan kapal cepat patroli laut, Sea Rider, Hydro Oceanic, kapal-kapal administrasi seperti kapal angkut tank, kapal minyak, serta kapal selam. "Kapal latih pengganti KRI Dewa Rutji juga akan disiapkan," kata Eris.
Pembelian Kapal Selam Korea Tak Bermanfaat
Pembelian tiga kapal selam dari Korea Selatan tidak bermanfaat bagi pertahanan maritim Indonesia karena jenisnya tidak mempunyai efek deterrence bagi negara tetangga.
Demikian dikatakan Mantan KSAL Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto kepada itoday, Selasa (17/1).
Menurut Slamet, pembelian kapal selam teknologinya harus lebih tinggi dari kepunyaan negara tetangga. "Sekarang ini, kapal selam negara tetangga yang paling berbahaya dari Australia, harusnya Indonesia beli kapal selam yang tingkatannya sama atau melebihi dari Australia itu," kata Slamet.
Kata Slamet, negara Korea tidak mempunyai pengalaman dalam memproduksi kapal selam yang mempunyai teknologi canggih. "Saya kira membeli kapal selam dari Korea Selatan kurang tepat dan menghamburkan anggaran negara," paparnya.
Slamet mengusulkan, Indonesia lebih baik membeli kapal selam dari Rusia karena dari segi teknologi sangat baik serta diberi suku cadang dalam perawatannya. "Kalau kita membeli kapal selam Rusia pasti tuntas, disediakan suku cadang. Hal ini berbeda dengan AS, yang motifnya lebih bisnis, misalnya kita membeli produk A, tetapi AS sudah tidak memproduksi lagi suku cadangnya dan kita harus membeli produk barunya," jelas Slamet.
Ia juga mempertanyakan, Komisi I DPR tidak kritis terhadap pemerintah yang telah membeli tiga kapal selam dari Korea tersebut. "Mereka yang duduk di komisi I itu bukan mewakili rakyat, tetapi partai, harusnya mereka memikirkan pertahanan secara serius," pungkasnya.
Sumber: Tempo/Indonesia Today
Tidak ada komentar:
Posting Komentar