MBT Leopard 2A4. (Foto: Mindef)
18 Januari 2012, Jakarta: Berkait dengan pembelian tank bekas Leopard dari Belanda, pemerintah diminta segera memberikan penjelasan terkait proses penilaian yang sudah dilakukannya.
Peneliti kajian keamanan di Institute for Defense, Security and Peace Studies (IDSPS), Wendy Prajuli, menyatakan, dalam setiap pengadaan dan modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista), dia selalu berpendapat harus melalui lima hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, alutsista yang dibeli harus sesuai dengan strategi pertahanan negara yang telah disusun.
Kedua, alutsista yang dibeli juga harus sesuai dengan cetak biru (blue-print) modernisasi alutsista yang telah disusun.
Ketiga, alutsista yang dibeli harus sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.
Keempat, jika alutsista yang dibeli adalah alutsista bekas, maka harus ada jaminan ketersediaan suku cadang alutsista yang dibeli.
Kelima, jika yang dibeli berstatus bekas, maka alutsista tersebut harus dipastikan dalam kondisi baik.
Wendy menegaskan, pertimbangan berdasarkan kelima hal penting itu perlu dilakukan agar pembelian senjata yang dilakukan dapat meningkatkan kapabilitas pertahanan Indonesia. "Jangan sampai uang pajak rakyat terbuang percuma akibat kesalahan dalam pembelian main battle tank tersebut," kata Wendy dalam surat elektroniknya kepada Kompas.com, Rabu (18/1/2012) sore.
Keterangan itu disampaikan untuk meluruskan berita sebelumnya, Selasa (17/1), berjudul "Pembelian Tank Bekas Leopard Tidak Rasional".
Menurut dia, judul itu tidak sesuai dengan keterangan yang dia sampaikan dalam wawancara tertulis sebelumnya.
Wendy menambahkan, lima pertimbangan penting yang dia sampaikan itu berlaku untuk pengadaan semua alutsista, tidak hanya bagi Leopard itu.
Wendy mengaku hingga kini belum mendengar pemerintah memberikan penjelasan bahwa pembelian tank tersebut telah melewati lima poin penilaian tersebut. "Karena itu, saya berharap pemerintah segera mengeluarkan pernyataan yang menjelaskan bahwa rencana pembelian tank Leopard telah melalui 5 poin assessment (penilaian) tersebut," katanya.
Tidak tepat
Terkait pernyataan pemerintah bahwa pembelian Leopard salah satunya merupakan respons atas Malaysia yang telah memiliki persenjataan jenis MBT, Wendy berpendapat alasan itu tidak tepat. Pasalnya, dengan karakter Asia Tenggara yang kepulauan, MBT Malaysia tidak akan memberikan ancaman yang besar terhadap Indonesia.
"Seharusnya, sebagaimana telah saya sampaikan di atas, pemerintah menggunakan alasan strategi pertahanan dan cetak biru modernisasi persenjataan Indonesia yang telah disusun sebagai alasan pembelian alutsista, dalam hal ini tank Leopard," katanya.
Indonesia Butuh Tank Baru
Indonesia sangat membutuhkan tank terbaru dan canggih untuk menjaga kedaulatan bangsa Indonesia.
"Secara ideal, Indonesia butuh tank terbaru jenis Main Battle Tank seperti Leopard. Saat ini, Indonesia hanya punya jenis light tank atau tank ringan," kata pengamat militer Muhajir Effendi kepada itoday, Rabu (18/1).
Muhajir juga tidak sependapat jika dikatakan Tank Leopard yang akan dibeli pemerintah Indonesia tidak cocok dengan wilayah Indonesia. "Malaysia kondisi alamnya sama dengan Indonesia, juga memiliki jenis tank seperti ini. Memang, tank Leopard didesain tidak sesuai dengan alam Indonesia, tetapi untuk menjaga wilayah perbatasan sangat diperlukan," ungkapnya.
Kata Muhajir, membeli peralatan militer dari Eropa atau AS sangat berbeda dengan Rusia. "Rusia akan menentukan peralatan militer yang sesuai dengan kondisi Indonesia, contohnya pesawat Sukhoi, tempat duduk maupun lainnya disesuaikan dengan orang Indonesia. Ini berbeda jika kita membeli dari AS atau Eropa," jelas Muhajir.
Kata Muhajir, pembelian tank bekas itu, nantinya bisa menjadi transfer teknologi bagi pembangunan industri militer Indonesia. "Kita harapkan dengan pembelian tank itu ada usaha pemerintah mengembangkan tank jenis Main Battle Tank untuk industri militer di Indonesia," papar Muhajir.
Muhajir juga memaklumi Indonesia merencanakan membeli tank bekas Leopard karena disesuaikan dengan Minimum Essential Force yang dikonsepkan Panglima TNI.
Sumber: KOMPAS/Indonesia Today
Tidak ada komentar:
Posting Komentar