Dulu saat masih jadi anak kost dengan anggaran pas-pasan. Pasar loak di Bandung adalah salah satu tempat favorit. Untuk memenuhi kebutuhan, terutama buku (kutu buku ceritanya nih).
Untuk mengenangnya kembali. Saya menyimpan di archive69, beberapa tempat yang menjadi pusat menjualan barang bekas di seputar kota Bandung. Referensi ini diperoleh dari Koran Harian Pikiran Rakyat.
Banceuy
Jalan ini merupakan surga bagi pencinta otomotif. Aktivitas bongkar pasang onderdil kendaraan dilaklukan langsung di sepanjang jalan. Sayangnya, konsumen agak sulit untuk menghiasai kendaraannya karena sejumlah pedagang onderdil bekas yang masih berada di tempat penampungan sementara di sekitar Jln. Viaduct belum dipindahkan ke tempat asalnya sejak 3 tahun terakhir.
Cikapundung
Sepanjang Jln. Cikapundung merupakan sentra barang bekas elektronik. Selain barang elektronik, dipasar Cikapundung juga dijual barang bekas lainnya, seperti sepeda, mesin tik, dan mesin jahit. Tidak jauh dari Pasar Cikapundung, di trotoar kantor PLN, berjajar pedagang buku dan majalah bekas. Mereka berjualan sejak dekade 1980. buku dan majalah yang dijual tidak hanya yang lokal, tetapi juga yang asing.
Dewi Sartika
Para pedagang buku dan majalah bekas juga berjejer di depan toko-toko pakaian di sini. Jumlah yang dijual lebih banyak dibadingkan dengan yang dijual di Jln. Cikapundung. Selain buku dan majalah, di lokasi yang sama, berjejer juga para pedagang yang menjual kaset bekas/lama.
Jatayu
Di Jln. Jatayu (Komodor Supadio), berjejer ratusan lapak yang menyediakan onderdfil kendaraan bekas, baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Pedagang juga menyediakan jasa pemasangan di tempat. Namun, lebih banyak konsumen yang memasangkan onderdil untuk kedaraan roda dua. Selain onderdil kendaraan, ada pula kios yang sengaja menjual barang bekas berupa perlengkapan kamar mandi seperti bath tub dan wastafel. Di lokasi itu pun, alat-alat elektronik turut dijual.
Jamika
Tempat penjualan barang bekas tidak tepat berada di jalan Jamika, tetapi di Jln. Situ Aksan. Di tempat ini, barang bekas yang dijual terbilang khusus, yakni berbahan balu dasar kayu seperti papan, kusen, dan perabot rumah tangga.
Cigéréléng
Di sepanjang Jln. Soekarno-Hatta, tepatnya di Cigéléréng dan Gedébagé, terdapat lebih dari seratus kios yang menjual bahan bangunan bekas. Mayoritas pemilik kios yang berasal dari Madura itu mengaku membeli dan menjual kayu, genting, pintu, senf, batu bata, serta berbagai bahan bekas yang diperlukan untuk mendirikan bangunan. Harga yang dipatok para pendjual di Cigéléréng dan Gedébagé untuk bahan-bahan bangunan itu biasanya lebih murah 30-40 persen dari harga yang ditawarkan toko-toko material. Bisnis ini sudah berlangsung selama lebih dari puluh tahun dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Cikudapateuh
Jalan Cikudapateuh, sejak dekade 1960, dikenal sebagai pasar barang bekas yang menyediakan sepatu dan pakaian bekas. Namun, seiring dengan berkembangnya industri fashion, dimana produk-produk fashion membanjiri Kota Bandung, perdagangan di Cikudapateuh mengalami kemunduran. Dari sekitar 70 pedagang yang dulu bisa mangkal di sana, kini hanya tinggal 40 pedagang saja. Itu pun tidak semuanya berjualan setiap hari. Mereka kini hanya menjual (mayoritas sepatu pria), dimana 95 persen di antaranya merupakan sepatu baru. Sepatu-sepatu yang ditawarkan disana merupakan produksi Cibaduyut, Tangerang, dan Garut. Para pembeli masih setia menjadi para pelanggan sepatu Cikudapateuh karena harga yang ditawarkan murah, yaitu Rp 30.000 – Rp 200.000 dan tersedia nomor besar.
Cimol (Gedébagé)
Pasar Cimol Gedébagé merupakan pasar barang bekas terbesar di Indonesia. Sebuah bangunan besar berisi 1.088 kios dengan lantai keramik, dan tembok beton, sejak awal 2011 lalu, menjadi rumah baru para pedagang pakaian, sepatu, dan tas bekas itu. Setiap harinya, rata-rata seribu pengunjung dari berbagai daerah di seluruh Indonesia mendatangi Pasar Cimol Gedébagé untuk berburu barang bekas bermerk yang masih berkualitas baik. Pada hari libur, jumlah pengujung dapat meningkat hingga tiga ribu orang dalam sehari.
Palasari
Nama Palasari sebagai pusat penjualan buku baru dan bekas tidak hanya dikenal oleh warga Bandung dan sekitarnya, tetapi sudah tersohor hingga ke Asia Tenggara. Para penggemar buku dari berbagai daerah dan luar negeri, biasanya datang ke pasar buku ini untuk berburu buku antik.
Namun, buku bekas biasanya seperti buku pelajaran, diktat kulaih, novel, komik, dan kamus juga masih menjadi favorit. Pasalnya, harga buku bekas di Jln. Palasari bisa lebih murah tujuh puluh persen dari harga buku baru. Hampir setiap kios di pasar yang berdiri sejak 1981 itu memiliki stok buku bekas untuk dijual.
Astanaanyar
Perlu suku cadang alat elekronik bekas atau suku cadang sepeda motor? Datanglah ke Jln. Astanaanyar. Di sepanjang jalan itu, anda bisa menemukan berbagai barang yang bahkan tidak pernah terpikir. Para pedagang menggelar dagangannya di atas jalan dan taman, muylai dari sepeda, kacamata, DVD, handphone, suku cadang alat elektronik, onderdil sepeda motor, hingga baju dan sepatu bekas. Mereka beroperasi dari pikul 7.30-15.00 WIB.
Jalan Malabar
Sudah lebih dari sepuluh tahun Jln. Malabar menjadi pusat penjualan barang bekas. Para pemburu barang bekas dapat menemukan sepeda, kursi lipat, meja kantor, hinga etalase kaca alumunium di sepanjang jalan ini. Berbagai transaksi dapat dilakukan mulai dari jual, beli, hingga tukar tambah.
Jln. Malabar dapat bertahan sebagai pusat penjualan barang bekas karena memiliki beberapa kelebihan. Sebut saja, harga yang miring dibading dengan toko atau pasar loak lainnya di Bandung, sebagai contoh, harga sepeda bekas yang dipatok para pedagang lebih murah 30-40 persen dari harga toko. Sementara untuk sepeda baru, harga yang ditawarkan lebih murah 10-15 persen.
Cihapit
Di pasar barang bekas ini, barang-barang yang dijual cukup banyak jenisnya, mulai dari tape mobil, sepatu, jaket kulit, onderdil kendaraan, hingga kaset bekas. Biasanya, Pasar Cihapit jadi rujukan pasar loak lain untuk mencari pasokan barang yang terbilang langka.
Cihaurgeulis (Suci)
Kondisi fisik Busra Buku Cihaurgeulis di Lantai II Pasa Cihaurgeulis sangat memprihatinkan. Keberadaan bursa buku yang terkenal pada dekade 1980 itu bagaikan tertelan pemandangan lapangan parker yang becek dan berlumpur, serta sampah pasar yang menumpuk sembarangan. Dari sekitar 80 kios yang berjualan pada akhir dekade 1980 kini hanya dua belas kios yang bertahan.
Lokasi Bursa Buku Cihaurgeulis yang strategis di pusat kota tidak dapat mendongkrak kembali popularitas pasar buku tersebut. Para pedagang malah harus langsung bersaing dengan toko-toko buku besar yang menawarkan diskon hingga tiga puluh persen. Padahal dilihat dari koleksi buku baru dan buku bekas, Bursa Buku Cihaurgeulis tidak kalah lengkah.
Bagaimana sobat tertarik untuk nyiar/mencari barang bekas di Bandung?
salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar