Pengunjung melihat pesawat Jabiru J430 buatan siswa SMKN 12 Bandung, Jawa Barat, Senin (16/1). Pesawat Jabiru tipe J430 karya pelajar SMK N 12 Bandung ditopang dengan mesin 3300 cc yang mampu memacu kecepatan jelajah hingga 108 knot, dengan kapasitasnya 4 orang. Panjang pesawat 6,5 meter, lebar bentang sayap 9,6 meter, dan tingginya 2,4 meter. Pesawat yang biaya produksi mencapai Rp. 1 miliar ini siap untuk uji terbang, tetapi masih terkendala perijinan. (Foto: ANTARA/Agus Bebeng/ed/ama/12)
17 Januari 2012, Bandung: Siswa SMK Negeri 12 Bandung berhasil merakit pesawat penumpang yang diberi nama Jabiru J430.
Sejumlah pihak menyambut baik termasuk Wali Kota Bandung Dada Rosada. Saat ini, pesawat tersebut masih dalam proses penyempurnaan.“Saya bangga dengan apa yang dihasilkan siswa SMK ini, saya harap tidak akan hanya s e l e s a i sampai di sini karena ke depan harus terus dikembangkan. Dan bagaimana peran pemerintah daerah bisa mengembangkan pesawat ini,” ujar Dada dalam kunjungan ke SMKN 12 Bandung, Jalan Padjadjaran, kemarin.
Menurut dia, perlu ada kerja sama dengan berbagai pihak supaya pesawat tersebut tidak selesai di perakitan saja.Misalnya membuat rute penerbangan Bandung-Pangandaran, dengan melihat peluang ini hasil karya siswa SMK bisa makin bernilai jual dan berguna.“Itu ide luar biasa dengan melihat peluang yang ada,nantinya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Maka itu, izin, modal, dan produk selanjutnya harus ada kemajuan,”jelasnya. Dalam kunjungan itu,Dada mencoba menaiki pesawat bersama instruktur, dia duduk di kursi depan pesawat selama beberapa menit.
Tidak butuh waktu lama, mesin bertenaga 3.300 cc itu bisa menyala, tapi tidak bisa dijalankan karena membutuhkan tempat yang cukup luas. Kepala SMKN 12 Bandung Edi Purwanto mengatakan,pesawat yang dirakit sejak Februari 2011 ini tidak memiliki masalah, apalagi pesawat dengan panjang 6.650 mm, lebar 9.582 mm,dan tinggi 2.400 mm ini telah di- run up atau dilakukan pemanasan mesin sebanyak 5-6 kali,sehingga bisa berjalan di darat. “Untuk perizinan kami belum mendapatkannya, padahal sudah kami urus sebelum pesawat tersebut dirakit.Banyaknya kecelakaan pesawat yang terjadi menjadi pertimbangan pemberian izin terbang,”katanya.
Semua proses perakitan dilakukan siswa II dan III dengan didampingi seorang ahli. Hanya dalam waktu lima bulan, perakitan pesawat dapat diselesaikan. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa SMK dalam perakitan pesawat.“Ternyata siswa SMK juga mampu dan bisa menumbuhkan sumber daya manusia muda di bidang kedirgantaraan. 5-10 tahun ke depan, kebutuhan tenaga pengoperasian pesawat udara sangat besar dan Indonesia sangat kekurangan,ini yang menjadi pertimbangan kami,”ujarnya.
Sumber: SINDO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar