Minggu, 29 Mei 2011

Latihan Komando Gabungan TNI AL-US Navy Kurang Maksimal

Sejumlah pasukan TNI AL melakukan penyergapan terhadap perompak di Perairan Makassar, Sulsel, Jumat (27/5). Simulasi latihan gabungan antara TNI AL dengan angkatan laut Rusia tersebut dilakukan untuk melatih kemampuan masing-masing pasukan dalam menghadapi perompak di laut. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/nz/1)

30 Mei 2011, Jakarta (MICOM): Indonesia dan Amerika Serikat (AS) akhirnya merampungkan latihan gabungan di perairan Selat Sunda pada Minggu (29/5). Latihan Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) ke-17 yang berlangsung 27-29 Mei itu tidak berjalan maksimal setelah beberapa agenda latihan dibatalkan. Padahal, Komodor (Kolonel) Gugus Pasukan 73.1 US Navy David Welch mengatakan rencana latihan sudah dirancang selama beberapa bulan.

"Mungkin ada beberapa masalah, tetapi yang paling penting adalah pembangunan kerja sama antara TNI AL dan US Navy," ujar Welch pada konferensi pers di kapal perusak (destroyer) USS Howard, perairan Selat Sunda, Minggu (29/5).

Salah satu masalah terlihat pada pelatihan tembakan kepada target di permukaan Selat Sunda. USS Howard menggunakan senapan mesin ringan kaliber 762, senapan mesin berat (SMB) Browning 50, dan meriam MK25 Chandler. Wartawan di kapal USS Howard diperbolehkan merekam para prajurit US Navy menenggelamkan objek yang terbuat dari sejenis karet raksasa (disebut killer tomato).

Akan tetapi, pasukan TNI AL di KRI Diponegoro tidak mengizinkan latihan penembakan itu diliput atau direkam. Menurut sumber Media Indonesia, senapan TNI AL sempat mengalami kesulitan teknis saat upaya penembakan.

Berdasarkan pantauan, rencana latihan pendaratan amfibi antara US Marine Corps dan Korp Marinir TNI AL di pesisir pantai Lampung dibatalkan. Welch tidak menjelaskan alasan pembatalan tersebut. Ia hanya mengatakan latihan pendaratan amfibi akan kembali diupayakan pada CARAT ke-18.

Latihan gabungan antara TNI-AL dan US Navy juga mencakup latihan manuver bersama antara KRI Imam Bonjol, KRI Diponegoro, USS Howard, USS Ruben James, dan USS Tortuga saat melewati Teluk Banten. Pada Jumat (27/5), helikopter TNI AL direncanakan berlatih mendarat di USS Howard. Namun, rencana itu malah batal karena gangguan teknis helikopter setelah belasan personel US Navy menyiapkan tempat landas.

Standar Operasi Antiperompakan TNI AL Dapat Pengakuan AS

Amerika Serikat (AS) dan Indonesia akhirnya merampungkan latihan gabungan di perairan Selat Sunda pada Minggu (29/5). Simulasi antiperompakan menjadi salah satu agenda Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) ke-17. Menurut komandan 'Negeri Paman Sam', TNI Angkatan Laut (AL) sudah cukup siap untuk bergabung ke dalam pasukan gabungan antilanun di Somalia.

"Saya optimis Indonesia bisa bergabung ke dalam komando pasukan gabungan di perairan Somalia, pasukan gabungan 151," Komodor (Kolonel) Gugus Pasukan 73.1 US Navy David Welch, pada konferensi pers di kapal perusak (destroyer) USS Howard di perairan Selat Sunda, Minggu (29/5).

Welch bertugas mengomandani tiga kapal perang AS yaitu USS Howard, USS Ruben James, dan USS Tortuga. Ia mengatakan TNI AL sudah mengikuti seluruh prosedur penyelamatan warga sipil di dalam latihan antipembajakan kapal.

Wakil Komandan Latihan CARAT-17 TNI AL (Letkol) Gandawilaga menyatakan belum ada rencana bergabung dengan komando pasukan gabungan 151 di Somalia.

"Kita masih mau sharing (berbagi) pengalaman dulu," ujar Gandawilaga kepada para wartawan.

Simulasi antiperompakan dilakukan di KRI Imam Bonjol pada Sabtu (29/5) siang. Dalam waktu dua hingga tiga jam, sembilan personel Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL yang menggunakan sekoci berhasil mengamankan satu pistol dan beberapa senjata laras panjang.

"Mereka sudah mengikuti seluruh prosedur yang biasa US Navy lakukan saat menghadapi perompak, tidak jauh berbeda," ujar Welch yang didampingi kapten kapal USS Howard, Letkol Andree Bergmann.

Sedikitnya 20 negara telah bergabung dengan komando tersebut, yaitu AS, Malaysia, China, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Italia, Prancis, dan Inggris. Sejak 2008, pasukan gabungan itu menguasai titik tertentu dan bertugas mengawal setiap kapal niaga yang akan melewati Somalia.

Sumber: MICOM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar