Minggu, 09 Agustus 2009

Robot Pengintai Buatan ITS, LIPI, dan Pindad


9 Agustus 2009, Temanggung -- Saat rumah persembunyian yang diduga dihuni Noordin M. Top di Dusun Beji, Desa Kedu, Kecamatan Beji, Temanggung, dikepung, anggota Densus 88 memasukkan robot pengintai ke rumah Muh. Djahri tersebut. Setelah rumah itu diledakkan dan didobrak, robot tersebut bergerak maju dan mundur, masuk ke rumah, kemudian keluar dan berputar-putar di halaman depan rumah sederhana itu. Aksi robot tersebut menjadi hiburan bagi masyarakat yang menyaksikan jalannya penyergapan terhadap orang yang diduga sebagai buron nomor satu di Indonesia itu.

Dilaporkan dari TKP, ada dua robot yang "diterjunkan" untuk mengintai isi rumah tersebut. Dilengkapi kamera dan mampu bergerak lincah meski nirkabel, peran robot itu tentu sangat penting bagi Densus 88. Terbukti, robot tersebut bisa mengetahui lebih detail isi rumah itu sehingga Densus 88 bisa melakukan penggerebekan tanpa ada satu pun anggota yang terluka.

Terjadi adegan lucu ketika salah satu robot tak bisa bergerak karena terlilit kain gorden yang koyak. Salah seorang anggota Densus 88 berusaha mendekat dan mendorongnya dengan bambu panjang agar robot yang mirip tank itu terlepas dari lilitannya.

Robot tersebut, menurut penelusuran Radar Semarang (Jawa Pos Group), adalah milik Satuan Gegana Brimob. Robot itu dibuat bersama oleh Departemen Ristek, ITS, LIPI, dan Pindad. Ide tersebut dilatarbelakangi keinginan untuk membuat robot-robot penjinak bom sendiri.

Itu disebabkan harga robot-robot buatan luar negeri mahal serta suku cadang robot penjinak bom dan perawatan robot-robot yang dimiliki tim Gegana sebelumnya sulit. Maka, pemerintah Indonesia yang dikoordinasi Departemen Ristek telah membuat satu tim pembuat robot pengintai tersebut.

Mestinya, robot itu didesain lebih jauh untuk tidak sekadar mengintai, tapi juga menjinakkan bom. Namun, untuk menjinakkan bom, robot tersebut belum teruji. "Jadi, robot itu masih merupakan robot pengintai dan belum spesifik sebagai robot pelacak atau penjinak bom. Tapi, pengembangan itu mungkin akan dilakukan," jelas seorang personel Brimob yang tak mau disebut namanya.

Menurut dia, robot tersebut adalah robot remote penggerak yang dilengkapi pemancar atau antena akan berjalan ke depan, belakang, kanan, kiri, atas atau naik, dan bawah atau turun dengan kontrol dari keyboard (komputer). "Pada keyboard kan ada panah ke atas, bawah, kanan, kiri, page up, dan page down, yang dapat digerakkan dengan arah pergerakan dapat dilihat pada layar monitor komputer. Radius atau jarak pergerakan robot dapat diubah-ubah sesuai dengan kekuatan pemancar atau antena," paparnya.

Di bagian depan, robot dilengkapi sensor cahaya, kamera, dan inframerah yang dapat mengintai benda ke segala arah kendati dibatasi atau dihalangi tembok maupun benda lain. Inframerah akan menyala jika ruang yang dimasuki dalam kondisi gelap. Dengan begitu, robot tersebut tetap bisa mengintai atau mengidentifikasi benda yang ada dalam suasana gelap gulita.

Kecepatan robot dalam menjinakkan bom sangat tergantung dari kecepatan operator yang mengendalikannya. Bahan bakar yang digunakan untuk menggerakkan robot adalah aki listrik. Robot itu juga dilengkapi sabuk roda seperti yang dimiliki tank, yang membantu robot tersebut menaiki tangga tanpa harus terpeleset. Kecepatan geraknya sama dengan kecepatan jalan manusia, yaitu 3 meter per detik. "Dari jarak 6 kilometer, robot penjinak bom itu bisa dioperasikan. Jarak tersebut cukup aman untuk mendeteksi bom," ujarnya.

Prototipe robot yang diharapkan mampu membantu tugas pasukan Gegana dalam mendeteksi bom itu bisa membantu tugas polisi atau militer. Sebab, mobil robot tersebut digunakan dengan target utama untuk kepentingan pertahanan dan keamanan.

JAWA POS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar