Kamis, 17 Februari 2011

RI-AS Mantapkan Penanggulangan Teroris


17 Februari 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Indonesia dan Amerika Serikat sedang menyusun konsep penanganan terorisme, khususnya untuk kawasan Asia Tenggara.

"Dalam penanganan terorisme di Asia Tenggara, tengah menyusun konsep penanganan terorisme yang akan ditawarkan dan dibahas lebih lanjut," kata Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Puguh Santoso, di Jakarta, Rabu (16/2).

Ia mengatakan, rancangan penanganan terorisme yang disusun RI-AS itu secara umum mencantumkan hal-hal yang boleh dan tidak dilakukan menyangkut soal kedaulatan negara.

"Artinya, jangan sampai penanganan terorisme malah mengintervensi serta mengganggu hubungan antarnegara. Misalnya, kita tidak boleh mencampuri urusan ke dalam, kecuali melakukan kajian-kajian bagaimana terorisme ke depan, bagaimana dengan perkembangan teknologinya. Kemudian model pelatihan bagi prajurit dalam menghadapi terorisme dengan mengedepankan HAM," ujarnya.

Selain itu, alat-alat apa saja yang harus disediakan bagi satuan-satuan dalam menghadapi terorisme ke depan. "Dengan begitu, ada kejelasan mana yang boleh dan tidak boleh. Ini masih dalam konteks yang ditawarkan oleh Indonesia dan Amerika Serikat," kata Puguh.

Ia menuturkan, konsep itu akan ditawarkan terlebih dulu dengan sembilan negara ASEAN dan selanjutnya dengan negara-negara mitra ASEAN.

"Kita akan tawarkan dalam forum pertemuan Menhan se-ASEAN (ADMM) pada 22-24 Februari di Surabaya. Baru kita tawarkan ke negara-negara mitra ASEAN," ucap Puguh.

Menurut dia, bila ASEAN menyetujui konsep yang ditawarkan akan dibicarakan lagi dengan mitra dari delapan negara lainnya (ASEAN+8). "Pasti akan akan perdebatan. China juga ikut. Belum tentu konsep ini akan diterima begitu saja," kata Puguh.

Ia mengatakan, penanganan ancaman terorisme juga disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan itu harus seimbang. Sebab, terorisme juga memiliki acuan dalam penggunaan peralatan serta teknologi.

"Contoh penggunaan satelit dan kemungkinan nuklir. Ini harus diantisipasi. Kita tidak bisa menganggap teroris itu begini-begini saja. Mereka kan terus berkembang," kata Puguh.

Penanggulangan Bencana

Sementara itu, delapan negara dari Amerika, Eropa dan Asia ikut merumuskan kerja sama keamanan dan perdamaian dalam bingkai pertahanan di wilayah ASEAN. Delapan negara, adalah Amerika Serikat, Rusia, Australia, Cina, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan.

"Kita (Indonesia) sudah buat draft kasar dan telah dikomunikasikan dengan AS. Mereka (AS) setuju," ujar Puguh.

Konsep penanganan bencana itu akan ditawarkan Indonesia pada ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) ke-5 di Surabaya, 22-24 Febuari 2011.

Bila ASEAN menyetujui konsep tersebut, maka akan diadakan pembicaraan lanjutan yang melibatkan negara ASEAN plus delapan negara.

Konsep dasar adalah pengerahan aset militer untuk operasi kemanusian, terutama dalam menanggulangi bencana alam misalnya tsunami di Aceh.

Singapura mengirimkan Chinook. Hal sama dilakukan negara-negara lain untuk menanggulangi bencana alam, seperti di Aceh.

"Nanti kita akan coba wadahi dalam SOP. Misalnya, apabila suatau negara menghadapi musibah bencana alam yang hebat dan tak bisa dtangani oleh pemerintah," ujarnya.

Menurut dia, nantinya, ASEAN membahas bagaimana bantuan-bantuan negara-negara yang menjadi anggota ASEAN memberikan bantuan kepada negara yang terkena bencana melalui pengerahan aset-aset militernya. Ini yang harus diwadahi sehingga tidak terlalu lama," ujar Puguh.

Namun, tutur dia menjelaskan, untuk pengerahan bantuan melalui aset militer harus melalui kesepakatan dengan negara yang terkena musibah bencana.

Sumber: Suara Karya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar