Kontigen pertama USMC yang ditempatkan di Robertson Barracks, Darwin. (Foto: Australia DoD)
4 April 2012, Darwin: Gelombang pertama marinir Amerika Serikat berjumlah 200 personel telah tiba di Darwin, Australia, Rabu. Pasukan marinir AS ini akan berada di Australia selama enam bulan sebelum digantikan pasukan baru. Selama di Australia, mereka akan berlatih bersama angkatan bersenjata negeri Kangguru.
Dalam jumpa pers bersama Menhan Smith, Perdana Menteri Julia Gillard dan Menteri Utama Northern Territory Paul Henderson mengatakan penempatan pasukan AS itu adalah sebuah evolusi dari kegiatan dan pelatihan yang sudah dilakukan angkatan bersenjata kedua negara.
Ketiga pejabat itu juga mengatakan peristiwa ini merupakan babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan Australia-AS. ”Tidak akan pernah ada pangkalan militer AS di Australia,” kata Paul, Rabu.
Kedua negara telah mengikat kerja sama pertahanan dan Amerika Serikat akan menempatkan 2.500 prajuritnya di Australia pada 2017. Rencana ini mengganggu China namun para pemimpin AS dan Australia menekankan bahwa kerja sama kedua negara bukan untuk mengimbangi kekuatan China.
Menhan Smith mengatakan negara-negara tetangga, terutama Indonesia dan China, tertarik dengan prospek latihan militer gabungan. “Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, itu [latihan gabungan] adalah hal yang baik," kata Smith pada radio ABC.
"Ia (Presiden Yudhoyono) juga mengatakan bahwa ia melihat adanya prospek latihan gabungan tidak hanya dengan Australia tetapi juga dengan AS dan wilayah-wilayah lain seperti China," kata Smith.
Sebagai bagian dari ekspansi hubungan militer, pekan lalu Australia mengatakan akan mengizinkan AS menggunakan teritori mereka untuk mengoperasikan pesawat pengintai jarak jauh. Washington juga dilaporkan menempatkan pesawat-pesawat dan kapal selam penyerang bertenaga nuklir di kota Perth, Australia Barat.
Pekan lalu, Australia membantah sejumlah laporan terkait rencana pembangunan pangkalan Angkatan Udara AS di Pulau Cocos, Samudera Hindia. Surat kabar Washington Post mengabarkan rencana itu dan menilai pangkalan itu bisa menjadi titik strategis untuk mengirim pesawat pengintai ke Laut China Selatan.
Stephen Smith mengatakan rencana pangkalan AS di Pulau Cocos itu sebagai prospek jangka panjang. “Pengerahan pasukan di Australia Utara sudah disampaikan PM Gillard November 2011 saat Presiden Barack Obama berkunjung ke Australia.
Sumber: Jurnas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar