Senin, 07 Februari 2011

Mengenal Jam Sunda (Orang Sunda memiliki 24 jam yang saat ini hampir dilupakan)

Jam sunda bukanlah jam seperti biasanya, pada saat saya mendengar “jam sunda” ini yang saya bayangkan jam seperti biasanya lalu membentuk ornamen-ornamen budaya sunda. Ternyata dugaan saya salah, jam sunda yang dimaksud bukan jam yang seperti biasanya, yang ada angka-angkanya, tetapi jam ini memiliki keunikan tersendiri yaitu memakai kata-kata, bukan memakai angka-angka.

Kata-kata ini menggambarkan suasana sekitar pada jam tersebut di jaman dahulu kala. Seperti misalnya jam 12.00 berarti disebut Tangage, lalu jam 04.00 berarti jam “kongkorongok hayam” yang berarti pada jam ini ayam berkokok di waktu ini.

Berikut nama-nama waktu jam sunda
jam 12.00 = tangage,
jam 13.00 = lingsir (panon poe lirgsir ngulon),
jam 14.00 = kalangkang satangtung,
jam 15.00 = mengok,
jam 16.00 = tunggak gunung (pononpoe tunggak gunung),
jam 17.00 = sariak luyung,
jam 17.30 = sareupna,
jam 19.00 = hariem beungeut,
jam 20.00 = sareureuh budak,
jam 21.00 = tumoke,
jam 22.00 = sareureuh kolot,
jam 23.00 = indung peuting,
jam 00.00 = tengah peuting,
jam 01.00 = tumorek,
jam 02.00 = janari leutik,
jam 03.00 = janari gede,
jam 04.00 = kongkorongok hayam,
jam 05.00 = balebat,
jam 06.00 = carangcang tihang,
jam 07.00 = meletek panonpoe,
jam 08.00 = ngaluluh taneuh,
jam 09.00 = haneut moyan,
jam 10.00 = rumangsang,
jam 11.00 = pecat sawed.

Selain itu juga, pemberian waktu di dalam bahasa sunda tidak seperti biasanya seperti pagi, siang, sore malam. pukul 10.00 sampai dengan pukul 14.00 disebut beurang, pukul 15.00 sampai dengan 16.00 disebut sore, pukul 17.00 sampai dengan pukul 19.00 disebut Burit, pukul 20.00 sampai dengan pukul 00.00 disebut peuting, pukul 01.00 sampai dengan pukul 03.00 disebut janari, pukul 04.00 sampai dengan pukul 05.00 disebut subuh-subuh, pukul 06.00 sampai dengan pukul 09.00 disebut isuk-isuk.

Namun setelah islam masuk, nama-nama waktu disesuaikan dengan waktu shalat seperti Shubuh-shubuh, Lohor, Ashar, Maghrib, Isya. Bukan lagi sore, beurang, peuting, janari dan isuk-isuk.

Bagaimana jika jam ini dibentuk seperti jam asli, tetapi memakai kata-kata ini, bukan angka seperti biasanya?
Silahkan anda bayangkan sendiri. (PR 2009)

Sumber, [sumedangonline.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar