Leopard 2A4 milik SAF. Luas wilayah Singapura lebih kecil dibandingkan wilayah Jabodetabek memiliki MBT Leopard 2A4. Jepang wilayahnya berupa kepulauan memiliki main battle tank. (Foto: Mindef)
19 Januari 2012, Jakarta: Petinggi partai telah memfasilitasi pertemuan antara pejabat militer dengan anggota Komisi I DPR di hotel berbintang lima di Jakarta untuk membahas rencana pembelian tank bekas Leopard dari Belanda.
"Telah terjadi pertemuan antara Komisi I, pejabat militer dalam beberapa kali di hotel mewah di kawasan Jalan Darmawangsa, Jakarta Selatan dan kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat untuk membicarakan pembelian Tank Leopard," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam rilis kepada wartawan, Kamis (19/1).
Menurut Neta, terjadi perdebatan sengit dalam pertemuan antara petinggi militer, anggota Komisi I, dan seorang menteri.
Neta juga mempertanyakan pihak-pihak tertentu memaksakan kehendak untuk membeli Tank Leopard hingga petinggi TNI, seorang menteri kabinet diturunkan memaksa anggota Komisi I agar mendukung rencana tersebut.
Ia mendesak KPK perlu segera turun tangan menginvenstigasi dan menyadap pejabat-pejabat yang diduga terlibat dalam rencana pembelian tank tersebut.
Lanjutnya, pembelian tank Leopard ini sangat tidak masuk akal karena biaya perawatannya sangat mahal dan tanki BBM-nya mencapai 1.200 liter, sementara jatah BBM untuk tank yang diberikan TNI perhari hanya 10 liter. Artinya, bila dipaksakan dibeli ini hanya menjadi pajangan sebab BBM 10 liter perhari tidak cukup untuk memanaskan mesin Leopard yang minimal per hari satu jam.
Pembelian Tank Leopard Tanpa Persetujuan DPR
Anggota Komisi I DPR, Ahmad Effendy Choirie mengungkapkan, DPR tidak pernah menyetujui rencana pembelian Tank Leopard dari Belanda oleh TNI.
“Jangankan saya yang dari sipil, juga yang lain menolak. Di Komisi I DPR ada lima mantan jenderal, termasuk Pak Salim Mengga yang ahli tank dari Fraksi Demokrat, juga sudah menyatakan menolak. Nah, ini yang patut ditelusuri, ada apa sikap pemerintah, yang tetap ngotot membeli Tank Leopard,” jelas Effendy Choirie, Kamis (19/1/20120.
Pria yang biasa dipanggil Gus Coi tersebut menegaskan, penolakan DPR (Komisi I) didasari sejumlah argumentasi. Yang utama, kata Gus Coi, yang dipaparkan oleh para purnawirawan jendral di Komisi I DPR, geografis Indonesia tak cocok bagi Tank Leopard. Selain itu, tank jenis ini juga tidak cocok untuk alat pertahanan ke depan.
“Jalan-jalan di luar Jawa pasti tak akan mampu menahan beban Tank Leopard kalau dilalui. Tank jenis ini, cocok untuk pertempuran di gurun. Kalau jalan-jalan dilalui Tank Leopard, pasti langsung rusak karena beratnya yang mencapai sekian ton. Makanya, kita di DPR cenderung menolak,” kata Gus Coi.
“Tapi, TNI tetap ngotot dengan berbagai alasan. Makanya, dalam waktu dekat kita akan panggil TNI dan Dephan terkait ini. Kita akan minta penjelasan resmi, kenapa tetap ingin membeli Tank Leopard. Alasan rasionalnya seperti apa, kita akan dengarkan,” katanya lagi.
Sumber: Indonesia Today/Surya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar