Maket LST rancangan PT. Kodja. (Foto: Berita HanKam)
25 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno menekankan pentingnya dilakukan alih teknologi pembuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista), khususnya di kalangan TNI AL. Pengadaan alutsista akan difokuskan dari hasil produksi dalam negeri.
"Yang sudah bisa kita buat sendiri (dalam negeri-red), pasti kita beli. Kalau setengah-setengah, ya kita join. Setengah dari luar (negeri), setengah dari dalam," kata Soeparno dalam jumpa pers usai membuka Rapat Pimpinan TNI AL 2011 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Selasa 25 Januari 2011.
Jika pembelian alutsista produksi dalam negeri masih belum bisa diwujudkan lantaran teknologinya masih belum memadai, lanjutnya, maka TNI terpaksa memilih teknologi dari luar. "Namun ada embel-embelnya, yaitu transfer of technology. Jadi pelan tapi pasti, teknologi itu kita ambil dengan cara bermacam-macam," ujarnya.
Di antaranya, dengan cara mengirimkan tenaga ahli TNI ke luar negeri, atau sebaliknya mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri untuk mengerjakan alutsista di Indonesia. Soeparno menilai, alih teknologi tidak akan maksimal jika hanya dilakukan dengan cara normal.
"Ya harus dengan macam-macam cara. Ekstremnya dengan nyolong juga. Maksudnya nyolong teknologi," kata dia. "Karena kalau yang resmi-resmi, yang penting-penting, yang harganya mahal, (teknologi) itu tidak dikasih ke kita."
Hingga tahun 2024 mendatang, TNI AL akan konsisten menuju pemenuhan kekuatan pokok minimal (Minimum Essential Force) TNI. Arah kebijakan TNI AL tidak akan berubah walaupun pejabat-pejabat yang ada di dalamnya berganti.
Sumber: TEMPO Interaktif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar