Senin, 31 Oktober 2011

Pesawat tak Berawak Bisa Diam di Udara Selama 4 Hari


1 November 2011, Sacramento (PRLM): Penerbangan perdana pesawat tak berawak revolusioner yang dapat tinggal di udara selama empat hari di ketinggian 65.000 kaki, kini tinggal beberapa hari lagi.

Phantom Eye, yang dibuat oleh divisi rahasia Boeing Phantom Works, berbahan bakar hidrogen dan dirancang untuk melaksanakan misi pengawasan dan pengintaian di ketinggian.

Penerbangan perdananya akan berlangsung di Edwards Air Force Base di California dan diperkirakan berlangsung antara empat dan delapan jam.

Teknologi pesawat tanpa awak yang sedang dikembangkan oleh Phantom Works ini, suatu saat akan memicu pertempuran udara antara pesawat tak berawak.

"Phantom Eye adalah yang pertama dari jenisnya dan bisa membuka pasar baru dalam pengumpulan data dan komunikasi," kata Darryl Davis, presiden Boeing Phantom Works, seperti dikutip laman Daily Mail, Senin (31/10).

"Sistem propulsi hidrogen akan menjadi kunci keberhasilan Phantom Eye. Hal ini sangat efisien dan menawarkan bahan bakar yang lebih ekonomis, dan produk sampingnya hanya air," tambahnya.

Sumber: PRLM

Dislitbangal Laksanakan Penelitian Berbagai Peralatan Tempur


31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) saat ini tengah melaksanakan penelitian pembuatan sepatu PDH yang cocok bagi Anak Buah Kapal (ABK).

Demikian dikatakan Kadislitbangal Laksamana Pertama TNI Tri Santosa dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Sekdislitbangal Kolonel Laut (T) J.R Duapadang, S.E dalam apel khusus, Senin (31/10) di Mabesal, Cilangkap Jakarta Timur

Selain sepatu PDH, menurut Kadislitbangal, kegiatan lain yang sedang berlangsung diantaranya penelitian dan pengembangan rancang bangun kapal patroli Catamaran, pembuatan armor bahan komposit untuk rantis, pembuatan akustik Jammer bawah air, penelitian dan rancang bangun kendaraan Amphibi Angkut Personel (APC), penyempurnaan sky diving dan beberapa penelitian di bidang manajemen.

Selain itu Dislitbangal juga melaksanakan penelitian yang didanai Kemenristek seperti rancang bangun ranpur amphibi jenis BMP, ranpur Amphibi roda rantai, penelitian dan pembuatan senjata perorangan bawah air jenis APS,dan lain-lain. “Hal ini menunjukan Dislitbangal sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL, yang mengemban tugas pokok menyelenggarakan pembinaan fungsi dan kegiatan penelitian tetap konsisten melaksanakan kegiatan litbang yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan operasional guna mendukung kesiapan alutsista TNI Al serta mewujudkan kemandirian di bidang pertahanan matra laut, ” kata Kadislitbangal.

Pada bagian lain Kadislitbangal menyampaikan juga bahwa saat ini Dislitbangal secara aktif menjalin kerjasama dengan institusi lain baik dari dalam maupun dari luar TNI AL dalam rangka untuk mengetahui peta kemampuan SDM dalam negeri yang memiliki kompetensi dalam mendesain dan membuat sebuah produk tertentu di bidang pertahanan.

Di akhir sambutannya, Kadislitbangal mengajak seluruh prajurit dan PNS TNI AL untuk dapat berperan dan ikut serta dalam lomba kreativitas prajurit yang dilaksanakan Dislitbangal. Dengan banyaknya judul yang masuk maka makin banyak pula ide-ide kreatif yang datang dari personel guna mendukung organisasi. “Sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL tentunya sangat membutuhkan sumbang saran dari semua fihak seperti ide-ide positif dan kreatif agar kemajuan organisasi TNI AL dapat tercapai,” tandasnya.

Sumber: TNI AL

TNI AL Gelar Latihan Armada Jaya ke-30

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno (dua kanan) didampingi Pangarmatim, Laksamana Muda TNI Ade Supandi (tiga kanan) melihat persiapan Operasi Armada Jaya (AJ) dengan sandi Armada Jaya XXX/11 di Gedung Puslatkaprang Kolat Koarmatim Ujung Surabaya, Senin (31/10). Operasi Amfibi (opsfib) yang melibatkan seluruh jajaran komando utama operasi TNI AL di sekitar perairan Sangatta, Kalimantan Timur pada 7-17 November 2011, tersebut bertujuan untuk mengukur kesiapan prajurit dan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista), serta komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam menjaga keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/ama/11)

31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): TNI AL menggelar latihan terbesarnya dengan nama “Armada Jaya ke-30 Tahun 2011”. Kegiatan latihan ini akan melibatkan seluruh Komando Utama Operasi TNI AL berikut unsur pendukungnya seperti Pomal, Kesehatan, Psikolog dan Hukum dengan kekuatan yang digelar sebanyak 23 unsur KRI dan 3.391 personel. Hal itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno saat membuka Latihan Armada Jaya ke-30 Tahun 2011, Senin (31/10) di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya.

Kegiatan Latihan Armada Jaya ke-30 ini mencakup Gladi Posko I dan Manuver Lapangan (Manlap) pada tanggal 7 -17 November 2011 yang intinya melaksanakan serbuan amfibi di wilayah pantai. Dipilihnya wilayah perairan Sangatta Kalimantan Timur dan sekitarnya sebagai skenario, menurut Kasal karena didasari pertimbangan strategis yang dikaitkan dengan kemungkinan potensi konflik yang terjadi sebagai pengaruh dinamika lingkungan strategis yang cepat dan dinamis.

Masih menurut Kasal, diharapan apabila sewaktu-waktu terjadi perubahan situasi yang tidak diinginkan dan mengharuskan melaksanakan operasi laut di wilayah tersebut, maka TNI AL telah memiliki konsep operasi yang siap untuk dilaksanakan. “Untuk itu seluruh pengendali latihan hendaknya mampu mengarahkan pada situasi yang seaktual mungkin,” tandasnya.


Kasal menegaskan, Latihan Armada Jaya merupakan latihan puncak tahunan TNI AL yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesiapan komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Disamping itu, latihan ini juga merupakan sarana untuk meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Kasal lebih lanjut, diharapkan pelaksanaan latihan ini dapat memenuhi berbagai aspek operasi seperti pelaksanaan di medan yang sesungguhnya, sehingga kegiatan ini dapat memenuhi urgensi latihan, yang secara umum ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan kontinjensi khususnya di daerah operasi wilayah timur dengan mengaplikasikan proses perencanaan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi, sekaligus menguji doktrin serta pemahaman akan semua prosedur yang berlaku di dalamnya.

Kasal juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 akan dilaksanakan Latihan Gabungan TNI sesuai siklus latihan puncak TNI empat tahunan. Oleh karena itu, lanjut Kasal, Latihan Armada Jaya ini juga dimanfaatkan sebagai latihan parsial untuk latihan gabungan tersebut. “TNI AL harus mempelajari pokok-pokok hasil Latgab yang lalu sehingga dapat menyongsong Latgab TNI 2012 dengan kesiapan yang prima,” katanya.

Sumber: TNI AL

Minggu, 30 Oktober 2011

Diskomlek Koarmatim Tingkatkan Kemampuan Peperangan Elektronika


30 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Dinas Komunikasi dan Elektronika (Diskomlek) Koarmatim meningkatkan kemampuan guna mengatisipasi terjadinya peperangan elektronika yang semakin komplek. Hal itu diwujudkan dalam Latihan Interoperability yang dilaksanakan di Setasiun Pemancar (Stascar) milik TNI AL di Pasuruan Sabtu, (29/10). Kegiatan itu diikuti oleh 162 personel Diskomlek Koarmatim kurang lebih selama tiga hari.

Daerah latihan yang berada di kabupaten Pasuruan, merupakan tempat yang strategis bagi personel komunikasi karena tempat tersebut memilki fasilitas komunikasi yang menghubungkan antara Koarmatim, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) dan unsur-unsur KRI yang sedang melaksanakan operasi ditengah laut. Stascar ini memiliki peran yang sangat strategis apabila terjadi peperangan yang sesungguhnya khususnya peperangan elektronika.

Personel Diskomlek yang terlibat dalam gladi iteroperability itu memperhatikan dengan serius paparan yang disampaikan oleh rekan mereka yang bertugas mengawaki peralatan Tower komunikasi di Stascar TNI AL tersebut. Dalam kesempatan itu mereka mendapat pembekalan tentang cara kerja peralatan yang ada serta melaksanakan praktek mengoperasikan peralatan Komunikasi yang dapat menjagkau seluruh wilayah Indonesia bagian timur itu.



Stascar Pasuruan merupakan stasiun komunikasi milik Angkatan Laut dibawah Satkom Lantamal V yang di pimpin oleh Kepala Seksi Stasiun Pemancar (Kasistascar) Kapten Laut (E) Sumarno. Fasilitas ini dibangun pada tahun 1996 dan mulai aktif beroperasi pada tahun 1997 dengan dilengkapi fasilitas berupa rumah dinas yang berada di dalam komplek tersebut. Sedangkan tanggung jawab yang harus mereka emban adalah menjaga, merawat dan mengawaki peralatan yang ada di dua tower yang digunakan untuk komunikasi dengan Koarmatim dan Lantamal V Surabaya.

Penyelenggaraan latihan bertujuan untuk memelihara kemampuan personel dan merupakan upaya untuk lebih meningkatkan keterampilan personel TNI AL pada umumnya dan personel Koarmatim pada khususnya. Latihan ini merupakan observasi dan uji teknis terhadap peralatan komunikasi yang dimiliki Koarmatim dan digabungkan dengan uji coba frekwensi pada daerah-daerah atau lokasi yang sering didapati trouble frekwensi dalam satu rangkaian latihan secara terpadu.

Diharapkan dengan kegiatan latihan ini mampu memberikan gambaran secara menyeluruh tentang kemampuan terkini yang dimiliki Diskomlek Koarmatim dan diketahuinya lokasi/daerah yang mempunyai kualitas frekwensi buruk sehingga dapat dijadikan pedoman pengetahuan dalam pembentukan dan pengadaan sistem komunikasi yang selaras mengikuti perkembangan teknologi modern.

Sumber: Dispenarmatim

PTDI Masih Rawat Baik N-250


30 Oktober 2011, Bandung (Investor Daily): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) masih merawat dengan baik dua unit pesawat karya anak bangsa N-250 Gatotkaca meskipun kedua pesawat itu tidak bisa diterbangkan karena terkendala prosedur dan regulasi penerbangan.

"Dua pesawat N-250 masih kami rawat dengan baik di hanggar kami," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Bandung, Sabtu.

Pesawat N-250 merupakan pesawat hasil pengembangan sendiri putra-putri Bangsa Indonesia yang dikembangkan PT DI yang kala itu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Pesawat N-250 yang sempat diterbangkan dan mengikuti sejumlah pameran kedirgantaraan itu merupakan pengembangan IPTN dari produk andalannya CN-235 yang merupakan produk kerja sama dengan Cassa Spanyol.

Dengan warna dasar putih dan bagian bawah badan pesawat biru itu, N-250 masih cukup "gagah" dipamerkan, meskipun pesawat itu tidak lagi diterbangkan.

Bahkan, N-250 menjadi salah satu pesawat produk PTDI yang dipamerkan saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke PTDI pada Rabu (26/10) lalu. Presiden juga sempat mendapat sekilas penjelasan terkait perawatan pesawat itu.

Juru bicara PTDI, Rakhendi menyebutkan pesawat itu disimpan di hanggarnya yang terletak di ujung kompleks hanggar PTDI.

"Sebenarnya pembuatan N-250 itu sudah selesai dua setengah pesawat, dua pesawat sudah dirampungkan dan yang satu lagi pengerjaanya baru 50% saat proyek itu dihentikan," kata Rakhendi.

Saat ini PTDI kembali bangkit melalui program revitalisasi dengan mengembangkan produk CN-235 Maritime Patrol dan terakhir mengembangkan pesawat CN-295 bekerja sama dengan Airbus Military Spanyol.

PTDI akan mengerjakan sejumlah pesawat CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan RI di samping membuat helikopter dan pesawat CN-212.

Bersama PT Pindad, PTDI mendapat penugasan untuk mendukung program revitalisasi alutsista TNI di bidang masing-masing.

Sumber: Investor Daily

Jumat, 28 Oktober 2011

Denjaka Bebaskan Sandera di Kapal Tanker


27 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Pasukan elit penanggulangan teror Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL berhasil sukses melaksanakan pembebasan penyanderaan yang dilakukan oleh sekelompok teroris sebanyak 10 orang dengan menggunakan senjata senapan campuran dan pistol serta membawa bom yang siap dipasang dan diledakan di Kapal Super Tanker MV Jaya Kusuma Permai 3 yang sedang berlayar dari Bangka menuju Tanjung Priok Jakarta pada posisi sekitar 3 Mil dari pantai, Kamis subuh dini hari (27/10).

Demikian skenario latihan bersama Gultor TNI-Polri “Waspada Nusa III” 2011 yang dilaksanakan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL sebagai Satgas Jala Mangkara yang di BKO kan kepada Satgas Penanggulangan Teror di bawah Komando Operasi Kontijensi Polri. Dalam latihan ini TNI AL mengerahkan sebuah pesawat Cassa CN 212, sebuah helikopter Bell-412, 4 unit Sea Rider dan 2 unit perahu karet.

Pada pembajakan tersebut teroris menyandera 10 orang ABK dan 10 orang penumpang. Dalam penyanderaan itu mereka mengajukan tuntutan kepada Pemerintah Indonesia untuk membebaskan rekan-rekan mereka yang masih dalam tahanan Polda Metro Jaya dan Mabes Polri serta berusaha mencari dukungan secara politik kepada dunia internasional. Teroris berhasil menguasai kapal MV Jaya Kusuma Permai 3 dengan menempati 3 ruangan yaitu : 3 orang berada di anjungan kapal, 3 orang berada di long room, 2 orang berada di ruang kontrol mesin dan 2 orang berada di geladak kapal melaksanakan patroli menjaga kalau ada aparat yang akan merapat ke kapal. Proses negosiasi yang berlarut-larut dan tuntutannya tidak kunjung dipenuhi oleh Pemerintah, maka mereka menuntut segera disediakan BBM untuk kapal yang dibajak apabila tidak dipenuhi maka para teroris akan mulai membunuh para sandera satu persatu.

Pelaksanaan pembebasan sandera oleh pasukan Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL dilaakukan sebagai berikut :

1. Kelompok Komando dan Tim Alpha pada pukul 04.30 Wib melaksanakan infiltrasi menuju daerah sasaran dengan Long Range Navigation menggunakan 3 unit Sea Rider, selanjutnya melaksanakan Ship Boarding di dinding kanan kapal sasaran dengan menggunakan tangga serbu yang sudah dirancang dan terpasang di Sea Rider. Tim Alpha di sasaran merencanakan melumpuhkan teroris yang berada di Long Room Kapal.

2. Tim Bravo pada pukul 04.15 Wib melaksanakan infiltrasi menuju titik luncur dengan Long Range Navigation menggunakan 2 unit perahu karet dilanjutkan melaksanakan Selam Tempur menuju ke sasaran. Untuk mendapatkan kerahasian, selanjutnya melaksanakan Ship Boarding di dinding kiri kapal sasaran dengan sarana galah yang sudah dibawa oleh Tim Penyelam Tempur dengan rencana akan melumpuhkan teroris yang berjaga-jaga di Geladak Utama Kapal secara senyap selanjutnya menuju ruangan Kontrol Mesin kapal untuk melumpuhkan Teroris yang berada di ruangan tersebut.

3. Tim Charlie pada pukul 04.30 Wib bergerak dari Lanud Halim Perdana Kusumah menuju daerah sasaran dengan lintas udara menggunakan pesawat CN 212 TNI AL selanjutnya melaksanakan infiltrasi ke sasaran dengan Vertical Landing terjun bebas tempur mendarat di Geladak Utama Kapal. Di sasaran akan melumpuhkan Teroris yang berada di Anjungan Kapal.

4. Tim Delta pada pukul 04.30 Wib sebagai Tim Bantuan melaksanakan infiltrasi menuju daerah sasaran dengan Long Range Navigation menggunakan 1 unit Sea Rider, selanjutnya melaksanakan Ship Boarding di dinding kanan kapal sasaran dengan menggunakan tangga serbu di belakang Tim Alpha, untuk mengamankan Droping Zone Tim Charlie di Geladak Utama Kapal, setelah serbuan Tim Tempur maka Tim Bantuan merencanakan akan mengamankan seluruh Sandera yang berada di Kapal.

5. Tim Echo sebagai Tim Penjinak Bom melaksanakan pergerakan dari Lanud Halim Perdana Kusuma menuju sasaran dengan lintas udara menggunakan pesawat Heli Bell 412 TNI AL selanjutnya melaksanakan siaga udara di daerah sasaran menunggu panggilan dan melaksanakan Fast Ropping di Geladak Utama Kapal untuk melaksanakan penjinakan bom.

Setelah seluruh Tim Tempur Denjaka TNI AL berhasil melaksanakan infiltrasi secara senyap ke MV Jaya Kusuma Permai 3 yang telah dikuasai oleh Teroris dan sudah menempati posisi siap serbu di sasaran masing-masing, maka pada Jam “J” yang telah ditentukan yaitu pukul 05.00 Wib Komandan Detasemen Jala Mangkara Kolonel Marinir Suhartono memerintahkan seluruh Tim Tempurnya untuk melaksanakan serbuan kilat secara serentak tanpa melukai sandera.

Seluruh Teroris berhasil dilumpuhkan dengan kondisi sandera dalam keadaan selamat, Seluruh Tim Tempur melaksanakan pembersihan di sektor sasaran masing-masing, selanjutnya Tim Bravo yang melumpuhkan Teroris di Ruang Kontrol Mesin menemukan paket yang diduga bahan peledak dan melaporkan kepada Dandenjaka, selanjutnya Dandenjaka memerintahkan Tim Echo untuk melaksanakan identifikasi dan penjinakan bom. Tim Echo yang masih berada di Heli Bell pada posisi siaga segera melaksanakan Fast Ropping di Geladak Utama Kapal dan menuju ke Ruang Kontrol Mesin untuk melaksanakan identifikasi paket yang diduga bahan peledak tersebut.

Sementara itu di perairan sekitar MV Jaya Kusuma Permai 3, sudah siap aparat Kepolisian yang dipimpin oleh Manager TKP yang bersiap untuk melaksanakan serah terima kapal, sandera dan tersangka pelaku teroris serta melaksanakan olah TKP.

Setelah Tim Echo mengidentifikasi paket bom, langsung mengamankan paket bom tersebut dan memasukannya ke dalam Bomb Blanket untuk dipindahkan ke daerah aman selanjutnya akan dilaksanakan disposal. Seluruh unsur serbu melaksankan pengamanan dan dilanjutkan konsolidasi serta pengecekan kelengkapan personel, material dan mendata hasil operasi yang akan diserah terimakan kepada pihak Kepolisian.

Dengan berakhirnya proses serah terima kepada pihak Kepolisian maka berakhir pula Latihan Operasi Penanggulangan Teror di Kapal Super Tanker MV Jaya Kusuma Permai 3 oleh Detasemen Jala Mangkara TNI AL.

Sumber: Dispenal

Tahun 2014 TNI AU Diperkuat Alutsista Dirgantara Canggih

Presiden SBY naik dan mengamati interior pesawat CN 295 saat peninjauan di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)

27 Oktober 2011, Bandung, DMC – Mulai semester I pada tahun 2014 sesuai dengan rancang bangun kekuatan pertahanan pada renstra I (2010-2014) TNI Angkatan Udara diharapkan telah diperkuat dengan beberapa Alutsista Dirgantara baru yang lebih kompleks dan canggih. Hal ini dapat dilihat dari upaya-upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI yang melibatkan beberapa pihak seperti pelaku industri Pertahanan, kalangan akademisi dan tenaga-tenaga ahli lainnya.

Demikian dikatakan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro saat memberikan pembekelan kepada Perwira Siswa Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Udara Angkatan (Sesko AU) Angkatan XLVIII, Kamis (26/10) di Ksatrian Sesko AU. Dengan didamping Komandan Sesko AU, Marsda TNI Boy. Syahril Qamar, S.E Menhan memberikan pembekalan kepada 128 Pasis Sesko AU berpangkat Letkol dan Mayor dari beberapa kesatuan di Indonesia serta Siswa Mancan Negara yang berasal dari Amerika, Pakistan, Malaysia, Singapura, Thailand dan Korea Selatan.

Diharapkan dengan adanya pembekalan Menhan ini para siswa dapat mengerti dan mengimplementasikan segala kebiajakan pertahanan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diemban para siswa di satuannya masing-masing.

Sehubungan upaya pemenuhan Alutsista terbaru dan canggih ini Kemhan akan meng-upgrade sekitar 24 unit pesawat F-16 dengan Engine Block 25 menjadi Engine blok 52. 24 unit pesawat ini merupakan hasil hibah dari Pemerintah Amerika Serikat yang telah juga disetujui oleh Anggota Komisi I DPR RI. Pemerintah juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung upgrade tersebut sekitar 600 juta Dollar. Selain itu Kemhan juga akan melibatkan beberapa pihak termasuk tenaga ahli dari kalangan akademisi, peneliti serta kalangan pelaku industri pertahanan dalam negeri.

Menhan juga menambahkan TNI AU pada tahun 2014 juga akan diperkuat dengan 9 unit pesawat angkut jenis ringan terbaru CN – 295 hasil kerjasama antara Kemhan, PT. Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military Spanyol. Kedua perusahaan ini telah sepakat dan berkomitmen untuk menjalin kerjasama dalam pengadaan dan produk bersama pesawat CN-295 ini dengan menandatangani Nota Strategis Pengukuhan Kolaborasi Produk bersama Rabu lalu (25/10) di Hanggar PT DI.

Menhan mengatakan, untuk jangka yang lebih panjang lagi (Renstra II 2014-2015) Kemhan tengah menjalin kerjasama dengan Korea Selatan dalam hal produk bersama pesawat tempur KFX / IFX sebagai pesawat tempur generasi ke 4 setengah.

Dijelaskan Menhan, saat ini di Korea terdapat sekitar 34 tenaga ahli Indonesia yang berasal dari personel TNI, ITB, Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan tengah mengadakan tahap rancang bangun pesawat KFX / IFX. Rencananya sekitar 210 tenaga ahli Indonesia akan dikirim dengan berbagai fase produk bersama pesawat tersebut.

Dalam hal pengawasan dan pencegahan rencananya pada tahun 2104 untuk seluruh wilayah udara Indonesia, Kemhan berupaya untuk menutup dan melindungi wialayah udara ini dengan dilengkapi sistem radar yang canggih. Sementara ini peralatan pengawasan yang sudah ada saat ini adalah Integrated Maritime Surveillance System yang dipasang di beberapa titik strategis wilayah Indonesia.

Menhan menjelaskan keseluruhan dari rancangan pembangunan kekuatan pertahanan untuk Renstra I juga telah ditentukan skala prioritas pemenuhan kebutuhan alutsista TNI. Adapun pembangunan kekuatan ini, khusus TNI AU telah mencakup unsur Striking force atau pesawat tempur seperti F-16, Sukhoi, F-5, serta Multifanction Force seperti pesawat Hercules, CN -295, CN -235.

Sumber: DMC

PT DI Bisa Produksi 12 Pesawat per Tahun

Presiden SBY mencoba naik pesawat CN 295 produksi PT DI, pada peninjauan di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)

28 Oktober 2011, Bandung (SINDO): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) optimistis mampu memproduksi 12 pesawat jenis CN untuk memenuhi kebutuhan pasar Asia Pasifik.

Kesiapan ini berdasar kemampuan dan pengalaman yang dimiliki tenaga ahli perusahaan yang berbasis di Bandung tersebut menggarap pesawat jenis tersebut,termasuk CN-235. Direktur Aerostructure PT DI Andi Alisjahbana mengungkapkan, produksi CN-295 akan terlebih dulu dibuat di pabrik Airbus Military Industry di Spanyol. Selain untuk melatih teknisi, langkah tersebut diambil untuk memberi kesempatan bagi PT DI mempersiapkan investasi bahan baku dan alat.

Baru kemudian produksi bisa dilakukan di Indonesia. "Nantinya, PT DI akan bertanggungjawab pada proses final essambly CN-295 dengan komposisi bahan baku 50% oleh PT DI dan 50% oleh Airbus Military. Untuk membuat CN 295, PT DI juga masih membutuhkan bahan baku dari negara lain. Seperti engine dari Kanada, avionik dari AS, dan beberapa komponen lain dari Spanyol dan negara lain,"’ jelasnya. Menurut dia, membuat CN- 295 nyaris sama dengan membuat CN 235. Yang membedakan adalah CN-295 lebih panjang tiga meter.

Adapun produksi CN 295 pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) sendiri tidak ada perbedaan mendasar dengan stuktur CN sejenis.Perbedaaan hanya terdapat pada struktur tempat duduk yang di buat memanjang mengikuti panjang pesawat. Sehingga bisa membawa 70 pasukan serta mengangkut barang dalam jumlah besar. Seperti diberitakan sebelumnya, perusahaan pesawat terbang berplat merah itu secara resmi memulai kerjasama dengan Airbus Military pesawat CN-295. Pada tahap awal,PT DI akan memproduksi sembilan pesawat CN-295 untuk memenuhi pesanan TNI Angkatan Udara (AU) dengan nilai kontrak mencapai USD325 juta.

Perjanjian kerja sama produksi CN-295 antara PT DI dan Airbus Military disaksikan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).Presiden berharap kerjasama ini menjadi tonggak kebangkitan perusahaan yang pernah jaya di masa kepemimpinan BJ Habibie. Andi menggariskan kerjasama PT DI dengan Airbus Military bukan hanya pada produksi dan pemasaran CN-295, tapi beberapa tipe CN lainnya, CN 235,CN 212-200,dan CN 219.Dia optimis empat tipe pesawat tersebut akan diserap pasar karena masing-masing tipe memiliki kelebihan berdasarkan kebutuhan suatu negara.

Negara yang butuh pesawat dengan daya angkut kecil tapi lincah bisa memesan CN 219 dengan kapasitas 19 penumpang atau CN 212-200 dengan kapasitas 24 Penumpang.Sementara bila kebutuhannya lebih besar lagi, bisa memesan CN 235 (42 penumpang) atau CN 295 (70 penumpang). Ekonom dari Univesitas Padjadjaran (Unpad) Acuviarta Kurtubi mengatakan, pesanan sembilan pesawat CN 295 oleh Kemhan akan sangat membantu PT DI untuk bangkit dari keterpurukan sejak beberapa tahun silam.

Terlebih, dalam kurun waktu beberapa waktu ke depan, pemerintah akan membelanjakan sekitar Rp150 triliun untuk keperluan alat utama sistem senjata(alutista). Peluang tersebut semestinya dimanfaatkan BUMN dalam negeri. ”Namun demikian, karena yang dijual adalah pesawat, pemerintah tetap harus campur tangan. Seperti halnya yang dilakukan Amerika Serikat. Penjualan pesawat tempur dilakukan pada pembicaraan tingkat tinggi,”jelasnya dia.

Sumber: SINDO

Panglima Tutup Latma Gultor

Sejumlah pasukan Anti Teror TNI/Polri mengikuti upacara penutupan latihan bersama penanggulangan teror di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (28/10). (Foto: ANTARA/Arif Dispen/Koz/Spt/11)

28 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): PANGLIMA TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menutup acara Latihan Bersama Penanggulangan Teror (Latma Gultor) TNI-Polri 2011 bersandi Waspada Nusa III.

Menurutnya, Latma Gultor yang diselenggarakan pada 25-28 Oktober ini berlangsung lancar sesuai yang dilancarkan. "Latihan ini merupakan kesinambungan dari latihan serupa tahun lalu," kata Panglima di Markas Besar TNI di Jakarta, Jumat (28/10).

Penyelenggaraan latihan ini, kata Panglima, merupakan wujud sinergi TNI-Polri dalam menghadapi dan memerangi terorisme di seluruh pelosok Nusantara.

Dikatakan Panglima, hal yang paling menonjol dalam latihan ini adalah sinergitas TNI-Polri. "Mulai tahap perencanaan, mekanisme dan prosedur serta peningkatan kemampuan masing-masing grup di dalam penyelesaian masalahnya masing-masing," katanya.

Sinergitas ini, kata Panglima, telah diinstruksikan oleh Presiden agar TNI-Polri meningkatkan koordinasi dan sinergi positif dalam penanggulangan aksi terorisme.

Latma Gultor ini diselenggarakan dengan diakhiri simulasi penanganan teror oleh TNI-Polri di lima tempat secara serentak.

Di Hotel Borobudur, penanganan dilakukan oleh Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 Mabes Polri, di Hotel Sultan oleh Satuan 81 Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus TNI AD, di Tanjung Priok oleh Detasemen Jalamangkara (Denjaka) TNI AL, di Bandara Soekarno-Hatta Detasemen Bravo (Den Bravo) TNI AU dan di gedung TVRI.

Sumber: Jurnas

Kamis, 27 Oktober 2011

Tentara Indonesia Juara Tembak se-Asean


27 Oktober 2011, Depok (bisnis-jabar.com): Indonesia yang diwakili oleh TNI Angkatan Darat menjadi juara umum Kejuaraan Tembak Angkatan Darat se-ASEAN (ASEAN Armies Rifle Meet/AARM) ke-21 2011 di Lapangan Tembak Markas Divisi-1/Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat, 14-27 Oktober 2011.

Dalam acara penutupan Kejuaraan Tembak Angkatan Darat se-ASEAN itu, di Cilodong, Depok, Kamis, menyebutkan, Indonesia memperoleh 9 trofi piala dari 15 trofi piala bergilir dengan jumlah perolehan medali sebanyak 39 medali, yakni 18 medali emas, 13 medali perak dan 8 medali perunggu.

Sementara di posisi kedua dipegang oleh Thailand yang mendapatkan dua trofi dengan 24 medali, yakni empat medali emas, 10 medali perak dan 10 medali perunggu. Di urutan ketiga dipegang oleh Filipina yang mendapatan dua trofi dengan 13 medali, yakni empat medali emas, lima medali perak dan empat medali perunggu.

Kontingen Singapura berada di posisi keempat dengan peroleh dua trofi dan mendapatkan 14 medali, yakni empat medali emas, empat medali perak dan enam medali perunggu.

Sedangkan, kontingen lainnya dari Myanmar dan Vietnam hanya mendapatan satu medali, yakni medali perunggu. Brunei Darussalam, Kamboja dan Laos tidak mendapatkan satu pun medali.

Enam cabang pertandingkan dalam kejuaraan tembak itu, yakni pistol putra putri, senapan, senjata otomatis, karaben, dan novelty shoot yang khusus dilombakan antar pimpinan angkatan darat negara-negara ASEAN.

Usai penutupan lomba itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhi Wibowo mengaku bersyukur kontingen TNI AD bisa memenangkan pertandingan AARM 2011.

“Perolehan ini sangat membanggakan. Saya harap, ke depan prajurit TNI AD menunjukan prestasi yang lebih baik lagi,” katanya.

Terlebih lagi, TNI AD dalam AARM kali ini maupun AARM sebelum-sebelumnya selalu mengandalkan senapan/pistol buatan negeri sendiri (PT Pindad).

“Ini membuktikan bahwa produk dalam negeri pun sudah sangat patut untuk kita banggakan. Di tangan prajurit-prajurit kita yang terlatih, senapan/pistol buatan negeri sendiri kini telah menjelma menjadi senjata yang sangat presisi dan mengundang kagum bagi negara lain. Saya dengar ada negara lain yang mulai memesan senjata ke PT Pindad,” paparnya.

Menurut dia, kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahunnya itu bisa meningkatkan kerja sama antara negara-negara ASEAN.

“Komunikasi dan interaksi yang intensif antarangkatan darat se-ASEAN dapat meningkatkan kerja sama dan ikatan persaudaraan,” ujarnya seraya mengataan omba tersebut juga merupakan ajang untuk mengukur kemampuan dan profesionalisme masing-masing petembak.

Ia pun berharap kontingen TNI AD bisa memenangkan kejuaraan tembak pada AARM ke-22 di Brunei Darussalam pada 2012 mendatang. Kita berharap bisa merebut kemenangan kembali, meski masing-masing negara juga akan mempersiapkannya dengan baik,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Komandan Kontingen TNI Angkatan Darat Letkol Inf Djon Afriandi, mengaku senang dengan perolehan medali yang didapat oleh peserta kontingen TNI AD.

“Perolehan 9 trofi sesuai yang ditargetkan, dimana tahun sebelumnya hanya mendapatkan 8 trofi,” katanya.

Untuk kejuaraan tembak AARM selanjutnya di Brunei, tambah dia, pihaknya berharap kontingen TNI AD bisa kembali memenangkan kejuaraan itu.

“Sebelumnya, kami akan melakukan evaluasi dari hasil pertandingan ini. Karena dari 5 trofi perorangan, kami hanya mendapatkan satu trofi,” ujarnya.

Sumber: Bisnis Jabar

Menneg BUMN Minta PTDI dan Pindad Fokus

Presiden SBY meninjau alutsista produksi PT Dirgantara Indonesia dan PT. Pindad, pada peninjauan di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10) pagi. (Foto: abror/presidensby.info)

27 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan meminta Direksi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Pindad untuk memokuskan energi melaksanakan kontrak kerja Alutsista dari pemerintah agar sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

"PTDI dan Pindad diminta untuk fokus menuntaskan kontrak kerja sesuai skedul, jangan ada penyelesaian proyek yang meleset agar perusahaan mendapatkan nilai tambah," kata Dahlan Iskan di PTDI Kota Bandung, Rabu.

Ia meminta kepada jajaran direksi BUMN Strategis yang mendapatkan kontrak pengadaan alutsista dari pemerintah dalam jumlah dan nilai yang besar untuk fokus dan tidak disibukan dengan hal-hal yang bisa mengakibatkan penyelesaian kontrak di keluar dari skedul.

Bila tidak fokus dalam pengerjaan proyek besar itu, potensi realisasi kontrak dengan pemesan tidak akan tertangani.

"Dengan menyelesaikan kontrak tepat waktu dan tidak meleset, sudah menjadi nilai plus dan mengharumkan perusahaan. Jelas hal itu akan mempercepat kebangkitan," kata Dahlan Iskan.

Ia menyebutkan, kepercayaan dari pengguna produk PTDI dan Pindad yang begitu besar harus dijawab dengan sungguh-sungguh.

"Proyek dari pemerintah dalam pengadaan alutsista bagi PTDI dan Pindad nilainya cukup besar. Ini kesempatan,tunjukan penyelesaian kontrak tepat waktu dengan kualitas bagus, maka itu sebuah promosi luar biasa yang tidak perlu keluar dana besar," kata Dahlan Iskan.

Sementara itu untuk memfasilitasi dan komitmen pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN terhadap revitalisasi PTDI, maka dilakukan penandatanganan kredit dari Bank BRI senilai Rp1 triliun.

"Hari Rabu (26/10) petang ini, kami menandatangani kredit dari Bank BRI senilai Rp1 triliun untuk modal PTDI," kata Dahlan.

Sementara itu Direktur Utama PTDI Budi Santoso menyebutkan langkah restrukturisasi perusahaan telah dilakukan, salah satunya melalui suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) dan penyertaam modal kerja sehingga membuat ekuitas PTDI menjadi positif.

"Pada 2010 ekuitas PTDI negatif karena beban masa lalu, kami tak banyak menerima kontrak karena tidak ada modal, namun pada 2011-2012 dengan tambahan modal dan penyertaan modal negara membuat kami bisa kembali memproduksi dan mengerjaan kontrak," kata Budi Santoso.

Dengan ekuitas positif, maka kami bisa ikut tender dan bisa mengajukan kredit modal ke perbankan. Pada kesempatan itu, pihaknya juga merencanakan melakukan up grade fasilitas yang rata-rata sudah berusia di atas 20 tahunan.

"Up grade fasilitas perlu dilakukan agar pekerjaan dan kapasitas lebih baik," kata Direktur Utama PTDI itu menambahkan.

Sumber: ANTARA News

TNI AL Rencanakan Latihan Perang Besar-besaran

(Foto: Koarmatim)

27 Oktober 2011, Jakarta (Jurnas.com): TNI Angkatan Laut akan melakukan latihan perang laut secara besar-besaran bersandi Armada Jaya XXX/2011 pada 30 Oktober hingga 16 November mendatang. Latihan ini menjadi tolak ukur kemampuan dan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) dan kesiapsiagaan sistem senjata armada terpadu (SSAT).

“Mulai dari Laut Jawa hingga puncaknya pelaksanaan operasi amfibi berupa pendaratan pasukan pendarat marinir di Sangatta, Kalimantan Timur,”kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Kamis (27/10).

Menurut Kadispenal, TNI AL akan menurunkan seluruh senjata yang tergabung dalam SSAT. “Mulai Kapal perang, pesawat udara, marinir, dan pangkalan,”katanya.

Untung merinci, latihan ini akan diikuti empat ribu personel dengan 21 jenis kapal perang. Kapal-kapal ini terdiri dari Kapal selam, kapal perusak kawal rudal, kapal cepat rudal, kapal perusak kawal, kapal angkut tank, kapal buru ranjau, kapal tanker, dan kapal bantu tunda. Diturunkan juga enam pesawat masing-masing 3 Unit Pesawat Cassa dan 3 unit Helikopter. Selain itu, 93 unit Kendaraan tempur pasukan pendarat (ranpur pasrat).

Sumber: Jurnas

"Teroris Kuasai" Lima Obyek Vital

Petugas Inafis memeriksa jenasah teroris saat simulasi latihan bersama TNI-Polri penaggulangan terorisme di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (27/10). Latihan yang diikuti personil TNI sebanyak 470 orang dan Polri 2.180 personil tersebut, bertujuan sebagai pedoman agar penanggulangan terorisme dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan mencapai sasaran. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/ss/nz/11)

27 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Teroris secara bersamaan menguasai lima obyek vital di laut dan darat wilayah Jakarta dan Banten. Mulai dari beberapa hotel jaringan internasional hingga Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.

Lima obyek vital yang dikuasai teroris adalah kapal KM Wahana, Hotel Permata 1 dan Hotel Permata 2, menguasai stasiun televisi satelit 1 dan bandara internasional Kristal.

Dalam aksi tersebut para teroris menuntut pembebasan tokoh utama mereka, yakni X dan Y, yang ditahan pemerintah.

Menyikapi itu aparat kewilayahan baik di Jakarta maupun Banten, TNI maupun Polri melakukan koordinasi secara berjenjang.

Dari hasil dinamika di lapangan, maka diputuskan mengerahkan satuan-satuan antiteror TNI-Polri, yakni Detasemen Khusus-88 Mabes Polri, Satuan Gultor-81 Kopassus, Detasemen Jala Mangkara TNI Angkatan Laut dan Detasemen Bravo-90 TNI Angkatan Udara.

Itulah rangkaian singkat latihan gabungan penanggulangan teror TNI-Polri bersandikan "Waspada Nusa III" 2011.

Rangkaian latihan antiteror TNI-Polri di lima lokasi itu disaksikan secara langsung melalui layar lebar berukuran 5 x 3 meter oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Kepala Polri Jenderal Pol Timur Pradopo dan Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman di Lapangan Parkir Timur Senayan.

Hadir pula Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno dan perwakilan sejumlah negara sahabat.

Latihan kesiapsiagaan dan ketanggapsegeraan "Waspada Nusa III" itu melibatkan 470 personel Polri dan 2.180 personel TNI.


Personil anggota dari Den Bravo-90 TNI AU melakukan langkah taktis penanggulangan teroris yang menyekap tawanan di dalam pesawat di terminal 1 bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (27/10). Kegiatan tersebut merupakan latihan gabungan bersama TNI dan Polri, dimana dengan latihan ini, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan seluruh unsur yang ada dalam penanggulangan teror. (Foto: ANTARA/Lucky.R/ss/mes/11)


Personil gabungan TNI-Polri mengikuti latihan bersama penaggulangan terorisme di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (27/10). Latihan yang diikuti personil TNI sebanyak 470 orang dan Polri 2.180 personil tersebut, bertujuan sebagai pedoman agar penanggulangan terorisme di Indonesia dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan mencapai sasaran. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/mes/11)

Sumber: ANTARA News

Rabu, 26 Oktober 2011

40 Ahli Indonesia Rancang Pesawat Tempur KFX

Rancangan kokpit KF-X. (Foto: flightglobal)

26 Oktober 2011, Bandung (Jurnas.com): Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Heriyanto menyampaikan paparan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait Design Center program kerja sama Indonesia dan Korea Selatan untuk pengembangan pesawat tempur KFX/IFX. Pesawat KFX ini merupakan jenis pesawat tempur di atas generasi F-16 dan Sukhoi SU-27/30.

Eris Heriyanto menjelaskan hal itu saat Presiden SBY meninjau PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10).

Menurut Eris Heriyanto, saat ini sekitar 40 ahli-ahli penerbangan dari Kementerian Pertahanan, Kementerian Riset dan Teknologi, TNI AU, Institut Teknologi Bandung dan PT Dirgantara Indonesia dikirim ke Korea Selatan untuk mulai rancang bangun pesawat tempur KFX/IFX tersebut.

"Pesawat tempur KFX/IFX adalah generasi 4.5 sedangkan pesawat F-16 dan Sukhoi termasuk kategori generasi 4," kata Eris Heriyanto.

Sumber: Jurnas

Modernisasi Kekuatan Perang Semata untuk Mempertahankan Negara

Produk PTDI dipamerkan saat kunjungan Presiden RI ke PTDI. (Foto: Kantor Berita Radio Nasional)

26 Oktober 2011, Bandung, Jawa Barat (Presiden RI): Modernisasi dan pembangunan kekuatan perang yang kita lakukan semata-mata untuk mempertahankan kedaulatan negara. Juga sebagai kesiapan untuk menghadapi kontigensi dunia yang penuh ketidakpastian ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan hal ini saat meninjau PT Dirgantara Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10) pagi.

Bagi Indonesia, ujar Presiden SBY, perang merupakan jalan terakhir jika tidak ada cara yang lain. "Dalam setiap perselisihan atau konflik, kita akan tetap akan mengutamakan diplomasi, negosiasi politik, dan solusi damai. Tidak ada niatan bangsa Indonesia untuk menyerang negara lain. Tidak ada," Presiden menegaskan.

"Tetapi modernisasi dan pembangunan kekuatan ini semata-mata untuk mempertahankan negara kita, sekaligus sebagai kesiapan kita menghadapi kontigensi dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini. Itulah falsafah, prinsip, dan kebijakan utama Indonesia di bidang pertahanan negara" Kepala Negara menambahkan.

Pada awal sambutannya, SBY menegaskan bahwa sudah menjadi tekadnya dan telah menjadi kebijakan nasional untuk dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya bisa membangun postur pertahanan, modernisasi TNI, dan meningkatkan kemampuan pertahanan nasional untuk mengemban tugas negara. "Dalam tiga tahun mendatang kita akan menambah jumlah secara sigfinikan kekuatan Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Baik berupa alutsista yang modern maupun perangkat pendukungnya," kata Presiden SBY.

Presiden SBY dan Ibu Negara Hj Ani Yudhoyono tiba di Hanggar CN 235 sekitar pukul 10.00 WIB dan langsung menyaksikan demonstrasi penerjunan empat unit kontainer dan 10 penerjun Kopassus TNI-AD dari pesawat CN 295.

Saat ini PT DI masih konsisten mempertahankan bisnis utamanya sebagai satu-satunya industri kedirgantaraan nasional yang memproduksi pesawat terbang dan helikopter. PT DI juga membuat komponen dan perawatan purna jual untuk pesawat, baik pesawat buatan PT DI maupun produk perusahaan lain seperti Airbus.

Menurut Direktur Utama PT DI Budi Santoso, yang memberikan laporan sebelum sambutan Presiden SBY, memasuki usia 36 tahun PT DI telah mengalami pasang surut dan hantaman berbagai gelombang. Saat ini seluruh elemen di dalam PT DI secara bersama membangun kembali salah satu perusahaan yang pernah menjadi kebangaan Indonesia ini. "Bagai gayung bersambut, pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk merevitalisasi industri pertahanan, yang salah satu perwujudannya adalah melakukan penyelamatan PT Dirgantara Indonesia dengan program restrukturisasi dan revitalisasi melalui PT Perusahaan Pengelola Aset," Budi Santoso menjelaskan.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa sekarang ini telah dilakukan revitalisasi industri pertahanan secara bertahap dengan mengoptimalkan produksi dalam negeri yang didukung anggaran multiyears, termasuk produksi bersama di Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah. Menhan juga mengingatkan bahwa sasaran strategis yang ingin dicapai adalah revitalisasi industri dalam negeri menuju kepada kemandirian produksi untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI.

Pada 9 Desember 2009 lalu, Presiden SBY mengarahkan untuk loka karya revitalisasi industri pertahanan. Dari sana terbentuklah Komite Kebijakan Indutri Pertahanan (KKIP) melalui Perpres No.42/2010 yang menghasilkan cetak biru revitalisasi industri pertahanan yang undang-undangnya tengah digodok bersama Komisi I DPR RI.

Usai memberikan sambutan, Kepala Negara akan meninjau pesawat CN 295 dan produk PT DI lainnya. Turut hadir Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana, dan Kapolri Timur Pradopo.

Sumber: Presiden RI

SBY: Industri Senjata TNI Bukan untuk Perang

Presiden SBY meninjau contoh helikopter produksi PT DI, saat meninjau di Hanggar CN 235 kompleks PT DI, Bandung, Rabu (26/10). (Foto: presidensby.info)

26 Oktober 2011, Bandung (TEMPO Interaktif): Pemerintah sedang getol melakukan revitalisasi industri pertahanan dan peningkatan kekuatan dalam negeri. Sejumlah pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI dan kebutuhan Polri semakin ditingkatkan diantaranya pengadaan CN-295, F-16 dan lain sebagainya.

Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono langkah yang dilakukan pemerintah ini bukanlah untuk persiapan jika terjadi perang atau konflik dengan negara lain.

"Saya ingin bicara untuk didengar negara-negara lain. Bagi Indonesia perang itu jalan terakhir, jika tidak ada jalan lain,"ujarnya dalam acara "Pengukuhan Kembali Kerja Sama PT DI dengan Airbus Military, yang digelar di Hanggar CN235, PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Rabu 26 Oktober 2011.

SBY mengatakan modernisasi dan pembangunan kekuatan persenjataan khususnya untuk TNI semata-mata untuk mempertahankan negara kita. Tentu juga sekaligu untuk mempersiapkan negara kita dalam kontijensi dunia yang saat ini penuh ketidakpastian.

Untuk perselisihan atau konflik dengan negara lain, kata dia, pemerintah Indonesia tentu saja terlebih dulu akan melakukan penyelesaian dengan cara damai. "Kita gunakan jalur diplomasi. Tidak ada niatan Indonesia untuk menyerang negara lain,"ujarnya.

Dengan persenjataan yang mumpuni, kata dia, diharapkan pertahanan akan lebihmeningkat signifikan di tahun-tahun mendatang. "Telah jadi tekad dan keputusan saya selaku Presiden dan kebijakan nasional kita dalam kurun waktu lima tahun ini dan seterusnya bisa membangun postur pertahanan dan moderninasi TNI kita," ujarnya.

Dalam tiga tahun mendatang, tambah SBY, pemerintah akan menambah secara signifikan kekuatan TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan LAut (AL) dan Angkatan Udara (AU). "Baik itu berupa alutsista modern maupun pendukungnya." ujarnya.

"Saya tegaskan sekali lagi, bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kedaulatan dan keutuhan wilayah negaranya. Kita cinta damai tapi NKRI harga mati,"kata dia, yang kemudian disambut gemuruh tepuk tangan.

Sumber: TEMPO Interaktif

Sjafrie:Kalau PT DI Bisa Lebih Murah, Kemenhan akan Beli Lebih Banyak

Helikopter serang Apache akan dibeli Indonesia dari Boeing. (Foto: Dustin Senger, Fort Carson)

26 Oktober 2011, Bandung (Republika): Pemerintah mengklaim telah menyusun roadmap revitalisasi industri pertahanan. Termasuk penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

“Sebagai gambaran kebutuhan TNI dengan menggunakan produk PT DI, saya sebutkan dalam satuan skuadron,’’ kata Wakil Menteri Pertahanan sekaligus Sekretaris Komite Kebijakan Industri Pertahanan, Sjafrie Sjamsudin, di Bandung, Rabu (26/10). Satu skuadron adalah pesawat berkekuatan 12-16 pesawat.

Sjafrie mengatakan target kebutuhan TNI yang akan dipesan ke PT DI menggunakan acuan tenggat waktu per semester pertama 2014. Rinciannya, sebut dia, adalah satu skuadron helikopter serbu Bell 412. Kemudian, CN-295 juga akan ditambah satu skuadron untuk patroli maritim. TNI AU, tambah dia, butuh helikopter Cougar 725.

Juga, helikopter serang untuk TNI AD. Khusus untuk TNI AD, helikopter Apache akan dibeli langsung dari Boeing, tapi juga ada pemesanan helikopter produk kolaborasi PT DI dengan Eurocopter.

Yang pasti, tambah Sjafrie, satu skuadron CN-295 akan diminta mulai awal 2012 sudah ada pengiriman bertahap sampai semester pertama 2014. Dia mengatakan kalau PT DI bisa memberikan harga lebih murah, Kementerian Pertahanan akan membeli lebih banyak produk perusahaan tersebut. “Karena anggarannya Rp 325 triliun,’’ kata dia.

Sjafrie berharap PT DI sudah bisa menentukan harga, karena komitmen dari Kementerian Pertahanan sudah ditandatangani. Harapannya, kerja sama ini bisa terealisasi segera. “Kami juga berharap manajemen produksi juga harus bagus, karena manajerial diperlukan terkait peluang Kementerian Pertahanan yang diberikan kepada PT DI untuk berproduksi,’’ tegas dia.

Sumber: Republika

Pemerintah Alokasikan US$ 325 Juta untuk CN-295

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono melakukan peninjauan pesawat CN 295 saat berkujung ke PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10). Presiden berharap pembuatan pesawat CN-295 dapat menandai kebangkitan industri pertahanan Indonesia, dimana PT DI menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen tunggal pemasaran pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik. (Foto: Bisnis Jabar)

26 Oktober 2011, Bandung (TEMPO Interaktif): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini menjadi era lahirnya CN-295 di Indonesia. Pemerintah pun telah mengalokasikan dana yang tak sedikit untuk pengadaan pesawat tersebut .

"Pemerintah telah mengalokasikan US$ 325 juta untuk pengadaan transportasi bagi TNI AU dengan pilihan CN-295 produk PT DI bekerjasama dengan Airbus Military Industry (AMI)," kata Purnomo dalam acara "Pengukuhan kembali kerjasama PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military", di Bandung, Rabu 26 Oktober 2011. "Diharapkan pada semester I tahun 2014 nanti akan selesai paling sedikit sembilan buah CN-295,".

Menurut Purnomo, PT DI adalah salah satu BUMN yang patut dikembangkan dimana memiliki posisi strategis baik dalam konteks pertahanan, ekonomi, teknologi dan industri kedirgantaraan.

Kerja sama dengan Airbus Military ini tentu saja bermanfaat bagi PT DI. Diantaranya bertambahnya kemampuan, beban kerja dan alih teknologi. "Juga dapat menyerap tenaga kerja lebih dari 2000 orang,"kata dia.

Selain itu, lanjut dia, PT DI mendapat kandungan lokal, nilai tambah ekonomi dan menjadi produsen tunggal untuk kawasan Asi Pasifik. Tak ketinggalan efek finansial dan manajemen untuk meningkatkan kinerja PT DI dan kemampuan bersaing di Asia Pasifik.

"Mempunyai prospek pasar di Asia Pasifik karena kebutuhan pesawat transport untuk ukuran sedang cukup tinggi dikawasan,"ujarnya.

Dalam acara ini pula telah ditandatangani nota kesepahaman antara Kementerian Pertahanan dengan PT DI untuk pengadaan/ pembelian pesawat CN-295 produk PT DI guna pemenuhan kebutuhan TNI pada tahun 2014.

Sumber: TEMPO Interaktif

Presiden Harap CN-295 Tandai Kebangkitan Industri Pertahanan

C-295 milik Republik Ceko. (Foto: Airbus Military)

26 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap kerja sama pembuatan pesawat CN-295 antara PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Airbus Military dapat menandai kebangkitan industri pertahanan Indonesia.

Dalam sambutannya pada acara penandatanganan kerja sama di Kompleks PT DI, Jakarta, Rabu, Presiden menyatakan keyakinannya bahwa industri pertahanan Indonesia dapat bangkit kembali dan memiliki masa depan yang baik.

"Saya bukan hanya sekedar yakin, tapi justru kebijakan kita termasuk solusi terhadap 'financing' dan termasuk pula pemesanan, pembelian, alutsista dari PT DI adalah jalan yang nyata untuk sekali lagi melakukan revitalisasi dan pemajuan industri strategis yang menjadi kebanggaan kita bersama," tuturnya.

Meski telah mengalami berbagai masalah dan tantangan sejak krisis moneter 1997/1998, Presiden mengatakan, PT DI terbukti tetap bisa bertahan berkat kepemimpinan manajemen, bantuan pemerintah, dan juga loyalitas karyawan.

Penandatanganan nota kesepahaman yang disaksikan oleh Presiden Yudhoyono adalah kerja sama produksi, operasional, dan pemasaran antara PT DI dan Airbus Military yang bermarkas di Sevilla, Spanyol.

Dengan adanya kerja sama tersebut, PT DI menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen tunggal pemasaran pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik.

Selain itu, dilakukan juga penandatanganan nota kesepahaman antara PT DI dan Kementerian Pertahanan untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI pada 2014 dengan produksi PT DI.

Presiden pada acara tersebut juga menyaksikan penandatanganan kesepakatan antara Polri dan PT DI untuk pembelian alat-alat produksi PT DI untuk memenuhi kebutuhan Polri.

Menurut Presiden, seluruh nota kesepahaman dan kesepakatan tersebut merupakan peluang yang bisa diraih PT DI untuk kejayaan pada masa depan.

"Ini adalah contoh nyata kerja sama saling menguntungkan dan tentu saja 'benefit real' akan diberikan kepada PT DI yang tentu saja harus kita berikan dukungan penuh," demikian Presiden.

Sumber: ANTARA News

Presiden Minta Pindad Produksi Rantis Baru


26 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta PT Pindad untuk memproduksi kendaraan taktis (rantis) varian baru untuk type 3/4 ton 4x4 guna memenuhi kebutuhan TNI dan Polri.

"Kendaraan taktis type baru seperti ini akan dibutuhkan, saya minta dalam dua bulan ke depan Pindad sudah bisa memberikan paparan prototipe-nya," kata Presiden Yudhoyono di sela-sela peninjauan panser produksi Pindad di halaman hanggar PTDI di Bandung, Rabu.

Presiden yang melakukan peninjauan bersama sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Panglima TNI, Kapolri, Gubernur Jabar dan sejumlah pejabat BUMN Strategis itu cukup lama mengamati dan bertanya soal spesifikasi dari prototype panser Rantis 3/4 ton 4x4 yang dipajangkan di sana.

Ia meminta Dirut PT Pindad Adik Aviantono Sudarsono untuk memberikan paparan kesiapan dan proses produksi panser rantis varian terbaru itu pada kunjungannya ke PT Pindad Desember 2011 mendatang.

Sementara itu Direktur PT Pindad Adik Aviantono Sudarsono menyebutkan, panser rantis 3/4 ton 4x4 tersebut baru diproduksi satu unit oleh PT Pindad atas kerja sama dengan pabrikan Renault dari Prancis.

"Panser itu chasis dan mesinnya dari Renault, sedangkan body dan komponen lainnya dibuat sendiri oleh PT Pindad. Saat ini baru satu unit, namun pemesannya sudah ratusan," kata Adik Aviantono.

Panser rantis dengan empat ban tersebut merupakan kendaraan taktis yang diperuntukan di medan yang tidak terlalu berat. Kendaraan militer dengan kapasitas mesin 4.700 CC tersebut memiliki mobilitas yang tinggi serta lincah.

"Kendaraan itu cocok untuk TNI AD, AU atau kepolisian, mobilitasnya tinggi dan pas untuk patroli di lapangan airport dan operasi darat. Namun belum amfibi," kata Adik.

Ia mengakui, untuk memproduksi panser rantis varian baru itu, PTDI tidak mengalami banyak kesulitan. Pasalnya merupakan varian turunan dari Paner Anoa yang selama ini diproduksi oleh perusahaan itu.

"Rantis 3/4 ton itu turunan dari Panser Anoa, tidak akan terlalu terkendala dalam pengembangannya," katanya.

Tampilan Rantis 3/4 ton 4x4 tersebut lebih garang, tangguh dan lebar. Spesifikasinya lebih besar dari kendaraan taktis 4x4 yang ada saat ini.

Menurut Adik, saat ini masih dalam pengembangan, dan bila tidak ada halangan rantis varian baru produk Pindad itu sudah bisa dituntaskan pada 2014.

Sementara itu, dalam program revitasasi alutsista mendapat sejumlah pesanan kendaraan tempur dan kendaraan taktis, disamping persenjataan dan amunisi.

Untuk kendaraan tempur dan taktis, PT Pindad mendapat pesanan produksi Panser Anoa sebanyak 55 unit, Panser 5 ton 330 unit, Panser 2,6 ton 660 unit dan tank 52 unit.

Selain memenuhi kebutuhan kendaraan tempur dan taktis, Pindad juga mendapatkan pesanan Panser Anoa dari Malaysia.

Sementara itu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengharapkan Pindad tetap eksis mengembangkan produk dan varian baru dari kendaraan tempur dan taktis yang ada saat ini sehingga bisa bersaing di pasar global.

"Pindad harus menjadi perusahaan dengan produk berkelas dunia, dimana produknya seperti Panser Anoa dan yang lainnya menjadi bagian dari berbagai operasi internasional," kata Menteri Pertahanan menambahkan.

Sumber: ANTARA News

AS Menyerahkan IMSS Kepada Pemerintah RI


25 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang dalam hal ini diwakili Wakil Dubes AS untuk RI Ted Osius secara simbolis menyerahkan perangkat Integrated Maritime Surveillance System (IMSS) kepada pemerintah Republik Indonesia yang diterima Dirjen Kuathan Kemenhan Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto yang selanjutnya diserahkan kepada Wakasal Laksamana Madya TNI Marsetio di Koarmatim Ujung, Surabaya, Selasa (25/10. Kegiatan tersebut dihadiri pejabat dari Kemenhan RI, Mabes TNI, Mabesal, Pangamatim Laksda TNI Ade Supandi, SE dan para staf Dubes AS untuk RI.

Integrated Maritime Surveillance System (IMSS) merupakan suatu sistem yang terdiri dari tatanan hardware dan personel yang mengintegrasikan sistem komando dan pengendalian (Kodal) dengan memanfaatkan sarana radar dan long range camera pengamatan maritim yang dipasang di pantai/darat, kapal maupun pesawat udara.

Sejak tahun 2006, pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat secara aktif bekerja sama dalam perencanaan dan pemasangan sistim tersebut. Dengan selesainya proyek tersebut, IMSS dapat menjangkau 1.205 km garis pantai di Selat Malaka dan sekitar 1.285 km garis pantai di laut Sulawesi yang menjadikan sistem ini sebagai jaringan pengawasan meritim terintegrasi yang terbesar di dunia. Bantuan ini menjadikan Indonesia mampu mengembangkan kemampuannya mendeteksi, melacak dan memonitor kapal-kapal yang melintasi perairan teritorialnya dan perairan internasional.


Hal ini merupakan sebuah kemampuan yang penting dalam rangka memerangi aksi pembajakan, pencurian ikan, penyelundupan dan terorisme di dalam wilayah maritim Indonesia dan sekitar wilayah perbatasan Indonesia. IMSS tersebut telah mencapai keberhasilannya di Indonesia, pada bulan Januari 2011 komponen IMSS di Batam digunakan untuk mendukung pencarian dan penangkapan 9 bajak laut yang beroperasi di Selat Malaka antara Batam dan Singapura.

Dalam kesempatan tersebut juga dilaksanakan unjuk kemampuan terhadap operasional seluruh perangkat sistem IMSS wilayah timur Indonesia yang telah terpasang. Dalam unjuk kemampuan ini berupa Operational Demonstration dengan melibatkan beberapa Coastal Surveillance System (CSS) yang ada di Posal, Shipboards Surveillance System (SSS) di KRI, Regional Command and Control Center (RCC) di Lantamal VIII Manado dan Fleet Command and Control Center (FCC) yang berada di Puskodal Koarmatim.

Sumber: Dispenarmatim

Kopaska Tingkatkan Kemampuan RKBA


26 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim meningkatkan kemampuan tempur Renang Kompas Bawah Air (RKBA) di laut sekitar dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Rabu (26/10). Kegiatan itu diikuti oleh 30 personel Satkopaska Koarmatim guna memantapkan dan meningkatkan kemampuan tempur bawah air. Renang kompas bawah air dilaksanakan dengan peralatan selam, berupa fins, masker, snorkel, dan tabung oksigen. Jarak yang mereka tempuh sekitar kurang lebih 500 meter setart di dermaga Semenanjung PT. PAL dan finis di dermaga Sea Rider Ujung.

Pada saat yang bersamaan juga dilaksanakan Renang Militer (Renmil) oleh Siswa Sekolah Pasukan Katak (Sepaska) dari Pusat Pendidikan Khusus (Pusdiksus) Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) Surabaya. Latihan Renmil diikuti oleh 30 Siswa Sepaska angkatan XXXV tahun 2011 yang baru menjalani pendidikan dasar Kopaska selama tiga minggu. Kemampuan Remil merupakan salah satu proses dasar untuk menjadi manusia katak (Prajurit Kopaska).

Selama satu bulan penuh para Siswa Sepaska itu digembleng dalam kawah candra dimuka Kobangdikal dengan dibekali ilmu dan kemampuan dasar sebagai manusia katak berupa kemampuan ketahanan fisik berupa Road And Field (RF), Renang Militer (Renmil), pengenalan dan penggunaan peralatan tempur bawah air dan ketangkasan militer lainnya. Tahap lanjutan setelah pendidikan dasar selama satu bulan mereka akan menjalani minggu neraka Hell Week sebagai syarat masuk calon pasukan katak.

Jika menghadapi problem berupa Hell Week ini lulus, mereka akan melanjutkan pendidikan selanjutnya dengan materi pelajaran yang lebih luas mengenai kemampuan tempur laut khusus sebagai calon prajurit Kopaska. “Latihan dasar Kepaskaan itu bertujuan untuk mempersiapkan kemampuan fisik dan mental Siswa Sepaska untuk menjalani jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih berat”. Kata Komandan Sepaska, Kobangdikal Letkol Laut (T) A. Purwanto.

Sumber: Dispenarmatim

Selasa, 25 Oktober 2011

Skadron CN295 akan Perkuat Jajaran TNI AU

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninjau langsung pesawat transportasi militer CN 295 saat melakukan kunjungan kerja ke PT. Dirgantara Indonesia, Bandung, Jabar, Rabu (26/10). Peninjauan langsung SBY bersama Ibu Negara ini salah satunya sebagai peningkatan perjanjian pemasaran pesawat CN295 di Asia Pasifik. (Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra/ss/ama/11)

26 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News): Jajaran TNI-AU dalam tiga tahun ke depan akan diperkuat Skadron CN295 dengan pesawat produksi terbaru dari kerjasama PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Military.

"Pemerintah akan melakukan pembelian pesawat CN295, rencananya untuk satu skadron yang ditargetkan pada Semester I 2014 sebanyak sembilan pesawat itu sudah bergabung dengan jajaran," kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro didampingi Wakil Menhan Sjafrie Syamsudin di sela-sela kunjungan kerja Presiden ke PTDI, Rabu.

Pembelian pesawat yang merupakan pengembangan PTDI dengan Airbus Military itu, menurut Purnomo pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar 325 juta dolar AS dengan spesifikasi pesanan pesawat transpor bagi TNI AU.

Penandatanganan nota kesepahaman komitmen pembelian pesawat itu dilakukan antara Kementerian pertahanan dengan PTDI. Menurut Menhan, pembelian pesawat yang merupakan pengembangan dari pesawat CN235 produk PTDI itu juga bagian dari revitalisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia.

Uji coba penerbangan dalam negeri dilakukan oleh pilot TNI-AU untuk kebutuhan operasional TNI-AU, AD serta Polri seperti loading dan unloading kendaraan VVIP. Pesawat itu juga sangat berguna untuk bantuan operasi kemanusiaan, penanggulangan bencana.

Selain itu, TNI-AU juga akan menambah dua skadron F-16 pada 2014 setelah DPR menyetujui hibah 24 pesawat tempur F-16 Blok 25 dari Amerika Serikat yang akan di upgrade setara dengan Blok 52.

"Ditargetkan pada 2014 sebanyak 16 pesawat F-16 itu sudah bergabung dan memperkuat skadron yang ada saat ini. Pesawat itu diupgrade setara Blok-52 berikut persenjataanya yang lengkap," katanya.

Selain itu, pembelian pesawat dari PTDI juga dilakukan untuk helikopter N-Bell dan Super Puma.

Lebih lanjut Menhan Purnomo Yusgiantoro yang juga Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) menyebutkan bahwa saat ini telah menghasilkan blue print revitalisasi industri pertahanan, dan bersama Komisi I DPR dibahas UU revitalisasi Industri Pertahanan.

"Kebijakan ini memiliki urgensi dan relevansi dengan kepentingan nasional menuju kemandirian," kata Purnomo.

Menteri menyebutkan, pada masa Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, selama lima tahun dialokasikan anggaran untuk memenuhi pengaraan, pemeliharaan dan perawatan alutsista sebesar Rp150 triliun.

"Peningkatan kemampuan alusista sangat diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan mengamankan NKRI wilayah darat, laut dan udara nasional, disamping untuk menghadapi ancaman-ancaman non-tradisional," katanya.

Terkait kerjasama dengan PTDI dalam pengadaan pesawat terbang, menurut Purnomo merupakan realisasi dari pemanfaatan produk dalam negeri dalam pengadaan dan revitalisasi alutsista.

Menurut Menhan, PTDI mempunyai posisi strategis dalam konteks pertahanan, ekonomi, teknologi dan industri kedirgantaraan.

Sumber: ANTARA News

Fraksi PDIP 'Ngotot' Tolak Hibah Pesawat F16

F-16A milik USAF. (Foto: USAF)

26 Oktober 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tetap menolak hibah 24 pesawat F-16 meski pemerintah dan DPR sudah setuju. "Saya sebagai anggota berhak menolak atau keberatan pengadaan hibah tersebut," kata Ketua Fraksi PDIP Tjahyo Kumolo dalam pesan pendeknya kepada Tempo, Rabu 26 Oktober 2011.

Tjahyo berujar prinsip kedaulatan politik seharusnya diterapkan dalam pengambilan keputusan. Apalagi dana untuk meningkatkan kemampuan jet tempur itu tidak sedikit. Jumlahnya sebanding dengan harga enam F-16 baru.

"Termasuk kategori hibah bersyarat yang jelas memberatkan. Lebih baik beli baru yang jangkauan masa terbangnya tidak seperti kondisi hibah," ujarnya. Sekretaris Jenderal PDIP ini melanjutkan, pemutakhiran 24 unit pesawat harus disetarakan dengan blok 52 atau jenis terbaru.

Kementerian Pertahanan menginginkan pemutakhiran pesawat jet F-16 dari awalnya blok 25 menjadi blok 32. Dengan berbagai syarat, akhirnya mayoritas anggota komisi setuju, apalagi pemerintah sudah serius berunding soal itu.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku senang Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR akhirnya menyetujui hibah 24 F-16 dari Amerika Serikat. "Alhamdulillah, DPR Komisi I sudah setujui," kata dia usai rapat kerja dengan Komisi Pertahanan, Selasa 25 Oktober 2011.

Sebelumnya Komisi Pertahanan sempat menolak rencana Kementerian Pertahanan untuk menerima hibah pesawat tempur bekas seri F-16 dari Amerika Serikat. Komisi menilai meski harga 24 pesawat tempur F-16 bekas itu setara dengan 6 pesawat F-16 baru, biaya pemeliharaan pesawat bekas akan jauh lebih mahal.

Sumber: TEMPO Interaktif

SBY Siapkan Nama Kendaraan Tempur Pindad

Panser Anoa 6x6 varian APC. (Foto: Berita HanKam)

26 Oktober 2011, Bandung (KOMPAS.com): Dalam sambutannya di PT Dirgantara Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut PT Pindad dianggap berhasil memproduksi kendaraan tempur. Presiden pun melemparkan tantangan.

Tantangan tersebut berupa membuat kendaraan tempur kelas dunia. Kendaraan itu diharapkan bisa dipergunakan tentara semua angkatan dan juga bisa dipakai di negara lain.

"Saya sudah mempersiapkan nama yang khas Indonesia dan diberikan bila kendaraan tersebut rampung," kata SBY.

Hingga berita ini diturunkan, Rabu (26/10/2011), Presiden bersama rombongan masih meninjau pameran pesawat terbang buatan PT Dirgantara Indonesia.

Presiden: Indonesia Tak Mau Serang Negara Lain

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, upaya Indonesia meningkatkan alat utama sistem persenjataan bukan dimaksudkan untuk menyerang negara tetangga. Presiden menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang cinta damai.

"Kami mengutamakan penyelesaian damai, penyelesaian melalui negosiasi atau penyelesaian politik," ujar Yudhoyono, Rabu (26/10/2011), di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, di Pangkalan Udara TNI AU Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat.

Hal tersebut disampaikan Presiden saat memberikan pidato dalam acara penandatanganan nota kesepahaman antara PT Dirgantara Indonesia dan Kementerian Pertahanan mengenai pengadaan pesawat CN295. Sejumlah pejabat hadir dalam kesempatan itu, antara lain Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso.

Menurut Presiden, peningkatan alat persenjataan diutamakan untuk mempertahankan wilayah Indonesia yang terbentang sangat luas dari Aceh hingga Papua.

Sumber: KOMPAS

Presiden Tinjau PT Dirgantara Indonesia

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) didampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kiri), melalui alat teropong memantau demo & Fly Pass pesawat transportasi militer CN 295 saat melakukan kunjungan kerja ke PT. Dirgantara Indonesia, Bandung, Jabar, Rabu (26/10). Peninjauan langsung SBY bersama Ibu Negara ini salah satunya sebagai peningkatan perjanjian pemasaran pesawat CN295 di Asia Pasifik. (Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra/ss/ama/11)

26 Oktober 2011, Jakarta (Gatra): Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) Rabu pagi ini (26/10/2011) mengunjungi PT Dirgantara Indonesia (DI), Bandung, Jawa Barat. Presiden meninjau peningkatan kemampuan PT sebagai industri pertahanan kedirgantaraan.

Dalam acara kunjungan itu, Presiden SBY akan menyaksikan sejumlah penandatangan nota, seperti nota kesepahaman kerja sama strategis antara PT DI dengan Airbus Militery untuk pembuatan pesawat CN 295.

Di samping itu, nota kesepahaman komersial untuk pemasaran dan penjualan bersama pesawat jenis Cassa di kawasan Asia Pasifik. Dan komitmen penggunaan produk PT DI untuk mendukung kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.

Turut serta dalam kunjungan itu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo.

Selain penandatanganan nota kesepahaman, SBY juga dijadwalkan akan meninjau pesawat CN 295 dan produk PT DI lainnya.

CN-295 Produksi PTDI Bisa Terbang di Landasan 670 Meter

Pesawat CN-235 yang diproduksi bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Airbus Military memiliki akselerasi tinggi dan dapat diterbangkan dari lapangan udara dengan panjangan landasan 670 meter.

“Pesawat CN-295 lebih panjang, namun dapat diterbangkan dari lapangan udara

dengan panjang landasan 670 meter dan tidak beraspal,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan Bisnis PTDI Dita Ardoni Jafri di Bandung, Rabu (26/10/2011).

Dengan kemampuan lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, menurut Dita akan mendukung operasional pesawat itu di sejumlah lapangan udara berlandasan pendek di Indonesia maupun di negara-negara di Asia Fasific.

Pesawat itu juga bisa lepas landas pada situasi dan kondisi darurat atau di lapanga yang tidak dipersiapkan sehingga dapat menjalankan misi taktis, termasuk pula kemampuan terbang rendahnya yang cukup handal.

Selain itu juga cukup handal dan mampu beroperasi dalam berbagai kondisi baik cuaca dingin maupun panas seperti di gurun pasir.

Pesawat CN-295 diluncurkan pada tahun 1996, pesawat ini merupakan pengembangan dari CN-234, hasil kerjasama Airbus Military dengan PTDI.

Sumber: Gatra/Surya

Upgrade 24 Unit F-16 Bekas, Pemerintah Kucurkan Rp 5,3 Triliun

F-16A milik USAF yang telah digrounded. (Foto: USAF)

25 Oktober 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR dan Kementerian Pertahanan hari ini telah menyepakati hibah 24 unit pesawat F-16 bekas dari Amerika Serikat. Untuk memodernisasi (upgrade) pesawat seluruhnya, pemerintah harus mengucurkan dana tak kurang dari US$ 600 juta atau Rp 5,3 triliun.

"Anggaran total yang dialokasikan sekitar US$ 600 juta," kata Ketua Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR Mahfudz Siddiq usai menggelar rapat kerja tertutup dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di gedung DPR, Selasa, 25 Oktober 2011.

Anggaran tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik dan teknologi pesawat tempur, mulai dari persenjataan, avionik, rangka pesawat, hingga mesin pesawat. "Tapi untuk 2012 yang dibutuhkan US$ 200 juta (Rp 1,8 triliun) untuk down payment (uang muka)," ujar Mahfudz.

Ia mengatakan, setelah melewati pembahasan yang cukup panjang dan sempat beberapa kali buntu, Komisi Pertahanan akhirnya menyetujui hibah 24 unit pesawat F-16 setelah pemerintah berubah sikap soal pemutakhiran pesawat. DPR sejak awal setuju adanya hibah dengan syarat akan dimodernisasi ke blok 52 serta ada transfer teknologi.

Pemerintah, kata Mahfudz, semula tidak sepakat dengan syarat yang diajukan DPR, dan memilih pemutakhiran cukup ke blok 32 saja, yaitu retrofit. "Akhirnya sudah mulai bergeser sehingga sekarang pemerintah dan DPR sudah sepakat bahwa hibah ini kita terima 24 F-16 dan upgrade setara blok 51 dengan skema FMS, G to G, itu yang paling penting. Jadi bukan direct commercial sale," ujar dia.

FMS (Foreign Millitary Sale) adalah skema pembayaran pesawat yang diinginkan DPR sejak awal. Melalui skema FMS, tanggung jawab penuh terhadap pesawat ada di tangan pemerintah Amerika Serikat sebagai negara pemberi hibah. Pemerintah Indonesia tidak perlu membayar pajak atau jasa.

Mahfudz mengatakan, dengan disetujuinya pengadaan 24 unit pesawat F-16 melalui jalur hibah, rencana semula pemerintah untuk membeli 6 unit F-16 baru, dibatalkan. Anggarannya direalokasikan untuk modernisasi 24 unit pesawat bekas tersebut.

Proses selanjutnya yang harus diurus pemerintah yakni soal nota diplomatik (letter of acceptance), yang menyebutkan bahwa pemerintah Amerika Serikat setuju secara resmi memberikan hibah pesawat ke pemerintah Indonesia. "Baru nanti setelah itu ada negosiasi mengenai spesifikasi-spesifikasi teknisnya. Ini di-upgrade ke blok berapa, time frame penyelesaiannya kapan," ujar Mahfudz.

Nota diplomatik ditargetkan rampung pada bulan Desember mendatang. Selanjutnya, 30 hari setelah pembuatan nota diplomatik, tepatnya bulan Januari tahun depan, pemerintah Indonesia sudah bisa membayar uang sebesar US$ 200 juta. Begitu uang muka dibayarkan, Mahfudz mengatakan, modernisasi pesawat bisa langsung dimulai. "Sampai semester pertama 2014 paling tidak minimal 16 unit, satu skuadron (pesawat) bisa dikirim ke Indonesia," katanya.

Sedangkan sisanya, sebanyak 8 unit pesawat, DPR dan pemerintah menargetkan bisa dirampungkan pada akhir tahun 2014. "Paling enggak bergeser sisanya ke 2014 akhir bisa selesai," ujar Mahfudz.

Ini Alasan DPR Setuju Beli F-16 Bekas


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku senang karena Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR menyetujui hibah 24 unit pesawat F-16 dari Amerika Serikat. "Alhamdulillah, DPR Komisi I sudah setujui (pesawat hibah itu) akan di-upgrade ke blok 52 supaya itu versi terbaru," kata dia seusai rapat kerja dengan Komisi Pertahanan, Selasa, 25 Oktober 2011.

Sebelumnya, Komisi Pertahanan sempat menolak rencana Kementerian Pertahanan untuk menerima hibah pesawat tempur bekas seri F-16 dari Amerika Serikat. Komisi menilai, meski harga 24 pesawat tempur F-16 bekas itu setara dengan 6 pesawat F-16 baru, biaya pemeliharaan pesawat bekas akan jauh lebih mahal.

Selain itu, dalam proposal awalnya, Kementerian Pertahanan menginginkan pemutakhiran (upgrade) pesawat jet F-16 dari awalnya blok 25 menjadi blok 32. Sedangkan Komisi Pertahanan menginginkan pemutakhiran pesawat dari blok 25 menjadi edisi teranyar, yakni blok 52.

Purnomo mengatakan, usai mendapat persetujuan DPR hari ini, pemerintah akan segera menindaklanjuti proses negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat. "Kita akan mulai secepatnya," ujar dia.

Ia mengatakan, pemutakhiran 24 unit pesawat F-16 tersebut akan menelan biaya, tapi ia tidak menyebutkan secara pasti jumlahnya. Dengan persetujuan DPR, Kementerian akan memperoleh pesawat bekas blok 25 untuk selanjutnya dimodernisasi menjadi pesawat blok 52. "Yang kita upgrade itu persenjataan, avionik, air frame, dan engine," kata dia.

Purnomo menyatakan, jika proses hibah berikut pemutakhiran pesawat rampung, armada udara TNI bakal memiliki setidaknya dua skuadron pesawat tempur F-16. "Jadi, kita nanti punya dua skuadron. Ini kan 24 (unit) ditambah 10 yang kita punya, jadinya kan 34," ujar dia.

Sumber: TEMPO Interaktif