Sebuah helikopter memuntahkan bahan peledak untuk menghalau para perusuh saat demonstrasi Blue Line disela-sela peresmian Faslitas Latihan dan Pendidikan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Desa Sukahati, Citeureup, Bogor, Jabar, Senin (19/12). PMPP yang beriri di atas tanah seluas 240 hektare tersebut merupakan salah satu fasilitas pendidikan misi perdamaian dan keamanan terbesar di Asia Tenggara digunakan untuk latihan bagi prajurit TNI yang akan bertugas menjadi pasukan perdamaian PBB. (Foto: ANTARA/Jafkhairi/Koz/nz/11)
19 Desember 2011, Sentul, Bogor (Presiden RI): Tugas pemeliharaan perdamaian dunia penting bagi bangsa Indonesia. "Tugas ini penting karena konstitusi kita mengamanahkan agar kita ikut melaksanakan ketertiban dunia, world order, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya saat meresmikan Fasdiklat Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Citereup, Sentul, Kabupaten Bogor, Senin (19/12) pagi.
Menurut Presiden SBY, situasi keamanan dan perdamaian dunia hingga saat ini belum pernah baik, sehingga pemeliharaan perdamaian internasional adalah tugas yang akan terus dilakukan Indonesia sampai dunia betul-betul aman dan damai sesuai dengan Piagam PBB. "Kita ingin membekali dan meningkatkan kemampuan dan pengalaman TNI, dan dalam batas tertentu Polri, untuk tugas-tugas pemeliharaan perdamaian ini," ujar SBY.
Menjawab pertanyaan mengapa Indonesia harus memiliki pusat pemeliharaan perdamaian, Presiden SBY menjelaskan karena intensitas, partisipasi, dan kontribusi Indonesia dalam berbagai tugas-tugas pemeliharaan perdamaian itu sangat tinggi. "Indonesia adalah negara yang sangat aktif untuk berkonstribusi pada misi pemeliharan perdamaian dunia," Presiden SBY menerangkan.
"Dunia juga menilai bahwa kontingen Indonesia di manapun mereka mengemban tugas memiliki prestasi yang baik. Tentu saja penilaian ini wajib kita pertahankan dan bahkan terus kita tingkatkan," jelasnya.
Presiden mencontohkan ketika kontingen Indonesia mengemban misi perdamaian di bekas negara Yugoslavia. "Indonesia mendapatkan penghargaan yang tinggi karena disiplin kita, can do spirit kita, kinerja kita, bahkan hubungan peace keepers Indonesia dengan masyarakat lokal. Kita dinilai sebagai good guys," SBY menambahkan.
Namun Indonesia kehilangan beberapa kesempatan baik untuk meningkatkan perannya dalam misi-misi ini, misalnya dalam jumlah perwira yang memimpin. "Jumlah perwira-perwira Indonesia yang menjadi leaders tidak terlalu banyak karena hambatan bahasa dan pengetahuan tentang peace keeping mission itu sendiri," kata Presiden.
Kesempatan lain yang terlewatkan adalah ketika Indonesia diberi kesempatan untuk menambah 1 batalyon mekanis untuk kekuatan misi perdamaian di Bosnia dan menempatkan seorang jenderal bintang dua untuk menjadi force commander atau komandan pasukan. "Ternyata kita tidak siap," ujar SBY.
Oleh karena itu Presiden SBY sudah memikirkan untuk membangun sebuah pusat pelatihan dan pendidikan pasukan pemelihara perdamaian bersama dengan perwira TNI lainnya sejak ia selesai bertugas di Bosnia tahun 1996. "Karena pertimbangan tertentu, sayang sekali waktu itu belum bisa dibangun, dan alhamdulillah sekaranglah bisa kita wujudkan," SBY menjelaskan.
Sumber: Presiden RI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar