Selasa, 15 Mei 2012

Legislator: Teliti Kembali Rencana Pembelian Pesawat Tempur Sukhoi


16 Mei 2012, Senayan: Bagi anggota Komisi I DPR RI Roy Suryo, peristiwa kecelakaan pesawat komersial Rusia, Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak Bogor, menyadarkan bahwa pesawat yang diklaim pemerintahan Rusia sebagai pesawat supercanggih di kelasnya yang ada saat ini, dengan tampilan fisik yang mengundang decak kagum, ternyata perangkat di dalamnya tidaklah seindah tampilan luarnya.

Terbukti dalam insiden ini terkuak pesawat tersebut masih menggunakan sistem Emergency Locator Transmitter (ELT) frekuensi lama, sehingga pada saat terjadi kecelakaan, sinyalnya tidak terdeteksi. "Pesawat Sukhoi Superjet 100 ini masih menggunakan ELT frekuensi lama di 105 VHF. Sementara di Indonesia rata-rata telah menggunakan frekuensi 406 VHF," ujar Roy Suryo dalam Raker Komisi I bersama Menhan, Wamenhan, Panglima TNI, dan Pejabat Mabes TNI di Ruang Komisi I DPR, Selasa (15/5).

Roy mengatakan, atas insiden kecelakaan tersebut, perlunya pemerintah lewat Kemhan dan Panglima TNI berhati-hati dan teliti terkait rencana pembelian kembali enam pesawat tempur Sukhoi guna melengkapi menjadi satu skuadron.

"Intinya jangan sampai kita tertipu oleh tampilan luar, apalagi jika belum teruji," ujar politisi Demokrat ini. Atas nama kepentingan bangsa dan negara, kata Roy, ia siap membantu pemerintah untuk meneliti ulang isi pesawat tempur Sukhoi.

Dengan demikian pemerintah nantinya tidak menyesal, membeli produk yang ternyata tak seindah yang dibayangkan. "Syaratnya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Terutama terhadap harganya mengingat negara lain bisa membeli pesawat tempur Sukhoi dengan jenis yang sama, tapi harganya di bawah USD 50 juta. Sementara pesawat tempur Sukhoi yang akan dibeli, harganya lebih dari itu. Sehingga wajar hal ini menimbulkan berbagai kecurigaan masyarakat," pungkasnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar