Kamis, 05 April 2012
Inggris Kembali Memasok Alutsista ke Indonesia
5 April 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan berencana mengakuisisi tiga korvet kelas Nakhoda Ragam pesanan Brunei Darussalam buatan galangan kapal BAE System, Inggris. Korvet ditolak oleh Brunei Darussalam dengan alasan masalah teknis. Brunei dan BAE System telah mencapai kesepakatan pada Juni 2007 tetapi korvet tetap tidak dioperasikan oleh Angkatan Laut Brunei. Ditenggarai faktor ketidaktersedian sumber daya manusia untuk mengoperasikan kapal perang berukuran besar di AL Brunei, alasan mendasar dari kekisruhan ini.
Ketiga korvet ditambatkan di James Fisher, Barrow, Inggris dan BAE Systems mendapatkan kontrak merawat kapal. Lurssen ditunjuk pemerintah Brunei sebagai agen menjual ketiga korvet tersebut.
Korvet telah ditawarkan ke pemerintah Aljazair, tetapi kesepakatan pembelian tidak terjadi. Aljazair lebih memilih mengakuisisi “real frigate” kelas FREMM dari Perancis.
Kemhan berdalih pembelian ketiga korvet ini sebagai jembatan dari keterlambatan pembuatan kapal PKR dan beroperasinya kapal selam baru dari Korea Selatan. Direncanakan kapal PKR dan kapal selam baru dioperasikan setelah 2014. Hasil observasi di TNI, TNI AL dan Kemhan kapal layak operasional dan kondisi baru.
”Komisi I DPR-RI berencana meninjau ketiga korvet tersebut saat kunjungan kerja ke Eropa”, diungkapkan Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq pada Berita Hankam.
Pembelian korvet ini lebih ditujukan mengejar target pencapaian MEF pada 2014, dibandingkan membangun TNI AL “Besar dan Kuat”. Kemampuan korvet masih dibawah kemampuan tempur frigate milik negara sahabat di kawasan. Meskipun belum dioperasikan, usia korvet mencapai 10 tahun, lebih berumur dibandingkan korvet SIGMA.
Meningkatnya anggaran belanja alutsista tidak dibarengi keputusan politis belanja alutsista modern dan gahar. Rencana pembelian helikopter anti-kapal selam SH-2 Sea-Sprite perlu dikaji, helikopter jenis ini tidak digunakan lagi oleh Amerika Serikat dan ditolak oleh Australia karena masalah teknis. Pembelian tiga kapal selam kelas Chang Bogo, sebelumnya ditolak keras oleh pihak TNI AL, lebih memilih kelas Kilo. Rencana pembelian 12 kelas Kilo menimbulkan kepanikan di kawasan Asia Tenggara dan Oceania. Hadirnya tiga kapal selam Chang Bogo baru ditanggapi dingin oleh kawasan, dipandang tidak mempengaruhi konstelasi kekuatan militer di kawasan.
Rencana pembelian korvet kelas Nakhoda Ragam, membuka pintu kembali bagi Inggris menjadi pemasok alutsista ke Indonesia. Lebih satu dasawarsa, Inggris terpental menjadi pemasok alutsista.
Daftar Alutsista Indonesia dari Inggris Periode 1980-1999
Mesin
- 1979-1981 4 unit turbin gas Olympus untuk tiga frigate kelas Fatahillah buatan Belanda dan satu frigate latih kelas Dewantara dari Yugoslavia
- 1994-1997 50 unit mesin diesel Phaser-180 untuk modernisasi ranpur Saladin dan Saracen
Pesawat Tempur
- 1980-1981 8 unit pesawat latih/tempur ringan Hawk Mk-53 senilai 46 juta dolar
- 1981 4 unit pesawat latih/tempur ringan Hawk Mk-53 senilai 37 juta dolar
- 1983 5 unit pesawat latih/tempur ringan Hawk Mk-53
- 1984 3 unit pesawat latih/tempur ringan Hawk Mk-53
- 1996-1998 24 unit pesawat tempur ringan 8 Hawk Mk-109 dan 16 Hawk Mk-209 senilai 442 juta dolar (offset 35%)
- 1999-2000 16 unit pesawat tempur ringan Hawk-209 senilai 266 juta, sejumlah komponen untuk 6 unit pesawat terakhir diembargo
Kapal Perang
- 1985-1986 3 unit frigate kelas Tribal/Type-81 (Kelas Martha Kristina Tiyahahu) bekas pakai AL Inggris
- 1992 1 unit kapal jenis BCM kelas Rover (KRI Arun) bekas pakai AL Inggris
Ranpur
- 1995-1996 35 unit tank ringan Scorpion-90
- 1996-1996 35 unit kendaraan pengangkut pasukan Stormer, termasuk versi CP, ARV, bridgelayer dan ambulance
- 1998-1999 45 unit tank ringan Scorpion-90 senilai 134 juta dolar
Radar
- 1988-1989 2 unit radar Racal-2459 untuk 2 kapal patroli PB-57 (Kelas Singa)
- 1993-1994 2 unit radar AR-325
Sistem Tempur
- 1985-1986 21 unit sistem rudal permukaan-ke-udara Rapier senilai 100 juta poundsterling (termasuk offset dan alih teknologi)
- 1986-1987 21 unit sistem rudal permukaan-ke-udara Rapier senilai 100 juta poundsterling (termasuk offset dan alih teknologi)
- 1987 9 unit sistem rudal permukaan-ke-udara Rapier senilai 60 juta poundsterling (termasuk offset dan alih teknologi)
Rudal
- 1985-1986 300 unit rudal permukaan-ke-udara Rapier-1, dioperasikan Detasemen Rudal TNI AD
- 1985-1986 50 unit rudal permukaan-ke-udara Sea Cat untuk frigate kelas Tribal
- 1986-1987 400 unit rudal permukaan-ke-udara Rapier-1, dioperasikan Detasemen Rudal TNI AD
- 1987 120 unit rudal permukaan-ke-udara Rapier-1, dioperasikan Detasemen Rudal TNI AD
Sumber: SIPRI/KEMHAN
@Berita HanKam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar