KRI Teluk Tomini.
16 April 2010, Surabaya -- Panglima Komando Armada Timur TNI AL Laksamana Madya TNI Among Margono mengatakan alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang digunakan TNI AL masih kalah dengan negara Malaysia dan Singapura. Padahal Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara yang terdiri dari ribuan pulau.
"Senjata yang kita miliki bila dibanding Singapura dan Malaysia jauh tertinggal. Apalagi dengan Australia senjata TNI AL tidak ada apa-apanya. Saat ini senjata yang kita miliki didominasi teknologi era tahun 80-an. Bahkan ada kapal perang LST buatan Amerika tahun 1942 yang masih beroperasi. Kalau ketemu dengan kapal AS, mereka akan hormat kepada kita. Karena kalah senior," kata Among Margono. ketika menjadi pembicara dalam seminar "kajian Pertahanan dan Pengembangan Teknologi Tempur AL di ITS, Surabaya.
Ditambahkan Among, saking tuanya alutsista yang dimiliki, TNI seringkali kehabisan anggaran untuk melakukan perawatan. "Kita ini pandai merawat. Sampai-sampai kita mampu merawat kapal supaya tidak tenggelam. Padahal untuk merawat itu justru lebih mahal dari pada membeli yang baru," katanya.
Kata Among, sebagian besar KRI yang dimiliki TNI AL merupakan teknologi tahun 1980 hingga 1990. Ada juga sebagian kecil KRI buatan tahun 1970 dan tahun 2000. Begitu juga untuk pesawat udara yang dimiliki TNI AL merupakan teknologi tahun 1970 hingga tahun 1990 dan hanya sebagian kecil saja yang berteknologi tahun 2000. Bahkan, untuk kendaraan tempur marinir sebagian besar masih berteknologi tahun 1960 hingga tahun 1970.
Padahal, Australia sebagian besar alutsistanya merupakan pruduk tahun 1990 hingga 2007. Bahkan Australia saat ini berencana melakukan pengadaan kapal perang jenis Air Warfare Destroyer klas Hobart dengan system tempur terbaru. Dalam sepuluh tahun terakhir, Australia juga bekerja sama dengan Amerika untuk mendatangkan 10 kapal selam.
Begitu juga Singapura, memiliki empat kapal selam siluman. Singapura juga memiliki kapal tempur terbaru yang dilengkapi dengan stealth technology yang mampu mengadapi ancaman multidimensi dari udara, permukaan laut dan bawah laut. Malaysia juga tak kalah, selain mendatangkan dua kapal selam berteknologi tinggi, Malaysia sejak tahun 1980-an telah meremajakan alutsistanya. Bahkan sejak tahun 1980 itu, Malaysia telah mendatangkan empat korvet kelas laksamana buatan Italia. Kapal inipun ternyata dilengkapi dengan rudal permukaan dan rudal anti pesawat tempur.
Selain itu, Malaysia saat ini juga melaksanakan program pembelian satu kapal selam diesel electrik kelas scorpene untuk melengkapi kapal selam KD Tuanku Abdul Rahman yang dimiliki. Malaysia juga sedang melakukan pengadaan 27 kapal patrol generasi baru kelas kedah serta beberapa pesawat patrol bahari. "Di satu sisi hubungan kita di Ambalat sedang memanas. Saat ini saja, kita selalu siagakan tujuh KRI di sana," kata Among Margono.
Kalahnya persenjataan TNI AL, menurut dia bisa dimaklumi karena keterbatasan anggaran, dimana 60 persen anggaran masih untuk gaji personel dan hanya 40 persen anggaran untuk peralatan. "Idealnya dibalik, 60 persen untuk peralatan dan gaji personel 40 persen," kata dia.
Meski begitu, TNI AL saat ini telah merumuskan untuk segera memiliki kekuatan pokok minimum alutsista. Syarat memiliki kekuatan minimum, menurut Among, TNI AL telah memiliki 151 KRI, 54 Pesawat Udara, 310 Kendaraan Tempur, tiga batalyon tempur marinir, satu yonif siaga kota, dan satu yonif tambahan.
JURNAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar