Minggu, 13 September 2009

Penggantian Dua Pesawat Tempur Mendesak

Aero L-159 ALCA kandidat kuat pengganti Hawk MK-53. (Foto: AERO Vodochody a.s.)

14 September 2009, Jakarta -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara meminta penggantian dua pesawat tempur, yakni OV-10 Bronco dan Hawk MK-53 tidak tertunda.

"Secara operasional sudah mendesak," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Bambang Soelistyo di Jakarta, pekan lalu.

Bambang menanggapi rencana Departemen Pertahanan (Dephan) yang hingga 2011 belum akan melakukan pengadaan senjata strategis ber-budget besar seperti pesawat tempur dan kapal selam.

Dia berharap, pengadaan pesawat bisa dikecualikan. "Karena tinggal proses akhir," katanya.

Pemerintah sudah mengalokasikan US$400 juta (sekitar Rp4 triliun) guna mengganti dua skadron pesawat pemukul tersebut. "Tinggal menunggu persetujuan Departemen Keuangan (Depkeu) menggunakan kredit ekspor yang mana," katanya.

Bronco sudah dikandangkan sejak medio 2007 lalu. Matra udara sudah merekomendasikan Super Tucano dari Brasil untuk menggantikan Bronco.

Sedangkan enam unit MK-53 yang ada, hanya dua unit yang kondisinya siap terbang. Ketersediaan suku cadang yang makin sulit mengakibatkan tingkat kesiapan MK-53 makin menurun. "2011 sudah tidak bisa dipakai lagi," kata Bambang.

Untuk pengganti MK-53, TNI AU mengaku masih menggodok berbagai jenis pesawat. Setidaknya terdapat lima alternatif, yakni, L-159B dari Republik Ceko, Yak-130 dari Rusia, Aermacchi M346 asal Italia, Chengdu FTC-2000/JL-9 dari China, dan T-50 asal Korea.

"Akan dipilih dua untuk diajukan ke Dephan," kata dia.

Mengenai spesifikasi, Markas Besar AU menginginkan pesawat yang dipilih tidak hanya untuk keperluan latihan. Pesawat juga harus bisa "berkelahi" agar dapat mengantisipasi kehadiran pesawat asing.

Tawarkan Hercules

Pemerintah Norwegia menawarkan empat pesawat angkut C-130 Hercules tipe H untuk dibeli pemerintah Indonesia. Seluruh pesawat ditawarkan US$66 juta (sekitar Rp660 miliar).

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) juga menawarkan 34 Hercules. Satu pesawat dibanderol U$40 juta (sekitar Rp400 miliar). "Dephan telah meminta TNI AU mengkaji tawaran yang ada," kata Bambang.

Jika sepakat dibeli, pesawat akan mengalami perbaikan dan modifikasi terlebih dahulu.

Dia menambahkan, dengan keterbatasan anggaran pertahanan, diperkirakan hanya enam Hercules yang mampu dibeli.

"Tapi semua masih dikaji dahulu berapa pesawat dan dari negara mana," katanya.

JURNAL NASIONAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar