
Dansatgas POM TNI Konga XXV-B/UNIFIL, Letkol Cpm. Ekoyatma Parnowo mengatakan, meskipun fungsi utamanya sebagai Polisi Militer, namun wilayah operasinya tidak luput dari kerawanan bahaya bom-bom tersebut. Untuk itu, dikirimkan 3 (tiga) orang perwira untuk berlatih bagaimana menggunakan alat pendeteksian bom yaitu Kapten Laut (PM) Fajar Hasta Kusuma, Kapten Cpm Ashariarto dan Lettu Ckm Immanuel Irvanov Hutagalung.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB, kata dia, Satgas POM TNI juga dilengkapi dengan alat pendeteksi bom.Di samping itu, menyadari akan keaneka ragaman jenis bom tersebut,sangat perlu bagi Satgas POM TNI untuk lebih memperdalam pengetahuan tentang cara pendeteksian dan penanganan bom atau Uxo yang kemungkinan ditemukan demi menghindarkan kecelakaan yang bisa saja terjadi.

"Pelatihan tersebut berlangsung dengan lancar dan dirasakan sangat bermanfaat dalam menunjang kegiatan operasional Satgas POM TNI," katanya.
Ia menambahkan, daerah konflik yang telah dan/atau sedang mengalami perang memiliki karakteristik khusus, antara lain adanya tingkat kerawanan terjadinya bahaya bom yang tinggi.Bahaya bom tersebut bisa berupa bom mobil, ranjau darat, bahkan bom bunuh diri, termasuk bom-bom yang sebenarnya telah dijatuhkan oleh pihak yang bertikai terhadap pihak lawannya, tetapi gagal meledak atau biasa dikenal dengan istilah "UXO" (unexploded ordnance).
"Uxo-uxo tersebut memang gagal meledak, tetapi pada umumnya masih aktif dan sangat berbahaya," katanya.
Dikatakannya, di beberapa wilayah Lebanon, masih banyak ditemukan Uxo peninggalan dari perang yang terjadi sebelumnya.Sebagian telah berhasil dijinakkan oleh satuan penjinak bom PBB, tetapi diduga masih banyak lagi Uxo yang tersebar dan belum terdeteksi keberadaannya. Hal ini dikarenakan posisi yang acak pada wilayah-wilayah di Lebanon yang umumnya memiliki tekstur berbukit dan berjurang.
JURNAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar