Jumat, 11 Mei 2012

Jalan Terus, Rencana TNI AU Beli Pesawat Tempur Sukhoi

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menjawab pertanyaan wartawan di Batam, Kepri, Jumat (11/5). Panglima TNI menyebutkan akan mendatangkan lagi enam pesawat tempur jenis Sukhoi dari sepuluh yang sudah ada untuk menambah kekuatan skuadron pertahanan udara. (Foto: ANTARA/Henky Mohari/ed/pd/12)

11 Mei 2012, Senayan: Musibah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di lereng gunung Salak, Bogor, dipastikan tidak akan mempengaruhi rencana pembelian pesawat Sukhoi versi militer untuk TNI AU. "Saya kira musibah itu tidak berpengaruh pada rencana TNI AU untuk beli Sukhoi versi militer," ujar Wakil Ketua Komisi I Hayono Isman, Jumat (11/5).

TNI AU berencana membeli lagi enam unit pesawat tempur Sukhoi sebagai armada tambahan. Pembelian ini untuk menggenapi pesawat yang sudah ada agar jadi satu skuadron. Menurut dia, rencana berikut anggaran pembelian pesawat ini sudah disetujui DPR. Bahkan sebagian pesawat yang dipesan mungkin sudah dibayar dan tinggal ditunggu kedatangannya di Jakarta.

Meski demikian, Hayono mengingatkan, jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 versi sipil tetap patut dicermati. Bagaimanapun, pesawat itu diproduksi oleh pabrik yang sama. Jadi, "TNI harus antisipasi terhadap pesawat tempur yang dibeli. Sebab, pabriknya sama, betul kan?" katanya.

TNI AU akan Terima Enam Sukhoi Tempur Baru

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan pada 2012, TNI Angkataan Udara akan mendapat enam pesawat jet tempur Sukhoi baru untuk membangun satu skuadron setelah sekarang memiliki 10 unit. "Sesuai dengan rencana pembangunan kekuatan udara, akan dibeli enam pesawat tempur Sukhoi untuk TNI AU," katanya di Pelabuhan Batuampar, Batam, Jumat (11/5) seusai pelaksanaan latihan militer antara Indonesia-Singapura (Indosin) ke-20.

Panglima mengatakan pembelian enam pesawat baru tersebut, untuk melengkapi 10 jet tempur Sukhoi yang sudah dimiliki Indonesia. "Penambahan dilakukan agar kita memiliki satu skuadron jet tempur Sukhoi TNI AU," kata dia.

Ia mengatakan, terkait insiden yang terjadi dengan Sukhoi Superjet 100 di wilayah Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, tidak akan ada peninjauan kembali karena pesawat yang dibeli berbeda. "Tidak akan ada peninjuan kembali, karena pesawat yang kita beli adalah pesawat tempur," kata dia.

 Dalam kasus kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Bogor, kata Suhartono, itu kemungkinan karena pilot tidak memahami medan. "Kalau melihat lokasinya di tebing, saya menilai itu akibat cuaca atau kurang memahami medan. Sampai saat ini saya tidak menerima laporan tentang pembajakan," kata dia.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelumnya mengatakan, ekonomi Indonesia saat ini sedang kuat sekali. ''Kita punya anggaran Rp150 triliun untuk pertahanan," kata Purnomo.

TNI AU sudah memiliki 10 pesawat Sukhoi yang pengadaannya dimulai sejak masa Presiden Megawati Soekarnoputri. Saat itu pemerintah hanya menargetkan memiliki satu skuadron mini atau berkekuatan 12 pesawat Sukhoi SU-27 dan Sukhoi SU-30.

Sumber: Jurnal Parlemen/Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar