Sabtu, 26 Februari 2011

Keagungan Jiwa dan Akhlak Rasulullah saw.

Rusulullah saw. adalah gudangnya sifat kesempurnaan yang sulit dicari bandingannya. Allah SWT telah membimbing dan membuatnya maksum, sampai-sampai Allah memuji beliau. “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S Al-Qalam [68]: 4)

Sifat-sifat yang sempurna inilah yang membuat jiwa orang-orang merasa dekat dengan beliau, membuat hati mereka mencintai beliau. Menempatkan beliau sebagai panutan dan pimpinan yang menjadi tumpuan harapan. Bahkan, orang-orang yang dulunya bersikap keras terhadap beliau berubah menjadi lemah lembut. Hingga akhirnya mereka masuk ke dalam agama Allah.

Sejarah mencatat, sebelum kenabian (nubuwah) beliau sudah dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya) oleh orang-orang Quraisy waktu itu, karena kejujuran dan kesantunannya, serta tidak pernah berdusta. Ummul-Mukminin Khadijah r.a, istri beliau, menggambarkan, “Beliau membawa bebannya sendiiri, menyantuni orang miskin, menjamu tamu dan menolong siapa pun yang menegakkan kebenaran.” (H.R Bukhari).

Sebelum Islam yaitu pada masa jahiliah, beliau ditunjuk sebagai pengambil keputusan. Orang-orang Quraisy waktu itu sedang merenovasi Kabah. Mereka membagi sudut-sudut Kabah untuk direnovasi oleh kabilah-kabilah (kelompok suku) yang berpengaruh waktu itu. Tatkala pembangunan sudah sampai dibagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentang siapa, kabilah mana yang berhak mandapat kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ditempatnya semula. Perselisihan meruncing, bahkan menjurus kepada pertumpahan darah antar kabilah, di Tanah suci.

Abu Umayyah tampil dan menawarkan jalan keluar dari kemelut diantara mereka, dengan menyerahkan urusan ini kepada siapapun yang pertama kali lewat pintu masjid. Mereka menerima usulan ini. Allah SWT, menakdirkan sorang yang berhak tersebut adalah Muhammad, yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Tatkala mengetahui hal ini, orang-orang saling berbicara. “Inilah Al-Amin. Kami rida kepadanya. Inilah dia Muhammad.”

Setelah semua orang berkumpul, Muhammad meminta sehelai selendang. Lalu beliau meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengah selendang, lalu meminta pemuka-pemuka kabilah yang berselisih yang berselisih memegang ujung-ujung selendang. Kemudian memerintahkan mereka, secara bersama-sama mengangkatnya. Setelah mendekati tempatnya, beliau mengambil Hajar Aswad dan meletakkannya di tempat semula. Inilah peristiwa yang sangat fundamental menjelang kenabian beliau.

Selang beberapa waktu kemudian, turun perintah melaksankan dakwah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw., mulailah tugas kenabian. Beliau langsung mendapat berbagai perintah, sebagaimana firman-Nya (Q.S Al-Mudastsir [74]:1-7). Hal-hal yang terangkum dalam ayat-ayat ini meliputi 1) tauhid, keesaan Allah, tiada Tuhan selain Allah, 2) iman kepada hari akhirat, 3) membersihkan jiwa dengan menjauhi kemungkaran dan kekejian, 4) memnyerahkan semua urusan kepada Allah, 5) semua itu dilakukan setelah beriman kepada risalah Muhammad, bernaung di bawah kepemimpinan dan bimbingan beliau yang lurus.

Oleh karena itu, Rasulullah saw., bangkit dan setelah itu selama 25 tahun beliau tidak pernah istirahat dan diam. Tidak hidup untuk diri sendiri dan keluarga beliau. Beliau bangkit dan senantiasa bangkit untuk berdakwah, memanggul beban yang sangat berat dipundaknya. Tidak mengeluh dalam melaksanakan beban amanat yang bersar di muka bumi ini, memilkul beban kehidupan manusia, beban akidah, perjuangan dan jihad di berbagai medan. Karakteristik yang paling menonjol dari diri Rasulullah saw., adalah memiliki keberanian, patriotisme, dan kekuatan yang sulit diukur. Beliau adalah orang yang paling tegar dan tidak bisa diusik, terus maju dan tidak mundur, serta tidak gentar. Ali r.a. berkata, “jika kami sedang dikepung ketakutan dan bahaya maka kami berlindung kepada rasulullah saw. tak seorangpun yang lebih dekat jaraknya dengan musuh selain beliau.”

Rasulullah adalah orang yang paling adil, paling mampu menahan diri, paling jujur perkataannya, dan paling besar amanatnya. Orang yang mendebat bahkan musuh beliau pun mengakui hali ini. Karakter lainnya dari Nabi saw. adalah orang yang paling tawadu (merendahkan diri) dan paling jauh dari sifat sombong. Beliau yang paling aktif memenuhi janji, menyambung silaturahmi, paling menyanyangi, dan bersikap lembut terhadap orang lain. Paling bagus pergaulannya dan akhalknya. Tidak membalas keburukan dengan keburukan serupa, tetapi memaafkan dan lapang dada. Mencintai orang miskin dan suka duduk-duduk bersama mereka, menghadiri jenazah mereka. Beliau adalah pemurah hati dan kedermawanan beliau sulit digambarkan.

Ibnu Abbas berkata. “Nabi saw. adalah orang yang paling murah hati. Terlebih pada bulan Ramadan. Beliau benar-benear lebih murah hati untuk hal-hal yang baik daripa angin yang berhembus.” Jabir juga berkata. “Tidak pernah beliau diminta sesuatu, lalu menjawab tidak,” (H.R Bukhari). Nabi saw. pun adalah seorang yang paling malu dan suka menundukan mata. Abu Sa’id Al-Khudry berkata, “Beliau adalah orang yang lebih pemalu dari gadis pingitan. Jika tidak menyukai sesuatu maka bisa diketahui dari raut wajahnya.” (H.R Bukhari).

Beliau selalu menahan lidahnya, kecuali untuk hal-hal yang dibutuhkan, mempersatukan para sahabat dan tidak memecah belah mereka. Beliau tidak duduk dan tidak bangkit kecualli dengan zikir. Sifat-sifat di atas hanya sebagian kecil dari gambaran kesempurnaan dan keagungan sifat-sifat beliau. Rasulullah saw. adalah hamba pilihan Allah, yang senantiasa dibimbing wahyu dan dimaksum, serta mendapat cahaya Rabb-Nya, sehingga akhlaknya pun Alquran.

Sumber: H. Eddy Sopandi, peserta majelis taklim di beberapa masjid, antara lain Al-Furqon UPI, Istiqomah, Viaduct, Salman ITB. /”PR”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar