Sabtu, 03 Juli 2010
Iran Diduga Kirim Radar Canggih ke Syria
04 Juli 2010 -- Iran telah mengirimkan sistem radar canggih ke Syria yang dapat mengancam kemampuan Israel melancarkan serangan mendadak ke fasilitas nuklir Iran, ujar pejabat Israel dan Amerika Serikat kutip harian ekonomi The Wall Street Journal, Rabu (30/06).
Radar tersebut dapat meningkatkan kemampuan pertahanan Syria dengan memberikan peringatan dini serangan udara Israel. Jika Syria membagi informasi radar dengan Hezbollah, dapat meningkatkan keakurasian rudal Hezbollah serta peningkatan pertahanan udaranya.
Pengiriman radar oleh Iran dilakukan pertengahan 2009 diungkapkan beberapa bulan lalu oleh dua pejabat Israel, dua pejabat AS dan seorang sumber intelijen Barat, dan telah dikonfirmasi oleh militer Israel Rabu (30/06).
Mereka tidak mengetahui nama sistem radar yang dikirimkan, ditambahkan para pejabat tersebut, ini bagian dari peningkatan secara dramatis pengiriman persenjataan dan koordinasi militer antara Iran, Syria dan Hezbollah.
Pengiriman radar berpotensi melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2001 yang melanggar Iran menyediakan, menjual atau memindahkan “ semua senjata atau material terkait.”
Syria dan Iran membantah telah terjadi pengiriman radar tersebut.
Ahmed Salkini juru bicara Kedutaanbesar Syria di Washington D.C., laporan pengapalan radar “publikasi klasik Israel bertujuan membalikan perhatian dunia dari kekejaman mereka di Gaza dan wilayah pendudukan lainnya, dan kami tidak akan membuang waktu kami” mengomentari hal ini.
Iran menolak telah mengirimkan radar canggih ke Iran, melalui Mohamad Bak Sahraee juru bicara Iran untuk misi di PBB, “mutlak tidak benar”. Sedangkan para petinggi Hezbollah di Beirut menolak berkomentar.
Juru bicara Gedung Putih menolak berkomentar mengenai isu ini.
F-16 Sufa. (Foto: Keith Robinson)
Syria telah berusaha sejak lama mengimbangi kekuatan superior militer Israel. Syria tertarik mengakuisisi radar canggih. Jet-jet tempur Israel menyusup dan melancarkan penyerangan ke sebuah bangunan di Syria 2007. Israel mengklaim bangunan tersebut konstruksi reaktor nuklir dalam tahap akhir pengerjaan. Syria membantah bangunan tersebut, hanya sebuah fasilitas militer tidak digunakan lagi.
Para analis militer berpendapat Israel dapat menyusup dan keluar dari wilayah udara Syria saat serangan udara karena radar tua Syria dijamming.
Saat perang dengan Hezbollah di Lebanon 2006, jet-jet tempur Israel dapat terbang bebas tanpa perlawanan dikatakan Kapten Ron seorang pilot F-16 AU Israel. “Pada perang Lebanon masa mendatang, kami mengetahui hal tersebut tidak akan seperti itu.”
Menurut seorang pejabat AS ahli dalam hal transfer persenjataan, Iran mempunyai dua tujuan. Pertama memperkuat Hezbollah dalam menghadapi Israel serta Iran ingin mengetahui apa saja yang datang ke negeri mereka dari Israel.
Israel berambisi menghancurkan fasilitas nuklir Iran, seperti saat menghancurkan milik Irak dan Syria. Tel Aviv dan Washington menekan Moskow membatalkan pengiriman sistem pertahanan udara S-300. Mereka menuduh sistem ini akan digunakan melindungi fasilitas nuklir. S-300 sepadan dengan sistem Patriot buatan AS. Sistem S-300 mampu melumat jet-jet tempur AU Israel, seperti F-16 Sufa maupun F-15 Ra’am.
Berita terakhir, Israel bekerjasama dengan satu negara di Timur-Tengah menggelar latihan simulasi penyerangan udara fasilitas nuklir Iran. Negara ini akan mengijinkan jet-jet tempur AU Israel menggunakan wilayah udaranya untuk menyerang Iran.
Arab Saudi yang dituding bekerjasama dengan Israel, membantah berita tersebut.
The Wall Street Journal/Berita HanKam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar